Universitas Sumatera Utara
pendidikan, pengalaman, serta kehidupan sosial dan politik, misalnya: dalam memberikan ASI, ibu yang tidak tahu betapa pentingnya nutrisi yang terkandung
dalam ASI akan lebih cenderung memilih memberikan susu formula karena menganggap proses pemberian ASI yang cenderung tidak praktis dan memakan
waktu.
2.2 Status Gizi
Pemenuhan nutrisi seorang anak biasanya diukur melalui skala status gizi.
18
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi merupakan
tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi.
19
Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai
kematangan yang optimal.
20
Secara umum status gizi seseorang dapat dinilai dengan pengukuran melalui metode langsung dan tidak langsung. Metode pengukuran secara langsung dilakukan
dengan penilaian antropometri, pemeriksaan klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan metode pengukuran secara tidak langsung dilakukan melalui survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
21
2.2.1 Penilaian Status Gizi
Secara umum, penilaian status gizi dilakukan melalui dua metode, yaitu:
21-23
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Terdapat parameter ukuran antropometri yang dipakai pada penilaian
Universitas Sumatera Utara
fisik yaitu tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh IMT, lingkaran kepala, lipatan kulit, lingkaran lengan atas, panjang lengan arm span, proporsi tubuh,
panjang tungkai dan rasio pinggang atau panggul. b. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, kuku, mata, rambut, oral lidah, gingiva, bibir, dan membran mukosa, pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid serta
pada keseluruhan muskulatur atau simpanan adiposa. Di samping itu, pemeriksaan klinis digunakan untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda sign dan gejala symptom atau riwayat penyakit. c.
Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain pemeriksaan elektrolit
digunakan sebagai indikator status cairan, pemeriksaan zat besi atau mineral lainnya digunakan sebagai indikator status mineral, pemeriksaan kadar vitamin
mikronutrien, pemeriksaan intoleransi substrat protein, karbohidrat atau lemak, dan pemeriksaan protein viseral. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Pemeriksaan biokimia biasanya digunakan untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur.
2. Penilaian secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi atas tiga cara, yaitu:
a. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan
Universitas Sumatera Utara
data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluargadan individu. Survei ini dapat mengindentifikasi-kan
kelebihan dan kekurangan gizi. b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.
2.2.2 Penilaian Status Gizi Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI