Rasio Kesenjangan Tenaga di Loket Pendaftaran RS Haji Jakarta

tenaga di Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji Jakarta berjumlah 6.3 orang sesuai petunjuk pembulatan perhitungan WISN oleh Depkes 2012 dibulatkan menjadi Enam orang.

5.2 Rasio Kesenjangan Tenaga di Loket Pendaftaran RS Haji Jakarta

Perbedaan antara kebutuhan jumlah tenaga berdasarkan hasil analisi WISN dengan jumlah tenaga yang ada saat ini di Loket Pelayanan peserta BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta dapat dilihat dari Ratio WISN. Ratio WISN merupakan suatu ukuran “pengganti” proxy bagi tekanan kerja yang dialami staf dalam pekerjaan sehari-hari mereka di suatu fasilitas kesehatan. Sebuah ratio WISN bernilai satu 1 menunjukkan bahwa jumlah staf dan beban kerja di suatu Unit Kerja berada dalam keadaan seimbang. Semakin kecil ratio WISN, semakin besar tekanan beban kerja. Ratio WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah staf saat ini lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk mengatasi beban kerja yang ada. Sebaliknya, ratio WISN yang besar membuktikan adanya kelebihan staf apabila dibandingkan terhadap beban kerja. Perhitungan Ratio WISN kebutuhan tenaga di Loket Pendaftaran RS Haji Jakarta sebagai berikut : Tabel 5.9 Kesenjangan Tenaga yang ada dengan Kebutuhan hasil Analisis WISN Tenaga yang ada a Kebutuhan Tenaga b Kurang Lebih a-b Wisn Ratio ab Keadaan Masalah Tenaga 5 6 -1 0.8 Kurang Staf WISN Ratio 2.0 1.5 1 1.5 2.0 Berdasarkan tabel perhitungan diatas, diketahui bahwa Ratio WISN kebutuhan tenaga di Loket Pendaftaran peserta BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta sebesar 0.8 yang dimana diartikan jumlah tenaga saat ini di Loket Pendaftaran lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada. Maka untuk mencapai keadaan seimbang dibutuhkan penambahan jumah tenaga di Loket Pendaftaran sebanyak satu orang dari lima orang yang sudah ada saat ini. Kurang Sesuai Lebih 75

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Penelitian dengan menggunakan metode Work Sampling tidak dapat digunakan untuk mengukur kualitas kerja masing-masing staf karena pengamatan hanya terbatas pada pemanfaatan waktu kerja tersedia di loket pendaftaran peserta BPJS. 2. Waktu pengamatan kegiatan staf hanya dilakukan selama sepuluh hari kerja atau dua minggu kerja, sehingga pola kegiatan yang berhasil dicatat dan direkam belum tentu dapat mewakili seluruh kegiatan yang dilakukan oleh staf sesungguhnya, serta keterbatasan waktu juga memungkinkan tidak semua permasalahan di Loket Pendaftaran dapat teridentifikasi. 3. Keberadaan pengamat dalam penelitian dikhawatirkan menghasilkan bias dalam penelitian karena staf merasa sedang diamati, sehingga staf memiliki kecenderungan untuk bekerja lebih giat. Untuk meminimalisir hal tersebut maka saat dilakukan observasi peneliti tidak membawa formulir pencatatan hanya mencatat dengan secarik kertas kecil saja, dan menjaga batas pandang di lokasi pengamatan yang berbaur di tengah keramaian antrian tunggu sehingga tidak menarik perhatian staf yang diamati.