Pembelajaran Matematika Realistik PMR

3 Mengembangkan model – model sendiri self – developed model . Yang dimaksud mengembangkan model adalah dalam mempelajari konsep, prinsip atau materi lain yang terkait dengan matematika, dengan melalui masalah realistik, siswa perlu mengembangkan sendiri model atau cara menyelesaikan masalah tersebut. Model – model atau cara tersebut dimaksudkan sebagai wahana untuk mengembangkan proses berpikir siswa dari proses berpikir yang paling dikenal siswa ke arah proses berpikir yang lebih formal. Dalam pembelajaran, proses yang diharapkan terjadi adalah siswa dapat membuat model situasi yang dekat dengan siswa, kemudian dengan proses generalisasi dan formalisasi model situasi diubah ke dalam model tentang masalah model of . Selanjutnya dengan proses matematisasi horizontal, model tentang masalah berubah menjadi model untuk model for . Setelah itu dengan proses matematisasi vertikal model untuk berubah menjadi model pengetahuan matematika formal. Menurut Ahmad Fauzan 2003 pendekatan pembelajaran matematika realistik dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1 Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari – hari sehingga memecahkan masalah realistik merupakan hal yang esensial dalam pembelajaran. 2 Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika doing mathematics . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan konsep – konsep matematika di bawah bimbingan orang dewasa guru. 4 Proses pembelajaran berlangsung secara interaktif dimana siswa menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas. Kondisi ini mengubah otoritas guru yang semula sebagai validator, menjadi seorang pembimbing dan motivator. 2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik De Lange 1987:75 menjabarkan 5 karakteristik pembelajaran matematika realistik yakni : 1 Digunakan konteks nyata untuk dieksplorasi Maksudnya dalam kegiatan pembelajaran matematika dimulai dari masalah – masalah nyata real yang dekat dengan siswa atau sering dijumpai siswa sehari – hari. Dari masalah nyata tersebut kemudian siswa menyatakan ke dalam bahasa matematika selanjutnya siswa menyelesaikan masalah itu dengan alat – alat yang ada dalam matematika, kemudian siswa membahasakan lagi jawaban yang diperoleh ke dalam bahasa sehari – hari. 2 Digunakannya instrumen vertikal, seperti misalnya model, skema – skema, diagram – diagram, simbol – simbol dan sebagainya. Yang dimaksud model dalam hal ini berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Digunakan proses konstruktif dalam pembelajaran Dalam hal ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, proses penyelesaian soal atau masalah realistik yang dihadapi, yang menjadi awal dari proses matematisasi berikutnya. Dalam pembelajaran, siswalah yang aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, bukan guru yang menjelaskan kepada siswa tentang pengertian atau konsep matematika. 4 Adanya interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain serta antara siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Selain itu diharapkan terjadi pula interaksi antara siswa dengan siswa yaitu dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka saling berdiskusi dan mengajukan argumentasi dalam menyelesaikan masalah. Jika siswa menemui kesulitan, siswa menanyakan kepada guru sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan guru. 5 Terdapat keterkaitan intertwining di antara berbagai materi pelajaran untuk mendapatkan struktur materi secara matematis. Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik, guru mengarahkan siswa menggunakan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali konsep matematika dengan caranya sendiri, konsep matematika diharapkan muncul dari proses matematisasi yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkaitan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI konteks dan secara perlahan siswa mengembangkan alat dan pemahaman matematika ke tingkat yang lebih tinggi. Konteks dalam pembelajaran matematika realistik merujuk pada situasi dimana soal ditempatkan sedemikian hingga siswa dapat menciptakan aktivitas matematika dan melatih ataupun menerapkan pengetahuan matematika yang dimilikinya. Konteks dapat pula berupa matematika itu sendiri sepanjang siswa dapat merasakannya sebagai hal yang real. Frans Moerland 2003 memvisualisasikan proses matematisasi dalam pembelajaran matematika realistik sebagai proses pembentukan gunung es iceberg . Proses pembentukan gunung es di laut selalu dimulai dari bagian dasar di bawah permukaan laut dan seterusnya sampai akhirnya terbentuk puncak gunung es yang muncul di atas permukaan laut. Bagian dasar gunung es lebih luas daripada puncaknya, dengan demikian konstruksi gunung es tersebut menjadi kokoh dan stabil. Proses ini nampak pada proses matematisasi dalam matematika realistik, yaitu dalam pembelajaran selalu diawali dengan matematisasi horizontal kemudian meningkat sampai matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal lebih ditekankan untuk membentuk konstruksi matematika yang kokoh sehingga matematisasi vertikal lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan matematisasi vertikal adalah kegiatan yang menggunakan notasi matematika formal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tingkatan ini oleh Frans Moerlands digambarkan dalam diagram sebagai berikut : Gambar 1. Diagram Frans Moerland Dalam pembelajaran matematika realistik, siswa melakukan dua matematisasi yaitu matematisasi vertikal dan matematisasi horisontal. Siswa belajar matemetika dengan diawali dari masalah – masalah realistik. Matematisasi horisontal adalah proses penyelesaian soal realistik dari dunia nyata. Siswa mencoba menyelesaikan soal dari dunia nyata dengan cara mereka sendiri dan menggunakan bahasa dan simbol mereka sendiri. Sedangkan matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep matematika. Siswa mencoba menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal – soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks. Dalam istilah Freudenthal dalam Van den Heuvel- Panhuisen, 1996 matematisasi horisontal berarti bergerak dari dunia nyata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ke dalam dunia simbol, sedangkan matematisasi vertikal berarti bergerak di dalam dunia simbol itu sendiri. Dengan kata lain menghasilkan konsep, prinsip atau model matematika dari masalah realistik sehari – hari termasuk matematisasi horisontal, sedangkan menghasilkan konsep, prinsip atau model matematika dari matematika itu sendiri termasuk matematisasi vertikal. Berdasarkan matematisasi vertikal dan horisontal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu : a. Pendekatan mekanistik. Adalah suatu pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Dalam pendekatan ini, manusia dianggap sebagai mesin. Kedua jenis matematisasi tidak digunakan. b. Pendekatan empiristik. Adalah suatu pendekatan di mana konsep – konsep matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui matematisasi horisontal. c. Pendekatan strukturalistik. Adalah pendekatan yang menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara panjang perlu didahului dengan nilai tempat sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal. d. Pendekatan realistik. Adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep matematika. Secara sederhana dua proses matematisasi yang berupa siklus dimana dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali matematikaDe Lange, 1987 :72. Secara sederhana alur pikir proses pembelajaran matematika realistik dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2. Alur pikir proses PMR Dalam pembelajaran matematika realistik, pengintegrasian unit – unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks dan tidak hanya aritmetika, aljabar atau geometri tetapi juga bidang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Sutarto Hadi 2005, berdasarkan karakteristik tersebut, pembelajaran matematika realistik mempunyai konsepsi tentang siswa sebagai berikut : 1 Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide – ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya. 2 Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri. 3 Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali dan penolakan. 4 Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman. 5 Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematika. Sutarto Hadi 2005 menyebutkan bahwa peran guru dalam pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut : 1 Guru hanya sebagai fasilitator belajar. 2 Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif. 3 Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan real. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Guru tidak terpancang pada materi yang termasuk dalam kurikulum melainkan aktif mengkaitkan kurikulum dengan dunia real baik fisik maupun sosial. Pembelajaran matematika realistik mempunyai konsepsi bahwa pengajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik meliputi aspek – aspek berikut De Lange, 1995 dalam Sutarto Hadi : 1 Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah yang “real” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya sehingga siswa terlibat dalam pelajaran secara bermakna. 2 Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut. 3 Siswa mengembangkan atau menciptakan model – model simbolik secara informal terhadap persoalan masalah yang diajukan. 4 Pengajaran berlangsung secara interaktif : siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya siswa lain, setuju terhadap jawaban teman, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran. Sejalan dengan paradigma baru pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Zamroni 2000, pada aspek perilaku diharapkan siswa mempunyai ciri – ciri : 1 Di kelas aktif dalam diskusi, mengajukan pertanyaan dan gagasan serta aktif dalam mencari bahan pelajaran yang mendukung materi yang dipelajari. 2 Mampu bekerjasama dengan membuat kelompok – kelompok belajar. 3 Bersifat demokratis yakni berani menyampaikan gagasan, mempertahankan gagasan dan sekaligus berani pula menerima gagasan orang lain. 4 Memiliki kepercayaan diri yang tinggi. 3. Rambu – Rambu Pembelajaran Matematika Realistik Menurut M. Asikin 2010 untuk mendesain suatu model pembelajaran berdasarkan pembelajaran matematika realistik, model tersebut harus merepresentasikan karakteristik pembelajaran matematika realistik baik pada tujuan, materi, metode dan evaluasi. Rambu – rambu pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut : 1 Tujuan haruslah mencakup ketiga level tujuan dalam pembelajaran matematika realistik yakni lower level , middle level dan higher order level . Tujuan terakhir menekankan pada kemampuan berargumentasi, berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis. 2 Desain suatu ‘open material’ yang berangkat dari suatu situasi dalam realitas, berangkat dari konteks yang berarti dalam kehidupan. 3 Aktivitas siswa diatur sehingga mereka dapat berinteraksi dengan sesamanya, diskusi, negosiasi dan kolaborasi. 4 Materi evaluasi dibuat dalam bentuk ‘ open question ’ yang memancing siswa untuk menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi atau beragam jawaban free productions . 4. Langkah – langkah Pembelajaran Matematika Realistik Karakteristik pembelajaran matematika realistik dijabarkan menjadi langkah – langkah operasional dalam pembelajaran. Langkah – langkah pembelajaran matematika realistik dalam Zulkardi, 2002 yaitu : 1 Memahami Masalah Realistik Pendidik memberikan masalah realistik dan meminta peserta didik untuk memahami masalah tersebut. Pada tahap ini, karakteristik pembelajaran matematika realistik yang muncul adalah menggunakan masalah realistik dan interaksi. 2 Menyelesaikan Masalah Realistik Peserta didik mendeskripsikan masalah realistik, melakukan interpretasi terhadap aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Pendidik diharapkan tidak perlu terlalu membantu peserta didik dalam menyelesaikan soal, sebelum peserta didik memperoleh penyelesaian sendiri. Pada langkah ini, karakteristik pembelajaran matematika berbasis masalah yang muncul adalah menggunakan model dan interaksi. 3 Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Pendidik membentuk kelompok dan meminta kelompok tersebut untuk bekerjasama mendiskusikan penyelesaian masalah yang telah diselesaikan secara individu negosiasi, membandingkan dan berdiskusi. Peserta didik dilatih untuk mengeluarkan ide – ide yang dimiliki. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang muncul pada tahap ini adalah penggunaan ide atau kontribusi peserta didik dan interaksi antar peserta didik, interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar. 4 Menyimpulkan Dari hasil diskusi kelas, pendidik mengarahkan peserta didik untuk menarik kesimpulan tentang konsep atau definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait dengan masalah realistik yang baru diselesaikan. Karakteristik pembelajaran matematika realistik yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi interactivity antara peserta didik dengan pendidik dan kontribusi peserta didik. Dari uraian langkah - langkah pembelajaran matematika realistik di atas, karakteristik yang kelima dari pembelajaran matematika realistik yaitu intertwining tidak ditunjukkan secara eksplisit dalam setiap langkah - langkah pembelajaran matematika realistik namun secara implisit karakteristik tersebut sudah muncul pada setiap langkah - langkah pembelajaran matematika realistik karena sifat hirarki dari struktur matematika artinya konsep-konsep matematika saling terkait satu sama lain. Adapun langkah – langkah pembelajaran pendekatan Realistic Mathematic Education RME menurut Suharta 2005 : 5 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Langkah – langkah Pembelajaran Matematika Realistik No. Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Memberikan siswa masalah realistik. Secara mandiri kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi informal. 2. Merespon secara positif jawaban siswa. Diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif. 3. Mengarahkan siswa pada masalah realistik dan mengerjakan penyelesaian masalah dengan menggunakan pengalaman siswa. Secara mandiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut. 4. Memberikan bantuan seperlunya. Mengerjakan di papan tulis melalui diskusi kelas dan jawaban siswa dikonfrontasikan. 5. Mengenalkan istilah konsep. Merumuskan bentuk matematika formal. 6. Memberikan tugas rumah. Mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru. 5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Suwarsono dalam Muafieq:2011-online terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran matematika realistik. Beberapa kelebihan dari pembelajaran matematika realistik antara lain sebagai berikut : 1 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari kehidupan dunia nyata dan kegunaan pada umumnya bagi manusia. 2 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. 3 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan yang lain. 4 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep - konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu misalnya guru. Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi. Beberapa kelemahan dalam penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik antara lain sebagai berikut : 1 Pencarian soal yang realistik tidak selalu mudah. 2 Penilaian dalam pembelajaran matematika realistik lebih rumit daripada dalam pembelajaran konvensional. 3 Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga membantu proses berpikir siswa. 4 Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar 40- 45 orang. 5 Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran. 6 Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran. Cara untuk mengatasi kelemahan pembelajaran matematika realistik dapat dilakukan upaya – upaya antara lain : 1 Memotivasi semua siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2 Memberikan bimbingan kepada siswa yang memerlukan. 3 Memberikan waktu yang cukup untuk menemukan dan memahami konsep. 4 Menggunakan alat peraga yang sesuai sehingga dapat membantu proses berpikir siswa.

B. Teori Yang Terkait Dengan Pembelajaran Matematika Realistik

Beberapa teori terkait dengan pembelajaran matematika realistik antara lain adalah : teori Piaget, teori Vygotsky, teori Bruner dan teori Ausubel. Masing – masing teori akan dijelaskan di bawah ini. 1. Teori Piaget Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan obyek dan kejadian – kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas Suharto,2012:23. Berdasarkan teori Piaget, pendekatan dalam pembelajaran matematika realistik sangat terkait dengan teori tersebut, karena pembelajaran matematika realistik memfokuskan pada proses berpikir peserta didik, bukan sekedar memfokuskan pada hasil. Dalam pembelajaran matematika realistik mengutamakan peran peserta didik berinisiatif untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah realistik yang diberikan. Selain itu peserta didik dituntut aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika realistik yang keempat interaktivitas. 2. Teori Vygotsky Teori perkembangan sosiokultural Vygotsky menekankan adanya pengaruh budaya terhadap perkembangan kognitif anak. Anak akan mengembangkan kemampuan berpikirnya ke tingkat yang lebih tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bila ia menguasai alat dan bahasa. Salah satu alat dan bahasa tersebut adalah matematika. Pengembangan alat dan bahasa matematika dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya. Hal ini berarti bahwa perkembangan pemikiran matematika anak juga dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam konteks budaya dimana ia dibesarkan. 3. Teori Bruner Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Dalam teori belajarnya Jerome S.Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Bruner berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi 3 tahap yaitu : 1 Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, adapula informasi itu yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. 2 Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita pelajari itu dan mengubah atau mentransformasikannya ke dalam bentuk informasi yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal yang lebih luas. 3 Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami gejala – gejala lain atau memecahkan permasalahan yang kita hadapi. 4. Teori Ausubel Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna. Pengertian belajar bermakna menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu : belajar bermakna meaningfull learning dan belajar menghafal rote learning . Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.

C. PENELITIAN DESAIN

DESIGN RESEARCH 1. Pengertian dan karakteristik Penelitian Desain Ketika sebuah penelitian menempatkan proses desain sebagai bagian yang penting, maka penelitian tersebut dapat dikatakan sebagai penelitian desain. Setiap model penelitian memiliki karakteristik masing – masing, termasuk design research . Walaupun memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan model penelitian lain, design research memiliki karakteristik sebagai berikut : Cobb et al.2003; Kelly 2003; Design- Based Research Collective 2003; Reeves et al.2005; van den Akker 1999, dalam van den Akker et al, 2006:5 : a. Interventionist : bertujuan untuk merancang suatu intervensi dalam dunia nyata. b. Iterative : penelitian menggabungkan pendekatan siklikal daur yang meliputi perancangan, evaluasi dan revisi. c. Process oriented : model kotak hitam pada pengukuran input – output diabaikan, tetapi difokuskan pada pemahaman dan pengembangan model intervensi. d. Utility oriented : keunggulan dari rancangan diukur untuk bisa digunakan secara praktis oleh pengguna. e. Theory oriented : rancangan dibangun berdasarkan pada preposisi teoritis kemudian dilakukan pengujian lapangan untuk memberikan kontribusi pada teori. Berdasarkan karakteristik tersebut, berikut ini adalah salah satu definisi educational design research yang diberikan oleh Barab dan Squire 2004, van den Akker et al., 2006 : 5, yaitu : ‘serangkaian pendekatan, dengan maksud untuk menghasilkan teori – teori baru, artefak dan model praktis yang menjelaskan dan berpotensi berdampak pada pembelajaran dengan pengaturan yang alami naturalistic ’. Menurut Plomp 2007: 13, design research adalah : ‘suatu kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI produk dan system sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi – intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya ’. 2. Fungsi Penelitian Desain Fungsi Penelitian Desain adalah merancang mengembangkan suatu intervensi seperti program, strategi dan materi pembelajaran, produk dan sistem dengan tujuan untuk memecahkan masalah pendidikan yang kompleks dan untuk mengembangkan pengetahuan teori tentang suatu karakteristik dari intervensi serta proses perancangan dari intervensi serta proses perancangan dan pengembangan tersebut Plomp,2007 :12. 3. Hasil dari Penelitian Desain Menurut Plomp 2007:20 -22, ada tiga hasil yang bisa diperoleh dari penelitian desain, yaitu : 1 Prinsip desain dan teori intervensi Penelitian desain bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan tentang apakah dan kenapa suatu intervensi bekerja dalam konteks tertentu. Dalam penelitian desain, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi dari sampel ke populasi. 2 Model Intervensi Penelitian desain akan menghasilkan rancangan – rancangan program, strategi pembelajaran, bahan ajar, produk dan sistem yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI FAKTOR KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN (Studi pada Siswa Kelas VIIIA Semester Genap SMPN 10 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 17 57

Penelitian desain mengenai keliling lingkaran menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik pada siswa kelas V SD Budya Wacana Yogyakarta.

0 2 291

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

0 1 249

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA KELAS VIII SMP.

5 41 447

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENGHITUNG KELILING SERTA LUAS JAJARGENJANG DAN SEGITIGA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALYOSO GAMPING.

6 15 120

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

0 0 7

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data - PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI 6 BLITA

0 0 19

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BOJONGSARI

0 0 12