Dengan demikian diketahui bahwa bercak sampel tersebut merupakan flavonoid karena harga Rf-nya sama dengan pembanding. Hal ini diperkuat dengan warna
bercak yang sama dengan warna bercak pembanding setelah disemprot dengan Alumunium III Klorida pada pengamatan di bawah lampu UV 254 nm yaitu
hijau kekuningan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel benar-benar mengandung flavonoid. Jenis flavonoid yang terdapat dalam ekstrak etanol daun sirih merah
diduga termasuk golongan flavonol.
E. Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah terhadap
Candida albicans dengan Metode Difusi Paper Disk
Metode difusi dipilih karena lebih sederhana dan praktis digunakan sebagai uji pendahuluan kualitatif untuk menentukan potensi antifungi. Prinsip
kerjanya adalah senyawa uji ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan fungi uji. Senyawa uji akan terdifusi ke dalam media dan
menghambat pertumbuhan fungi atau mematikannya. Setelah waktu inkubasi 20- 24 jam akan diperoleh zona hambat yang menunjukkan besarnya potensi antifungi
senyawa uji jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Dalam penelitian ini metode difusi secara paper disk dengan pertimbangan senyawa uji akan lebih
mudah terdifusi ke dalam media dan akan menghambat pertumbuhan fungi. Suhu pada waktu inkubasi sebesar 37°C seperti suhu tubuh manusia
karena Candida albicans termasuk flora normal dalam tubuh manusia. Pada suhu 37°C merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan Candida albicans.
Media penanaman fungi uji yang digunakan yaitu Saboraoud Dextrosa Agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SDA. Jumlah fungi uji yang diinokulasikan disetarakan dengan standar Mc.Farland II 6.10
8
CFUml. Perlunya pengontrolan terhadap suspensi Candida albicans bertujuan agar jumlah fungi uji yang akan dibiakkan dikendalikan
populasinya dengan membandingkan kekeruhan suspensi secara visual dengan standar baku yang ada sehingga akan diperoleh hasil yang kurang lebih sama.
Tahap uji potensi antifungi ini diawali dengan uji potensi antifungi secara difusi paper disk dengan diameter 6 mm menggunakan lima variasi konsentrasi
ekstrak etanol daun sirih merah 20, 30, 40, 50, dan 60 bv sebanyak 10 µl. Kadar yang bervariasi bertujuan untuk mengetahui apakah pada konsentrasi
tersebut dihasilkan potensi penghambatan terhadap pertumbuhan Candida albicans dan juga untuk melihat hubungan kenaikan tingkat konsentrasi dengan
besar diameter hambat. Kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding adalah Ketononazol karena sudah terbukti secara klinis memiliki potensi
antifungi. Sebagai kontrol negatif digunakan Tween 80 dengan konsentrasi 5 karena sebagai pelarut ekstrak etanol daun sirih merah. Dari uji awal ini diketahui
bahwa ekstrak etanol daun sirih merah mempunyai potensi antifungi terhadap Candida albicans. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona hambat disekitar
paper disk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel V. Diameter zona hambat yang terbentuk oleh ekstrak etanol daun sirih merah
No Negatif
Positif 20
30 40
50 60
1 0,6
0,9 0,8
0,8 0,9
0,9 1,2
2 0,6
1,1 0,7
0,8 0,8
0,9 1,1
3 0,6
1,4 0,7
0,7 0,8
0,8 0,9
4 0,6
1,3 0,7
0,8 0,9
1,0 1,3
5 0,6
1,5 0,8
0,7 0,9
0,9 1,1
Purata 0,6 ± 0,0
1,2 ± 0,24 0,7 ± 0,05 0,8 ± 0,05 0,9 ± 0,05 0,9 ± 0,07 1,1 ± 0,15
± SD
Kontrol cm Kadar Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah cm
Dari data diatas diperoleh hasil bahwa kadar 40 dan 50 memiliki rata- rata diameter zona hambat yang sama, hal ini diduga karena zat aktif ekstrak
etanol daun sirih merah pada konsentrasi tersebut tidak seluruhnya berdifusi pada paper disk. Sedangkan untuk konsentrasi 20, 30, dan 60 diketahui bahwa
dengan semakin tingginya konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah maka diameter zona hambatnya semakin besar. Selanjutnya untuk mengetahui
perbedaan kelompok konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah dengan kontrol dilakukan uji statistik ANOVA satu arah yang sebelumnya dilakukan uji
Kolmogorf Smirnov untuk mengetahui pola distribusi datanya dengan parameter bahwa data terdistribusi normal jika nilai signifikansinya
0,05. Dari analisis ini diketahui bahwa data hasil penelitian ini terdistribusi normal yang ditunjukkan
dengan nilai signifikansi 0,112 0,05. Oleh karena itu uji dilanjutkan dengan
ANOVA satu arah. Uji ANOVA satu arah digunakan untuk mengetahui potensi antifungi ekstrak etanol daun sirih merah dengan berbagai konsentrasi serta
pengaruh dari kontrol negatif dan kontrol positif terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan membandingkan nilai F uji dengan F tabel. Apabila F uji
F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tabel maka Hnull ditolak dan H
1
diterima, demikian juga sebaliknya Pratista, 2004.
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis kerja H
1
sebagai berikut : setiap variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah memiliki perbedaan
potensi antifungi terhadap Candida albicans. Sedangkan Hnull dirumuskan sebagai berikut : setiap variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah tidak
memiliki perbedaan potensi antifungi terhadap Candida albicans. Dari ANOVA satu arah yang dilakukan terhadap diameter zona hambat
yang ditimbulkan oleh ekstrak etanol daun sirih merah dengan berbagai variasi konsentrasi dengan kontrol negatif dan kontrol positif, ternyata Hnull ditolak dan
H1 diterima dikarenakan nilai F uji 18,610 F tabel 6,16 atau dapat dilihat
probabilitasnya sebesar 0,000 0,05 sehingga Hnull ditolak. Hal ini berarti setiap
variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah serta kontrol negatif dan kontrol positif memiliki mean yang berbeda. Dari kesimpulan yang diperoleh
pada tabel ANOVA perlu dilakukan uji lanjut atau Post Hoc Test dengan menggunakan uji Least Significan Difference LSD dengan taraf kepercayaan
95. Uji LSD dilakukan untuk antar variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah serta kontrol negatif dan kontrol positif.
Uji LSD dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing konsentrasi dan kelompok kontrol Tabel VI. Parameter dari uji ini adalah setiap
variasi konsentrasi ekstrak daun sirih merah memiliki perbedaan yang bermakna dalam hal diameter zona hambat yang dihasilkan baik antar variasi konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun terhadap kontrol positif Ketokonazol dan kontrol negatif Tween 80 jika nilai signifikansinya
0,05 Taraf Kepercayaan 95.
Tabel VI. Hasil analisis data secara LSD
K- K+ e.e
20 e.e
30 e.e
40 e.e
50 e.e
60 K-
-
Bb Btb Bb Bb Bb Bb
K+ Bb
-
Bb Bb Bb Bb Btb
e.e 20
Btb Bb - Btb Btb Bb Bb
e.e 30
Bb Bb Btb
- Btb Btb Bb
e.e 40
Bb Bb Btb
Btb -
Btb Bb
e.e 50
Bb Bb Bb
Btb Btb
- Bb
e.e 60
Bb Btb Bb Bb Bb Bb -
Keterangan : K- : kontrol negatif Tween 80
K+ : kontrol positif Ketokonazol e.e
: ekstrak etanol daun sirih merah bb
: berbeda
bermakna btb
: berbeda tidak bermakna Terlihat pada tabel VI bahwa antara konsentrasi 50 dengan 40 dan
30 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna, juga konsentrasi 40 dan 30 dengan konsentrasi 20 menunjukkan tidak adanya perbedaan
bermakna. Hal ini berarti antara konsentrasi tersebut mempunyai hambatan yang sama terhadap pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi 20 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontrol negatif tidak memiliki perbedaan yang bermakna, diduga konsentrasi 20 memiliki potensi antifungi yang sangat kecil.
Sedangkan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah konsentrasi 60; 50; 40; dan 30 dengan
kontrol negatif memiliki nilai signifikansi 0.05 dan menghasilkan zona hambat
yang berbeda bermakna, artinya variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah tersebut mempunyai potensi antifungi terhadap Candida albicans.
Variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah kecuali konsentrasi 60 berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol positif Ketokonazol.
Akan tetapi diameter zona hambat masing-masing ekstrak lebih kecil jika dibandingkan dengan diameter zona hambat Ketokonazol. Hal ini menunjukkan
bahwa variasi konsentrasi ekstrak etanol daun sirih tersebut kurang efektif dari pada kontrol positif. Sedangkan konsentrasi 60 tidak berbeda bermakna dengan
kontrol positif Ketokonazol, kemungkinan ekstrak etanol daun sirih merah dengan konsentrasi 60 memiliki potensi yang efektif dalam menghambat pertumbuhan
Candida albicans. Hasil uji LSD pada tabel VI terlihat bahwa sebagian besar menunjukkan
adanya perbedaan bermakna pada masing-masing konsentrasi dengan kontrol dan antar kelompok konsentrasi pada pertumbuhan Candida albicans. Hal ini berarti
variasi konsentrasi dari ekstrak etanol daun sirih merah memiliki potensi sebagai antifungi. Tween 80 digunakan sebagai kontrol negatif karena Tween 80
digunakan sebagai pelarut ekstrak etanol daun sirih merah. Tween 80 yang digunakan sebagai kontrol negatif tidak memberikan diameter zona hambat, hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini berarti hanya ekstrak etanol daun sirih merah saja yang mempunyai potensi sebagai antifungi.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDA yang bersifat asam. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan dari mikroorganisme yang lain
karena jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas termasuk pada kisaran pH asam karena umumnya mikroorganisme tumbuh pada pH 6,5-7,5 meskipun ada
juga yang dapat tumbuh pada pH 0,5 dan pH 9,5 Pelczar Chan, 1986. SDA yang digunakan untuk menumbuhkan fungi mempunyai pH 5,7 sehingga media
ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Sewaktu pertumbuhan mikroorganisme, pH dalam media mempengaruhi protein enzim dari sistem
transport yang terdapat dalam membran sel yang menyebabkan perubahan struktur protein. Mikroorganisme mempunyai enzim yang berfungsi sempurna
pada pH tertentu sehingga dengan adanya perubahan ini menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme terhenti Lay, 1994.
Setelah pengujian zona hambat dengan metode difusi paper disk maka pengujian dilanjutkan dengan metode dilusi padat untuk mengetahui Konsentrasi
Hambat Minimum KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimum KBM.
F. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan Konsentrasi