tersebut di mulai dari awal 1-5 tahun tengah 5-10 tahun akhir 10 tahun keatas. Dari hasil penelitian terkait dengan lama mengajar di
ketauhi terdapat perbedaan, subjek yang mengajar pada kategori awal cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang cukup rendah,
sedang kan subjek yang mengajar pada fase tengah cukup baik, dan subjek yang mengajar pada fase akhir memiliki kesejahteraan
psikologis cukup tinggi. Berdasarakan uji anova didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara guru honor yang mengajar di fase
awal, tengah, dan akhir. Hasilnya guru honor yang mengajar pada fase akhir memiliki kecnederungan kesejahteraan psikologis yang tinggi
daripada guru honor yang mengajar pada fase tengah dan awal. Berikut tabel statistik nya.
Tabel 25 hasil analisis kesejahteraan psikologis berdasarkan masa mengajar Masa
kerja N
Rerata Homogenitas
Anova Pebedaan
rerata Ket
Awal 38
168 F=0,701
P= 0,477 P0,05 dan F
mendekati 1 = data homogen
dan dari satu varian
yang sama
F= 3,163 P= 0,047
P0,05 ada
perbedaan -3,963
-11,100 Awal-
tengah Awal-
akhir Tengah
27 171,96
3,963 -7,137
Tengah – awal
Tengah – akhir
Akhir 20
179,10 7,137
11,100 Akhir
– tengah
Akhir- awal
c. Guru honor SD dan Guru Honor SMP
Berikut ini akan di sajikan berupa anailis tentang perbedaan kesejahteraan psikologis guru honor yang mengajar pada jenjang SD
dan guru honor yang mengajar pada jenjang SMP. Diketahui bahwa jumlah guru honor SD sebanyak 45 subjek, dan guru honor SMP
sebanyak 40 subjek. Peneliti ingin melihat perbedaan kesejahteraan psikologis pada guru jenjnag pendidikan apa yang memiliki
kecenderungan lebih baik. Berdasarkan uji independent t test yang telah di lakukan untuk
meilhat perbedaan kesejahteraan psikologis antara guru honor SD dan SMP. Didapatkan hasil bahwa ada perbedaan secara signifikan antara
guru SD dan SMP hal tersebut terlihat dari nilai P 0,05. Rerata dari guru honor sd cenderung tinggi yaitu 176,96 daripada guru honor SMP
yaitu 166,96. Akan tetapi berdasarkan sebaran data dari subjek bukan berasal dari data yang homogen, hal ini terlihat dari
levene’s test for equality of variance nya tidak signifikan yaitu 0,237 = P0,5. Berikut
tabel hasil uji independent t test dan levene’s test .
Tabel 25 Hasil analisis berdasarkan Mengajar di tingkat pendidikan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95
Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
guruhonor Equal
variances assumed
1,136 ,290 3,011 83
,003 10,239
3,401 3,475 17,003
Equal variances
not assumed
2,963 72,455 ,004
10,239 3,455 3,352 17,126
d. Faktor status pernikahan
Berdasarkan data demografis berdasarkan status pernikahan di ketahui subjek memiliki 2 kategori yaitu sudah menikah dan belum menikah,
maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana terkait status pernikahan yang ada pada subjek.
Berdasarkan hasil analisis terkait dengan status pernikahan diketahui bahwa ada perbedaan secara signifikan antara subjek yang
sudah menikah dengan subjek yang belum menikah. Hal ini terlihat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari nilai signifikansinya P 0,05. Selain itu pada sebaran data yang ada berdasarkan hasil uji
levene’s test diketahui bahwa subjek berasal dari sebaran data yang homogen karena hasil P 0,5.
Tabel 26 Hasil analisis berdasarkan status pernikahan
Independent Samples Test
Levenes Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95
Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Status pernikahan
Equal variances
assumed 10,943 ,001 3,073
82 ,003
11,276 3,669 3,977 18,575
Equal variances
not assumed
2,512 32,404 ,017
11,276 4,489 2,137 20,415
G. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tentang kesejahteraan psikologis guru honor SD dan SMP di Kota Wates. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan kesejahteraan psikologis guru honor memiliki kecenderung tinggi, hal tersebut dilihat
dari nilai rata-rata empiris yang lebih besar dari rata-rata teoritik 205172,5. Hal ini juga di dukung oleh berdasarkan hasil analisis
deskriptif tiap dimensi yang ada pada kesejahteraan psikologis yang ada pada guru honor juga mendapatkan hasil mean empirik yang cukup tinggi.
Dimensi yang paling menonjol dari dimensi yang lain adalah dimensi pertumbuhan diri. Dimensi pertumbuhan diri ini mencoba
memgambarkan tentang kemampuan individu yang memiliki kesedaran diri untuk terus berkembang serta terbuka terhadap potensi
hal-hal baru yang ada dalam dirinya. Berdasarkan informasi dari beberapa orang tua murid bahwa guru yang mengajar anak mereka
sudah cukup memiliki potensi, karena guru cukup komunikatif dan mau terbuka dengan pihak orang tua tentang system pembelajaran.
Keterbukaan serta komunikatifnya guru honor cukup penting guna mengembangkan system pembelajaran yang mereka miliki. Sejalan
dengan hal tersebut Supriadie 2012 menyatakan bahwa keahlian berkomunikasi bukan hanya penting untuk mengajar , tetapi juga untuk
berinteraksi dengan orang tua murid. Pendapat dan informasi yang ada hal tersebut menjadi salah satu pendorong dimensi ini cenderung
menonjol. Dimensi lain yang cukup menonjol dalam penelitian ini adalah
dimensi penguasaan lingkungan. Pada dimensi ini menjelaskan akan kemampuan seorang individu dalam mengkontrol kegiatan dirinya dan
mampu memberikan peluang yang efektif untuk menguasai dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengelola kondisi lingkungan sekitarnya dengan baik. Berdasarkan informasi subjek untuk mengisi kekurangan dari jam mengajar yang
harus ditempuh beberapa subjek pun mengajar di tempat yang berbeda, dan hal itu cukup membuat mereka kelelahan tetapi cukup
menyenangkan karena mereka dapat bertemu dengan siswa yang bermacam-macam.
Cruicshank,Jenkins,dan Metcalf
2014 menjelaskan bahwa guru yang cekatan dan memusatkan diri pada
belajar adalah sosok yang menekankan dan memusatkan aktivitas kelas pada tugas-tugas yang cenderung membantu siswa dalam belajar, ia
mampu mengarahkan perilakunya sendiri dan perilaku para siswanya pada kesuksesan dan pencapaian pada efiseensi hasil belajar yang
jelas. Kemampuan yang ada pada guru tersebut lah yang menjadi factor dimensi penguasaan lingkungan cenderung cukup tinggi.
Dimensi lain yang cukup tinggi adalah dimensi penerimaan diri. Pada dimensi ini mengambarkan tentang individu yang memiliki
kemampuan untuk menyadari dan menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya. Berdasarkan informasi dari beberapa orang
tua murid dan guru honor, bahwa dalam beberapa waktu guru cukup menerima masukan serta pendapat tentang cara pembelajaran dan
pengajaran yang dilakukan, hal ini terkait dengan bagaimana siswa memahami pelajaran-pelajaran yang di ajarkan, karena ketika siswa
kurang memahami subjek akan berusaha untuk menjelaskan dan mengajar
dengan sebaik
mungkin. Menurut
Valli dalam
Cruicshank,Jenkins,dan Metcalf 2014 mendeskripsikan guru yang reflektif sebagai mereka yang memiliki kemampuan melihat kembali
kebelakang pada pengajaran dan pembelajaran didalam kelas mereka, membuat penilaian dan mengubah perilaku pengajaran mereka sebagai
hasilnya. Hal ini menjadi factor pendorong yang membuat dimensi ini
cukup tinggi. Dimensi yang juga cukup tinggi adalah dimensi relasi positif pada
orang lain. Pada dimensi ini mengambarkan tentang seorang individu yang memiliki kehanggatan, kedekatan, dan kepercayaan terhadap
orang lain yang ada di sekitarnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa murid diketahui bahwa beberapa guru yang
ada di sekolah mereka memiliki kedekatan dengan murid-murid yang lain, dan selalu berusaha untuk membantu mereka ketika menemukan
kesulitan dalam pelajaran. Sesuai dengan pendapat dari suyanto Djihad 2012 untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru
pun memberikan bimbingan kepada siswa dengan berupaya untuk memahami
kesulitan belajar
yang dialami
siswa beserta
latarbelakangnya, sekaligus memberikan bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan serta kewenagannya. Kedekatan serta perasaan
ingin membantu dalam mengembangkan siswa didiknya yang menjadi salah satu faktor yang membuat dimensi ini juga cenderung cukup
tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dimensi yang lain yang lebih menonjol dari dimensi tujuan hidup adalah dimensi otonomi. Pada dimensi otonomi mengambarkan
bagaimana kemampuan seseorang untuk mengatasi tekanan yana ada pada dirinya dan kemampuan individu dalam membuat keputusan
tanpa pengaruh dari tekanan yang ada di sekitarnya. Berdasarkan informasi dari subjek ketika mereka memberikan evaluasi terkait
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, berdasarkan hasil pembelajaran siswa itu sendiri dan obejctivitas, tanpa pengaruh dari
orangtua maupun pihak sekolah. Sependapat dengan subjek di atas mulyasa 2007 menuturkan hal penting untuk diperhatikan adalah
penilaian dilakukan secara adil, karena penilaian yang adil dilakukan secara menyeluruh, memiliki kriteria, menggunakan instrument yang
tepat, dilakukan dalam kondisi yang tepat, dan tidak terpengaruh oleh factor keakraban, sehingga mampu menunjukan prestasi atau hasil
sebagaimana adanya. Informasi dan pendapat tersebut menjadi factor pendorong yang membuat dimensi otonomi ini cukup menonjol dari
dimensi tujuan hidup. Kesejahteraan psikologis yang cenderung rendah dari dimensi-
dimensi yang lain adalah dimensi tujuan hidup. Pada dimensi ini menekankan tentang seseorang individu yang memiliki perasaan
terarah, dan mampu memaknai arti hidup ini. Selain itu individu juga mampu memberikan tujuan dan membuat target-target dalam
kehidupan. Berdasarkan informasi yang di dapatkan terkait dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI