Kesejahteraan psikologis pada guru honor SD dan SMP di kota Wates.
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONOR SD DAN SMP DI KOTA WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRAK
Kesejahteraan psikologis terdiri dari enam dimensi yaitu ; otonomi, tujuan hidup, penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta mengidentifikasi kesejahteraan psikologis pada guru honor SD dan SMP yang mengajar di Kota Wates (N=85). Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan sistem try out tidak terpakai. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan metode statistik deskriptif dan dihitung pada tiap dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi (µe = 205> µt
= 172,5). Sedangkan untuk uji t per dimensi diperoleh rata-rata empiriknya dimensi pertumbuhan diri 40,1 (test value= 32,5), dimensi penguasaan lingkungan 37,4 (test value = 32,5), dimensi relasi positif dengan orang lain 32,9 (test value = 27,5), dimensi penerimaan diri 34,4 (test value = 27,5), dimensi otonomi 30,5 (test value = 27,5) dan dimensi tujuan hidup 29,6 (test value = 25).
(2)
PSYCHOLOGICAL WELLBEING IN TEACHERS HONORS AT ELEMENTARY AND JUNIOR HIGH SCHOOLS IN THE CITY OF
WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRACT
Psychological well being consist of six dimension; autonomy, purpose life, self acceptance, positive relationship with others, environment mastery, and personal growth. This research aimed to describe and identify the psychological well-being in teachers honor elementary and junior high school in Wates city (N = 85). This research in a survey descriptive quantitative with the system try out unused. The data obtained and analyzed with descriptive statistical methods and counted of each dimension in psychological wellbeing. The results showed that overall subject has psychological wellbeing tends to be high (µe = 205 > µt = 172,5). As for the t-test each of the
dimensions obtained results of following the mean empirical is ; dimensions of personal growth 40.1 (test value = 32.5), dimensions of environmental mastery 37.4 (test value = 32.5), dimensions positive relationship with others 32.9 (test value = 27.5), dimensions of self-acceptance 34.4 (test value = 27.5), dimensions of autonomy 30.5 (test value = 27.5) and dimensions purpose of life 29.6 (test value = 25).
(3)
i
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONOR SD DAN SMP DI KOTA WATES
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Hariyono Teguh Saputro
NIM: 099114034
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANTA DHARMA
YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
(7)
viii
Kalah atau menang bukan dilihat dari apa hasil
yang di dapatkan
Tetapi dari apa yang kita perjuangkan dan
seberapa keras perjuangan
(8)
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU HONOR SD DAN SMP DI KOTA WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRAK
Kesejahteraan psikologis terdiri dari enam dimensi yaitu ; otonomi, tujuan hidup, penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta mengidentifikasi kesejahteraan psikologis pada guru honor SD dan SMP yang mengajar di Kota Wates (N=85). Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan sistem try out tidak terpakai. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan metode statistik deskriptif dan dihitung pada tiap dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung tinggi (µe = 205> µt
= 172,5). Sedangkan untuk uji t per dimensi diperoleh rata-rata empiriknya dimensi pertumbuhan diri 40,1 (test value= 32,5), dimensi penguasaan lingkungan 37,4 (test value = 32,5), dimensi relasi positif dengan orang lain 32,9 (test value = 27,5), dimensi penerimaan diri 34,4 (test value = 27,5), dimensi otonomi 30,5 (test value = 27,5) dan dimensi tujuan hidup 29,6 (test value = 25).
(9)
PSYCHOLOGICAL WELLBEING IN TEACHERS HONORS AT ELEMENTARY AND JUNIOR HIGH SCHOOLS IN THE CITY OF
WATES
Hariyono Teguh Saputro
ABSTRACT
Psychological well being consist of six dimension; autonomy, purpose life, self acceptance, positive relationship with others, environment mastery, and personal growth. This research aimed to describe and identify the psychological well-being in teachers honor elementary and junior high school in Wates city (N = 85). This research in a survey descriptive quantitative with the system try out unused. The data obtained and analyzed with descriptive statistical methods and counted of each dimension in psychological wellbeing. The results showed that overall subject has psychological wellbeing tends to be high (µe = 205 > µt = 172,5). As for the t-test each of the
dimensions obtained results of following the mean empirical is ; dimensions of personal growth 40.1 (test value = 32.5), dimensions of environmental mastery 37.4 (test value = 32.5), dimensions positive relationship with others 32.9 (test value = 27.5), dimensions of self-acceptance 34.4 (test value = 27.5), dimensions of autonomy 30.5 (test value = 27.5) and dimensions purpose of life 29.6 (test value = 25).
(10)
(11)
ix
Karya ini ku persembahkan untuk:
Anak ku tyogo hariyono, istri ku nanda ayu
serta
Bapak, ibu ku di Bekasi papa dan mama ku di madiun
Yang telah memberikan semangat dukungan dan
kasih sayang yang begitu besar.
&
Kepada semua orang yang telah menemani dan
mendukung ku.
&
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kupanjatkan pada Bapa yang ada disurga dan Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala berkah dan kekuatan yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dengan judul “Kesejahteraan Psikologis Guru Honor SD dan SMP di Kota Wates”. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan pernah terwujud. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. T Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta dosen pembimbing skripsi atas segala dukungan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.
2. P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan selaku pembimbing akademik, terimakasih banyak atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan pada penulis.
3. M.M Nimas Eki S, S.Psi., Psi, M.Si atas bimbingan dan masukan yang diberikan pada penulis.
4. Sr Lidwina S.Psi, M.Si atas bimbingan dan masukan yang diberikan pada penulis.
(13)
xi
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu pada penulis.
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan dan pelayanan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Pasifikus Wijaya, S.Psi (Kang Jaya) yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu dan berbagi pikiran dengan penulis.
8. Indra Hermawan S.Psi yang telah mendukung memberi masukan serta berbagai pemikiran pada penulis.
9. Yustinus (mas KMK) terima kasih atas masukan serta dukungannya dalam membantu berbagai pemikiran dengan penulis.
10.Albertus Harimurti, S.Psi (Uchil) yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu dan berbagi pikiran dengan penulis. 11.Keempat orang tua ku Bapak, Ibu, Papa, dan Mama yang telah bersedia
mendukung dan mendoakan penulis.
12.Untuk Kakak-kakak ku tercinta yang terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
13.Untuk Pak Eddy Priyono S.Th dan Ibu Drs. Sri Rahayu M.Pd yang telah mendukung dan mendoakan , Terima kasih atas dukungan dan doanya. 14.Teman-teman psikologi angkatan 2009: Yohaness Vitta Dharmaadi,
Yosaphat Putra, Andang Krisna, Terima kasih atas dukungan dan semangatnya.
(14)
xii
15.Guru-guru SD dan SMP di Kota Wates yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
16.Untuk Istri dan anak ku Tercinta yang telah sabar dan selalu mendukung dan mendoakan penulis.
17.Dan untuk semua orang yang telah mendukung dan mendoakan penulis terima kasih banyak.
Yogyakarta, 22 Juni 2015 Penulis,
(15)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… iv
ABSTRAK……….. v
ABSTRACT………... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. vii
PERSEMBAHAN……… viii
KATA PENGANTAR………... ix
DAFTAR ISI………. xii
DAFTAR TABEL……….… xv
DAFTAR GRAFIK………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……….... xix
BAB I : PENDAHULUAN………. 1
A.Latar Belakang Masalah……… 1
(16)
xiv
C.Tujuan Penelitian……….. 8
D.MANFAAT PENELITIAN……….. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 10
A. Guru Honor……...10
1. Pengertian Guru Honor………... 10
B. Beban Kerja Guru Honor……….. 11
C. Kesejahteraan Psikologis………...….. 13
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis ………. 13
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis………. 14
3. Faktor Kesejahteraan Psikologis………. 15
D. Kerangka Berpikir ……… 18
BAB III : METODE PENELITIAN………. 22
A. Jenis Penelitian ………. 22
B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 22
1. Identifikasi Varibel Penelitian ……… 22
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 22
C. Subjek Penelitian ……….. 25
1. Kriteria Subjek Penelitian ……….. 25
D. Alat Pengambilan Data………. 25
E. Teknik Pengambilan Data………. 29
F. Kredibilitas Alat Ukur………... 29
(17)
xv
2. Hasil Uji Coba dan Seleksi Aitem ………. 30
3. Reliabilitas Alat Ukur………. 32
G. Metode Analisis Data………..……….. 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………. 35
A. Pelaksanaan Penelitian……….. 35
B. Deskripsi Subjek Penelitian……….. 35
1. Usia………. 35
2. Jenis Kelamin………. 37
3. Status Pernikahan………... 38
4. Lama Mengajar………... 38
5. Status Mengajar………... 39
6. Pendidikan Terakhir……… 40
7. Penghasilan Tambahan………41
8. Keluarga Yang ditanggung………. 42
C. Uji Normalitas ……….. 43
D. Deskripsi Data Penelitian ………. 44
1. Rata-rata Teoritik dan Rata-rata empiric Kesejahteraan Psikologis... 44
E. Analisis Data………. 46
a. Dimensi Otonomi……….... 46
b. Dimensi Tujuan Hidup……… 49
c. Dimensi Penerimaan Diri……….... 52
d. Dimensi Relasi Positive dengan Orang Lain……….. 54
(18)
xvi
f. Dimensi Pertumbuhan Diri………. 60
F. Analisis Data Tambahan………... 63
a. Factor usia ...……….. 63
b. Faktor jenis kelamin ...65
c. Faktor lama mengajar... 66
d. Guru honor sd dan guru honor smp... 68
e. Faktor status pernikahan... 69
G. Pembahasan ……….. 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….. 78
A. Kesimpulan ……….. 78
B. Keterbatasan penelitian... 78
C. Saran ………. 79
1. Untuk Subjek Penelitian………... 79
2. Untuk Peneliti Selanjutnya...……… 79
3. Untuk Pemerintah……… 80
DAFTAR PUSTAKA………... 81
(19)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… iv
ABSTRAK……….. v
ABSTRACT………... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. vii
PERSEMBAHAN……… viii
KATA PENGANTAR………... ix
DAFTAR ISI………. xii
DAFTAR TABEL……….… xv
DAFTAR GRAFIK………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN……….... xix
BAB I : PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B.Rumusan Masalah………. 8
(20)
D.MANFAAT PENELITIAN……….. 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 10
A. Guru Honor……...10
1. Pengertian Guru Honor………... 10
B. Beban Kerja Guru Honor……….. 11
C. Kesejahteraan Psikologis………...….. 13
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis ………. 13
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis………. 14
3. Faktor Kesejahteraan Psikologis………. 15
D. Kerangka Berpikir ……… 18
BAB III : METODE PENELITIAN………. 22
A. Jenis Penelitian ………. 22
B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 22
1. Identifikasi Varibel Penelitian ……… 22
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... 22
C. Subjek Penelitian ……….. 25
1. Kriteria Subjek Penelitian ……….. 25
D. Alat Pengambilan Data………. 25
E. Teknik Pengambilan Data………. 29
F. Kredibilitas Alat Ukur………... 29
1. Validitas Alat Ukur ……… 29
(21)
3. Reliabilitas Alat Ukur………. 32
G. Metode Analisis Data………..……….. 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..………. 35
A. Pelaksanaan Penelitian……….. 35
B. Deskripsi Subjek Penelitian……….. 35
1. Usia………. 35
2. Jenis Kelamin………. 37
3. Status Pernikahan………... 38
4. Lama Mengajar………... 38
5. Status Mengajar………... 39
6. Pendidikan Terakhir……… 40
7. Penghasilan Tambahan………41
8. Keluarga Yang ditanggung………. 42
C. Uji Normalitas ……….. 43
D. Deskripsi Data Penelitian ………. 44
1. Rata-rata Teoritik dan Rata-rata empiric Kesejahteraan Psikologis... 44
E. Analisis Data………. 46
a. Dimensi Otonomi……….... 46
b. Dimensi Tujuan Hidup……… 49
c. Dimensi Penerimaan Diri……….... 52
d. Dimensi Relasi Positive dengan Orang Lain……….. 54
e. Dimensi Penguasaan Lingkungan……….. 57
(22)
F. Analisis Data Tambahan………... 63 a. Factor usia ...……….. 63 b. Faktor jenis kelamin ...65 c. Faktor lama mengajar... 66 d. Guru honor sd dan guru honor smp... 68 e. Faktor status pernikahan... 69
G. Pembahasan ……….. 70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……….. 78
A. Kesimpulan ……….. 78
B. Keterbatasan penelitian... 78
C. Saran ………. 79
1. Untuk Subjek Penelitian………... 79
2. Untuk Peneliti Selanjutnya...……… 79
3. Untuk Pemerintah……… 80
DAFTAR PUSTAKA………... 81
(23)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Kesejahteraan Psikologis Tiap Dimensi……….…………. 25 Tabel 2 Skoring Pernyataan Favorable Dan Unfavorable……….…………... 27 Tabel 3 Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis……… 28 Tabel 4 Distribusi Item Setelah Pengujian Skala Kesejahteraan Psikologis….……. 31
Tabel 5. Lama Mengajar Data Penelitian………...……… 36
Tabel 6. Uji Normalitas……….………. 40
Tabel 7. Rata-Rata Teorik Dan Rata-Rata Empirik ….…………..……… 41
Tabel 8 Uji T Rata-Rata Teoritik Dan Empiris……….. 41
Tabel 9 Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Dimensi Otonomi………..……... 42
Tabel 10 Uji T Dimensi Otonomi…………...………...… 43
Tabel 11 Rata-Rata Teoritik Dan Rata-Rataempiris Dimensi Tujuan Hidup….…… 45
Tabel 12 Uji T Test Dimensi Tujuan Hidup………...… 45
Tabel 13 Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Dimensi Penerimaan Diri…...… 48
Tabel 14. Uji T Test Dimensi Penerimaan Diri……….. 49
Tabel 15. Rata-Rata Teoritik Dan Rata-Rata Empiris Dimensi Relasi Positif Dengan
(24)
xvii
Tabel 16. Uji T Test Dimensi Relasi Positif…………..……… 51
Tabel 17 Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Penguasaan Lingkungan………. 53
Tabel 18. Uji T Test Penguasaan Lingkungan………...………. 54
Tabel 19. Rata-Ratateoritik Dan Rata-Rataempiris Penguasaan Lingkungan…...…. 56
Tabel 20. Uji T Test Dimensi Pertumbuhan Diri………...………... 56 Tabel 21 mean teoritik dan mean empirik dewasa awal dan dewasa tengah ….… 64
Tabel 22 uji t test dewasa awal dan dewasa akhir...64
Tabel 23 mean teoritik dan mean empirik fakor jenis kelamin... 65
Tabel 24 hasil ananlis berdasarakan jenis kelamin... 66
Tabel 25 hasil analisis berdasarakan lama mengajar... 67
Tabel 26 hasil analisis berdasarkan mengajar di tingkat pendidikan... 69
(25)
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Rentang Usia Data Penelitian……….. 35
Grafik 2. Jenis Kelamin Data Penelitian………... 35
Grafik 3. Status Pernikahan Data Penelitian……… 36
Grafik 4. Status Mengajar Data Penelitian………... 38
Grafik 5. Pendidikan Terakhir Data Penelitian………... 39
Grafik 6. Pengahasilan Tambahan Data Penelitian………. 39
Grafik 7. Keluarga Yang Di Tanggung………... 40
Grafik 8. Sebaran Data Dimensi Otonomi………... 45
Grafik 9. Kategorisasi Dimensi Tujuan Hidup………... 48
Grafik 10. Kategorisasi Dimensi Penerimaan Diri………. 50
Grafik 11. Kategorisasi Dimensi Relasi Positive Dengan Orang Lain………... 53
Grafik 12. Kategorisasi Dimensi Pennguasaan Lingkungan……….. 55
(26)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skala Kesejahteraan Psikologis ……….. 76 2. Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji Coba………... 85 3. Analisis Reliabilitas Per Dimensi Dan Seleksi Aitem ……… 93 4. Analisis Data Uji Normalitas Dan Uji One Sample T Test………..…... 101 5. Analisis Data Tambahan ………..…….. 104 6. Surat Ijin Penelitian……….. 107
(27)
1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Guru menurut kamus besar bahasa Indonesia (2011) adalah sebuah pekerjaan yang tugasnya mengajar. Menurut kunandar (2010) menjelaskan bahwa guru adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (2011) menjelaskan guru honor adalah pekerjaan yang tugasnya mengajar dan mendapatkan upah/gaji honorium. Berdasarkan pengertian diatas di ketahui bahwa antara guru honor dan guru yang ada pada umumnya merupakan sosok yang tugasnya mengajar dan mendidik kemudian memperoleh hak berupa upah maupun pengahasilan. Hal ini juga di jelaskan dalam Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah yang ada. Dalam UU no 14 pasal 1 ayat 1 tahun 2005 tentang guru menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diartikan bahwa guru adalah profesi yang melakukan pekerjaan seperti ; mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai tingkatan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa seorang guru yang berstatus sebagai pegawai honor
(28)
melakukan tugas atau beban kerja yang sama dengan guru tetap, karena dalam UU No 14 tahun 2005 tidak dijelaskan tentang perbedaan dalam tugas dan beban kerja antara guru yang berstatus honor dan guru berstatus tetap.
Tugas dan tanggung jawab tersebut datang dari dalam atau luar lingkungan pekerjaan. Dalam lingkungan pekerjaan tuntutan tersebut datang dari rekan kerja, kepala sekolah, wali murid, dan siswa. Surya (2012) menyatakan para guru tetap dan kepala sekolah jarang melakukan dialog atau diskusi berkenaan dengan pengajaran yang baik pada guru honor. Berdasarkan pernyataan tersebut guru honor berada dalam posisi lemah dalam tuntutan mengembangkan metode pengajaran dari kepala sekolah dan sesama rekan kerjanya. Hal itu terjadi karena moment untuk berbagi pengalaman menjadi kurang terpenuhi dan mengakibat pola pengajaran yang terbentuk seperti itu saja tidak berkembang. Berdasarkan informasi guru honor dalam pengembangan dan pelatihan karekater diri dan metode saja tidak didapatkan dari sekolah , ungkap salah satu guru honor di wates.
Selain itu tuntutan yang datang dan berasal dari orang tua murid adalah berdasarkan penuturan dari guru honor bahwa dengan adanya perbedaan latar belakang sosial dan status pekerjaan yang ada pada orang tua murid guru honor cenderung di tuntutan untuk lebih mudah beradaptasi dengan setiap anak dengan latarbelakang yang ada. Selain itu pada perkembangan terkait teknologi pengajaran yang ada pada guru honor di kota wates. Berdasarkan informasi yang di dapat guru honor mengalami kebingungan akan penerapana teknologi yang menurut guru honor belum sesuai pada metode pemebelajaran. Namun dengan adanya keunikan latarbelakng tersebut guru juga di tuntut untuk lebih
(29)
mengembangkan lagi terkait dengan metode pengajaran yang ada. Mulyasa (2010) menjelaskan guru dalam mengajar harus menjadi panutan bagi anak didiknya, agar lebih mudah dalam beradaptasi dengan karakter siswa didiknya. Hal itu menjadikan guru berada dalam tuntutan untuk mengembangakan karakter yang lebih mudah untuk beradaptasi diri dan membaginya dengan peserta didiknya.
Dalam melakukan beban kerja serta tuntutan dalam bekerja tersebut guru yang honor dan guru tetap pun berhak menerima pendapatan upah hasil berkerja, akan tetapi upah hasil bekerja yang di teriima oleh guru tetap dan guru honor itu berbeda. Susanto (2013) megatakan Guru yang berpendapatan antara 1- 2 juta mereka adalah guru yang sudah di sertifikasi, sedangkan yang berpendapatan 250-1 juta guru honor dan belum mendapatkan sertifikasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan penuturan salah satu guru honor SD di Kulon Progo yaitu, Guru yang menyandang status honorarium mendapatkan tunjangan atau gaji sebesar Rp 400,000 per bulan. Dengan adanya perbedaan bahwa guru honor menerima upah yang kurang sebanding dengan tugas serta beban kerja yang di alami. Hal ini dapat menimbulkan kondisi bekerja yang kurang baik, dan mungkin mennyebabkan terjadinya kecemburuan sosio ekonomi antara guru tetap dan guru honor, sehingga mengarah pada bentuk kinerja mengajar yang kurang sesuai antara guru honor dan guru tetap. Sudarmana (2013) mengungkapkan bahwa kondisi yang terjadi antara guru honor dan guru tetap terjadi karena adanya faktor kebijakan yang berlaku khususnya terkait dengan dengan keguruan itu sendiri, hal ini bila tidak di sikapi dengan bijak maka akan berpotensi membuat budaya kerja di satuan pendidikan yang memburuk.
(30)
Terkait dengan guru honor yang kurang menerima upah yang sebanding dengan beban kerja yang sama dengan guru tetap. Guru honor pun kurang mendapatkan apresiasi berupa pengakuan atas prestasi maupun kerja kerasnya dalam mengajar serta mendidik siswa. Apresiasi tersebut diperlukan oleh guru honor untuk menunjang proses guru honor dalam mengajar dan memberikan guru honor dalam mengajar. Berdasarkan informasi yang di peroleh dari salah satu guru honor, bahwa dalam hal pengapresiasian serta bentuk pengakuan akan pengajaran serta prestasi siswa yang terjadi karena guru yang mengajarkan terasa kurang, menurutnya kepala sekolah maupun orang tua murid yang lain hanya memandang nya berdasarkan itu dari kerja keras siswa itu sendiri, dan tidak melihat bagaimana usaha guru honor dalam mendidik maupun melatih siswa dalam meraih hasil tersebut. Sudarmana (2012) hal yang memperihatinkan guru honor adalah kurang nya hak untuk mengembangkan diri, hak memberdayakan diri tersebut di perlukan sebagai bentuk apresiasi yang di berikan oleh pihak sekolah maupun pihak luar atas prestasi dan kerja keras yang dilakukan oleh guru honor.
Selain itu, hal yang membedakan antara guru honor dan guru tetap adalah tentang status kepegawaian yang di pegang oleh guru honor honor. Menurut informasi yang didapatkan dari Salah satu Komite sekolah SD di Kota Wates menuturkan bahwa beberapa guru honor masih terus di mempertanyakan status kepegawaian mereka, hal itu terjadi karena mereka merasa hanya di beri janji lisan saja oleh sekolah maupun pemerintah. Sudarman (2012) menuturkan bahwa status
(31)
kepegawian dan kepastian hukum pada guru honor tidak pernah mereka miliki, karena guru honor hanya di ikat melalui kontrak kerja dengan pihak sekolah saja. Penjelasaan diatas memberikan gambaran bahwa guru honor dalam kondisi yang cukup waspada karena sewaktu-waktu ketika ada guru baru yang dateng dan ternyata dirinya memiliki surat penugasan dari pemerintah maka dirinya akan pergi. Hal ini lah yang membuat kepastian akan karier dari guru honor masih terus dipertanyakan oleh semua guru honor. Padahal guru honor dan guru tetap memiliki persamaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan berita dari media cetak online yaitu koran sindo yang dengan judul “Gaji Guru Honorer Segera Dinaikkan” berisi tentang hasil wawancara dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yaitu bapak Anies Baswedan, mengatakan bahwa akan memperjuangkan kesejahteraan guru honorer agar kehidupannya menjadi lebih layak. Menurut Mendikbud, meski kesejahteraan guru PNS semakin meningkat, hal tersebut berbanding terbalik dengan kesejahteraan guru honorer.
Kesejahteraan merupakan hal yang cukup penting dalam mencapai keberhasilan dan kesuksesan seorang pekerja. Hal ini juga di sampaikan oleh Kunandar (2011) agar dapat melaksanakan kewajiban dan menjalankan profesi dengan baik, bahwa dibutuhkan kesejahteraan pribadi dan profesi bagi guru yang meliputi; Imbal jasa yang wajar, rasa aman dalam melaksanakan tugasnya, kondisi kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas dan suasana kehidupan, hubungan antarpribadi yang baik serta kondusif, dan kepastian jenjang karier dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melihat fenomena rendahnya gaji honor, maka hal
(32)
tersebut menjadi suatu perhatian khusus bahwa guru honor saat ini membutuhkan kesejahteraan secara pribadi dan profesi dalam menjalankan tugas serta peranannya. Hal ini menguatkan pada pertanyaan bagaimana kesejahteraan psikologis guru berstatus honor.
Kesejahteraan psikologis sendiri menurut Ryff (1989) adalah sikap positif yang ditunjukan pada diri sendiri dan orang lain seperti: dapat mengambil keputusan sendiri dan mengatur tingkah laku dirinya sendiri, dapat membuat dirinya merasakan kenyamanan yang sesuai dengan lingkungan, sehingga membuat hidupnya lebih bermakna dan memiliki tujuan hidup yang terus di eksplorasikan serta dikembangkan. Maksudnya kesejahteraan secara psikologis itu terjadi ketika dalam kehidupan sehari-hari perasaan seseorang berjalan sesuai dengan fungsinya. Huppert (2008) juga mengungkapkan bahwa kesejahteraan psikologis sikap positif yang ada pada individu terkait dengan 6 dimensi yang ada dalam kesejahteraan psikologis itu sendiri. Dalam hal ini penting untuk kita teliti karena dalam kesehariannya beban seorang guru honor yang cukup berat dan tantangan profesi yang cukup tinggi serta tuntuntan dari masyarakat akan hasil perilaku pengajaran memperngaruhi perasaan positif dan berfungsi secara efektif pada guru berstattus honor. Kesejahteraan psikologis sendiri memiliki 6 dimensi yang berpengaruh dalam kesejahteraan psikologis seseorang yaitu : penerimaan diri, otonomi, relasi positif dengan orang lain, tujuan hidup, dan penguasaan lingkungan. Dimensi-dimensi tersebut mempengaruhi guru honor dalam mencapai kesejahteraan secara psikologis.
(33)
Penelitian lain yang meneliti tentang guru honorer terkait dengan kesejahteraan psikologis adalah “ kesejahteraan psikologis guru honorer AGHI di kota bandung, Jawa barat” yang dilakukan oleh Melda Sumanto (2013). Pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa 5 dimensi mendapatkan hasil yang tinggi ( pertumbuhan diri, penerimaan diri, otonomi, relasi positif, penguasaan lingkungan) sedangkan 1 dimensi yang mendapatkan hasil yang rendah (tujuan hidup). Sedangkan , secara data demografis subjek tidak dicantumkan penghasilan tambahan, mengajar di sekolah apa, lama mengajar, dan hal-hal yang penting dalam data demografis. Hal tersebutlah yang membuat penelitian yang akan di lakukan ini menjadi lebih menarik, karena terdapat perbedaan secara data demografis serta karakteristik subjek yang diteliti pun berbeda.
Selain itu penelitian sebelumnya yang meneliti terkait dengan kesejahteraan guru honor juga terjadi di guru honor rsbi yang ada di jakarta barat. Pada penelitian tersebut pada metode pengambilan data serta latar belakang mengajar, metode pengambilan data yang di lakukan pada penelitian tersebut di lakukan menggunakan metode obeservasi dan wawancara, dan subjek yang di gunakan hanya 4 orang guru dengan latar belakang subjek yang sama yaitu mengajar kurang lebih 2 tahun. Kota Wates adalah pusat administrasi dari Kabupaten Kulonprogo, Derah Istimewa Yogyakarta. Secara administrative berada di barat dari Kota Yogyakarta. Sedang kota Yogyakarta sendiri menurut orang banyak terkenal sebagai kota pelajarnya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melihat kesejahteraan psikologis pada guru honor di setiap tingkatan SD, SMP di kota Wates kabupaten Kulon Progo , Daerah Istimewa
(34)
Yogyakarta. Berdasarkan SK Gub No 252 tahun 2014, secara UMR ( upah minimum regional) Kulonprogo berada di posisi kedua terrendah setelah kabupaten gunungkidul, yaitu sebesar 1,268,720.
Berdasarkan uraian diatas, karena secara demografis berbeda dengan penelitian sebelumnya meskipun tuntutan dan beban kerja yang sama yang di tetapkan oleh pemerintah. Maka peneliti tertarik untuk melihat serta mengidentifikasi kesejahteraan psikologis yang ada pada guru honor pada tingkat SD dan SMP di kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dengan kondisi beban pekerjaan yang ada dan tekanan yang terus ada dari berbagai pihak. maka munculah pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana kesejahteraan psikologis yang dialami pada profesi guru honor SD, SMP di kota Wates?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengambarkan kesejahteraan psikologis yang ada pada guru honor SD, dan SMP dalam menghadapi tekanan pekerjaan di masa depan yang semakin berat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: Manfaat teoritis
(35)
1. Memberi sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu khususnya dalam bidang psikologi terkait kesejahteraan psikologis pada guru honor, sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap gambaran terhadap kesejahteraan psikologis pada profesi guru honor.
Manfaat Praktis
1. Memberi masukan bagi kegiatan penelitian yang lain, khususnya mengenai guru honor.
2. Bagi Pemerintah khususnya kota Wates untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan psikologis yang di alami oleh guru honor, sehingga dapat dijadikan gambaran akan guru honor, dan terciptanya kesejahteraan psikologis yang baik pada guru honor yang mengajar di SD dan SMP di kota Wates.
3. Bagi Subjek Penelitian, agar dapat lebih memahami lagi, bahwa dalam pekerjaan yang subjek lakukan penting untuk melihat dan mendeteksi adanya kesejahteraan secara psikologis dalam diri subjek, agar subjek dapat melaksanakan pekerjaan mengajar nya secara baik.
(36)
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Guru Honorer
1. Pengertian Guru Honorer
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi keempat (2011) guru honorer adalah guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima honorarium. Uzman (1995) menjelaskan guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Hal tersebut diperjelas dalam UU RI no 14 tahun 2005 menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi perserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru honorer dapat disebut sebagai seorang tenaga pengajar yang bertugas mendidik dan mengevaluasi peserta didik di pendidikan formal yang sama seperti guru tetap, tetapi berstatus sebagai calon pengawai tetap dan menerima gaji berdasarkan jumlah jam mengajar. Status calon pegawai tetap inilah yang melibatkan guru honorer harus terus berjuang untuk mendapatkan pengangkatan sebagai pegawai tetap untuk mendapatkan gaji yang sesuai dengan tugasnya, berbeda dengan guru tetap yang sudah diangkat menjadi pegawai tetap yang sudah menerima gaji
(37)
tetap, dimana beban tugas yang dilaksanakan sama dengan beban tugas guru honorer.
2. Beban kerja guru honorer
Menurut Permendagri No 12 tahun 2008 beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Menurut PP 74 tahun 2008 beban kerja guru diatur pada pasal 52 yang menyatakan, Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok:
a. Merencanakan pembelajaran;
b. Melaksanakan pembelajaran;
c. Menilai hasil pembelajaran;
d. Membimbing dan melatih peserta didik; dan
e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Dalam ayat 2 juga menyatakan Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijelaskan bahwa, guru yang berstatus honorer pun juga memiliki kewajiban melakukan beban kerja seperti, membuat rencana, melaksanakan, menilai pembelajaran. Kemudian, guru
(38)
honorer juga memberikan pelatihan untuk peserta didik dan melaksanakan tugas tambahan yang sesuai dengan pelaksanaan kegiatan pokok pengajaran. Menurut Sagala (2011) pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan dengan kemampuan anak. Kemampuan anak pada jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda, sesuai dengan perkembanganya, Sagala (2011). Berdasarkan hal ini maka terdapat perbedaan beban kerja guru honorer yang mengajar pada tiap tingkatan seperti SD, SMP, dan SMA.
B. Kesejahteraan psikologis
1. Definisi kesejahteraan psikologis.
Menurut Ryff (1989) kesejahteraan psikologis adalah sikap positif yang ditunjukkan pada diri sendiri dan orang lain seperti, mengambil keputusan sendiri, mengatur tingkah laku dirinya sendiri, membuat dirinya merasakan kenyamanan di lingkungannya, sehingga membuat hidupnya lebih bermakna dan memiliki tujuan hidup yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Selain itu wright dan cropazano (2000) menyebutkan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki 3 definisi karekteristik adalah ; yang pertama kesejahteraan secara fenomenologis yaitu individu merasa bahagia ketika secara pribadi individu tersebut yakin dan merasa percaya diri, kedua kesejahteraan membutuhkan kondisi emosional dari individu tersebut yaitu ketika emosi positif dalam diri individu lebih berperan daripada emosi negative yang ada, ketiga
(39)
kesejahteraan psikologis juga mengacu pada evaluasi secara keseluruhan akan hal yang dialami individu tersebut secara global.
2. Dimensi – dimensi pada kesejahteraan psikologis
Menurut Ryff(1996) membagi kesejahteraan psikologis menjadi 6 dimensi
a. Otonomi
Ryff (1996) menyebutkan bahwa dimensi otonomi yang tinggi ketika seorang individu dapat mengatasi tekanan terhadap diri dan bebas dalam mengambil sikap. Kemudian mampu menahan bentuk tekanan social yang berupa pikiran dan tindakan dengan cara –cara tertentu. Selain itu individu tersebut dapat mengatur keinginan berperilaku yang berasal dari dalam diri dan mampu mengevaluasi diri sendiri.
b. Penerimaan diri
Menurut Ryff (1996) ketika individu tersebut memiliki sikap positive terhadap diri sendiri, selanjutnya individu tersebut mengetahui dan mampu menerima segala aspek kelebihan serta kekurangan yang ada dalam diri, kemudian memiliki perasaan positif terhadap kejadian di masa lalu. Maka dimensi penerimaan diri individu tersebut berfungsi sepenuhnya.
c. Relasi postitif dengan orang lain
Ryff (1996) menyebutkan bahwa memiliki keharmonisan, kesenangan, dan kepercayaan dalam berelasi dengan orang lain, berperan penting
(40)
dalam relasi antar individu. Focus terhadap kesejahteraan orang lain yang di dalamnya terdiri akan kekuatan berempati, afeksi, dan keintiman adalah kemampuan dari memberi dan menerima pada hubungan antar manusia. Hal-hal tersebut merupakan definisi dari dimensi relasi positif dengan orang lain yang berfungsi seutuhnya.
d. Tujuan hidup
Menurut Ryff (1996) dimensi tujuan hidup didefinisikan dengan adanya keyakinan terhadap perasaan yang memiliki tujuan dan arti hidup dari diri seseorang. Hal tersebut ditekankan dengan adanya pemahaman akan arah dan target tujuan ada pada hidup ini. Memiliki perasaan bahwa ada arti dalam kehidupan saat ini dan masa lalu. Memegang keyakinan bahwa hidup ini memberikan tujuan tertentu dengan membuat sasaran dan target-target untuk kehidupan.
e. Penguasaan lingkungan
Ryff (1996) menekankan bahwa kemampuan seorang individu dalam memilih atau membuat kondisi lingkungan sekitar yang sesuai dirinya adalah bagian dari keahlian dan keterampilan individu dalam mengelola lingkungan sekitarnya. Hal ini didukungan dengan kemampuan individu tersebut dalam mengkontrol diri dan menghasilkan kesempatan yang penting serta efektif pada kegiatan- kegiatan yang kompleks di luar kebiasaanya. Maksudnya adalah seorang individu dapat menguasai dan mengelola kondisi lingkungan sekitarnya dengan baik, ketika individu itu
(41)
sendiri dapat mengkontrol kegiatannya dan mampu membuat kesempatan penting yang effektif.
f. Pertumbuhan diri
Ryff (1996) menyatakan individu yang memiliki perasaan untuk terus berkembang serta terbuka akan hal-hal baru adalah inividu yang mampu menyadari akan potensi dirinya dapat bertumbuh dan berkembang luas. Hal ini terjadi ketika individu tersebut mau untuk memperbaiki sifat dan sikapnya, serta mampu untuk mengubah cara berpikir yang lebih luas dan efektif setiap saat. Penjelasanya adalah individu dikatakan memiliki pertumbuhan diri yang baik ketika dirinya menyadari akan potensi yang ada dalam dirinya dapat terus bertumbuh dan berkembang. Hal tersebut terjadi ketika individu ini mampu terbuka akan hal-hal baru dan mengubah cara pandang diri yang efektif.
C. Faktor-faktor kesejahteraan psikologis
Ryff (1996) menyebutkan bahwa terdapat factor-faktor yang dapat mempengaruhi 6 dimensi yang ada dalam kesejahteraan psikologis.
a. Usia
Ryff (1996) menyatakan bahwa penguasaan lingkungan dan otonomi memberikan pengaruh besar pada proses perkembangan dari remaja sampai dengan dewasa. Sedangkan pertumbuhan diri dan tujuan hidup kurang memberikan pengaruh pada factor usia, terutama dari usia dewasa
(42)
sampai dengan usia lanjut. Penerimaan diri dan relasi positive pada orang lain tidak memberikan pengaruh apapun dalam tahapan usia.
b. Jenis kelamin
Ryff (1996) mengatakan terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam dimensi penerimaan diri dan relasi positive dengan orang lain. Wanita dari segala usia memiliki dimesi pertumbuhan diri dan relasi positive dengan orang lain lebih baik daripada pria. Kemudian tidak ada perbedaaan untuk dimensi kesejahteraan psikologis yang lain seperti penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan otonomi.
c. Status pendidikan, social ekonomi, dan pernikahan.
Ryff (1995) mengatakan bahwa pendidikan sangatlah terkait dengan kesejahteraan psikologis. Jika seseorang memiliki pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada tujuan hidup dan pertumbuhan diri. Selain itu Ryff (1989) menyebutkan bahwa pernikahan berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis seseorang. Individu yang sudah menikah akan berpengaruh pada penerimaan diri dan tujuan hidupnya. Social ekonomi menurut Ryff (1996) memberikan pengaruh pada tingkat kesejahteraan seseorang dalam perjalanan hidupnya. Hal ini tersebut terkait dengan pendapatan yang diterima, kemudian hal itu berpengaruh terhadap penguasaan lingkungan dan penerimaan diri.
(43)
Menurut Ryff (1996) budaya tidak dapat di lepaskan dari konsep diri seseorang dalam berrelasi dengan orang lain. Selain itu Ryff juga mengungkapakan Banyak diskusi melibatkan kontras antara individualistik / budaya independen dengan mereka yang lebih kolektif / saling tergantung . Ide-ide ini menunjukkan bahwa aspek diri yang lebih berorientasi kesejahteraan , seperti penerimaan diri atau otonomi , mungkin memiliki arti-penting yang lebih besar dalam konteks budaya Barat , sementara yang lain berorientasi dimensi kesejahteraan , seperti hubungan positif dengan orang lain , mungkin lebih besar signifikansi di Timur , budaya saling tergantung .
e. Peristiwa dan sejarah hidup
Menurut Ryff (1996) peristiwa hidup berkaitan erat pada individu menemukan kesejahteraan dalam dirinya. Maksudnya melalui pengalaman hidup seseorang dapat merasakan dan menemukan kesejahteraan dalam dirinya. Selain itu, menurut Ryff (1996) peristiwa kehidupan tertentu atau pengalaman dan bagaimana mereka mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Peristiwa dan sejarah kehidupan individu, merupakan gabungan dari banyak peristiwa dan pengalaman.
5. Kerangka berpikir
Permasalahan sering kali kita temukan dalam dunia pendidikan terkhususnya pada guru yang menyandang status pegawai honorer. Sagala (2006) menyatakan bahwa Permasalahan guru honor saat ini berkisar pada
(44)
permasalahan masa depan bangsa dilhat dari pendidikan, kemampuan atau kompetensi keguruan, nilai-nilai professional, kesejahteraan guru sebagai tenaga professional, organisasi atau lembaga profesi yang melindungi profesi guru, dan kemampuan mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mengelola pembelajaran. Profesi guru yang saat ini sedang dalam perkembangan mendapatkan tantangan dan masalah yang terus di hadapi. Kurangnya perhatian dan tekanan yang datang dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan cenderung mempengaruhi kesejahteraan psikologis seorang guru.
Kesejahteraan psikologis adalah kombinasi dari dimensi kesejahteraan yang luas mencakup evaluasi diri sendiri dan masa lalu, perasaan untuk terus bertumbuh dan berkembang sebagai diri, keyakinan bahwa hidup itu memiliki tujuan dan bermakna, memiliki kualitas relasi dengan orang lain, kemampuan untuk mengatur secara efektif kehidupan diri dan dunia sekitarnya, dan perasaan akan penentuan nasib sendiri. (Ryff,1995)
Tuntutan masyarakat pada guru untuk memantapkan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang dimana antar siswa didik bermacam latarbelakang maupun karakter, selain itu tekanan akan peningkatkan pelayanan pengajaran yang bermutu. Tekanan ini terjadi karena pandangan masyrakat tentang profesi guru sebagai sosok pendidik dan pengajar segala hal. Tekanan dan tuntutan itu membuat guru tidak memiliki pilihan lain
(45)
untuk melakukannya dan terbatasnya ruang gerak untuk guru berpendapat dan bertindak. Hal ini pun berpengaruh kesejahteraan psikologis guru honorer pada dimensi otonomi dan pengusaan lingkungan.
Status kepegawaian guru honorer yang berbeda, menyebabkan perbedaan pula dalam hal perkembangan diri guru honorer. Perbedaan tersebut terlihat dari sikap antara guru berstatus honorer terhadap guru yang berstatus tetap. Timbul rasa perbedaan dalam status ketenagakerjaan inilah yang berimbas pada relasi dan interaksi di antara mereka. Hal tersebut berpengaruh kesejahteraan psikologis guru honorer terkait dengan relasi positive dengan orang lain.
Reward yang berupa honorarium ataupun pengakuan dari masyarakat terasa tidak sesuai dengan kerja keras dan usaha yang di lakukan, membuat guru honorer pun merasa sulit untuk berkembang dan bertumbuh. Hal ini terjadi karena factor pemenuhan kebutuhan akutalisasi diri dalam bentuk material maupun dukungan kurang terpenuhi, sehingga guru honorer merasa terbebani secara pikiran dan perasaan. Hal tersebut pun berpengaruh terhadap tujuan dan niat dirinya dalam mengajar siswa didik semakin luntur. Hal ini pun mungkin berpengaruh pada kesejahteraan psikologis dalam tujuan hidup dan penerimaan diri guru honorer tersebut.
Kurangnya fungsi dari sekolah (lembaga pennyelengara pendidikan) sebagai jembatan komunikasi antara guru dengan pihak luar.
(46)
Sebagai jembatan komunikasi inilah seharusnya sekolah memberikan fasilitas kepada guru untuk dapat menyuarakan pendapatnya dalam sebuah rapat ataupun sebagai penyelangara sebuah kegiatan pelatihan untuk mengembangkan profesi guru tersebut. Kenyataannya beberapa sekolah jarang memberikan hal tersebut. Hal ini lah yang memberikan pengaruh pada keberfungsian dari dimensi pertumbuhan diri dalam kesejahteraan psikolgis.
Berdasarkan penjelasan pemikiran peneliti di atas maka, dapat dibuat suatu dinamika kerangka berpikir yang di gambarkan pada skema berikut:
(47)
Kesejahteraan Psikologis
otonomi Penerimaan diri
Pertumbuhan diri Relasi positif orang lain
Penguasaa n
lingkungan
Tujuan hidup Guru Honorer Beban kerja
1. Gaji atau upah dibawah UMR 2. Status
kepegawaian belum jelas
3. Beban kerja antara guru honor dan tetap sama
(48)
22
BAB III
Metodelogi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Mengacu pada Siregar (2013), penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variable yang lain. Ditambahkan pula metode deksriptif prosedur pemecahan masalah pada metode ini adalah dengan cara mengambarkan penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian di analisis dan diinterpretasikan, bentuknya berupa survey dan studi perkembangan. Sedangkan menurut Sumadhi (2002), penelitian deskriptif digunakan untuk membuat penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta maupun sifat subjek tertentu.
B. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, variable yang di teliti adalah kesejahteraan psikologis berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Carol D ryff. 2. Definisi Operasional Penelitian
(49)
Menurut Carol D ryff (1996) Kesejahteraan psikologis merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola semua sumber kesehatan mental dalam dirinya dengan sikap yang positif. Individu tersebut diamggap memiliki kesejahteraan piskologis ketika dirinya memiliki penerimaan diri,relasi positivie dengan orang lain, tujuan hidup, otonomi, pertumbuhan diri, dan mampu penguasaan lingkungan. Semua hal tersebut adalah 6 dimensi dari kesejahteraan psikologis.
Kesejahteraan piskologis subyek penelitian akan di ukur oleh skala empiris dan kemudian di gambarkan dengan keberfungsiannya keenam dimensi tersebut menurut teori kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Dimensi – dimensi dalam Kesejahteraan Psikologis antara lain : a) Dimensi Penerimaan Diri
Dimensi penerimaan diri menekankan pada individu dalam memahami dan menyadari sikap positif maupun negatif yang ada dalam diri sendiri dan merupakan hal penting dari suatu kesejahteraan psikologis.
b) Dimensi Relasi Positive dengan orang lain.
Dimensi relasi positive dengan orang lain dijalankan dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina kehangggatan, keramahan, dan kepercayaan dengan orang lain. c) Dimensi Tujuan hidup
Dimensi Tujuan hidup di tekankan pada adanya sikap dan kemampuan seseorang dalam memaknai perjalanan kehidupaannya
(50)
dari masa lalu hingga saat ini. Individu yang memiliki tujuan hidup memiliki kecenderungan untuk merencanakan masa depannya dan memakanai hidupnya.
d) Dimensi otonomi
Dimensi otonomi menekankan pada seseorang dalam menentukan sikap maupun perilaku dirinya sendiri. Hal tersebut terkait dengan tinggi dan rendahnya kemandirian, daya tahan akan tekanan, dan pengaruh lingkungan dalam dirinya. Seseorang yang memiliki aktualisasi diri yang baik dapat memfungsikan sifat keotonomiannya dengan baik.
e) Dimensi Pertumbuhan diri
Dimensi pertumbuhan diri adalah sikap dimana seorang individu dapat terus-menerus mengembangkan dirinya dan sadar akan potensi dirinya dapat terus bertumbuh. Individu yang memiliki tingkat pertumbuhan diri tinggi cenderung untuk terus mengembangkan potensi dirinya dengan melakukan banyak kegiatan dan terus belajar untuk bertumbuh.
f) Dimensi Penguasaan lingkungan
Dimensi penguasaan lingkungan ini menekankan pada hal dimana seseorang dapat mengkondisikan dan menciptakan keadaan lingkungan yang sesuai dengan dirinya. Individu yang memiliki penguasaan lingkungan yang baik cenderung akan dapat mengatasi permasalahan di lingkungannya dan mengelola kegiatan yang ada di luar dirinya.
(51)
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Guru-guru honorer yang mengajar di kota wates kabupaten Kulonprogo.
Kriteria:
a. Guru honor yang mengajar di sekolah swasta dan negeri di daerah sekitar pemerintahan kota Wates, Kulon Progo, DIY. b. Guru honorer yang mengajar sekurang-kurangnya selama 1
tahun. Dengan perttimbangan subjek dapat memberikan penilaian terkait pengalaman mengajar.
c. Guru honor yang menerima Gaji atau Upah dari Sekolah.
D. Alat pengambilan data
Metode pengambilan data ini menggunakan metode skala. Skala merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya Sugiyono (2007). Kesejahteraan piskologis subjek penelitian akan di ukur oleh skala likert dan kemudian di gambarkan dengan keberfungsiannya keenam dimensi tersebut menurut teori kesejahteraan psikologis dari Ryff.
Skala ini disusun untuk mengukur kesejahteraan psikologis melalui keenam dimensi yaitu otonomi, tujuan hidup, penerimaan diri, relasi positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Penyusunan skala mengacu pada high score dan low score yang telah di kemukakan dalam teori kesejahteraan psikologis Ryff (1996).
(52)
Tabel 1 skor kesejahteraan psikologis tiap dimensi
No Dimensi Skor tinggi Skor rendah 1 Otonomi memiliki sikap
me-nentukan diri sendiri dan mandiri.
memiliki sikap sanggup menolak tekanan sosial yang ada dengan berpikir dan bertindak dalam cara tertentu
memiliki kemampuan untuk mengatur perilaku dari dalam diri,
melakukan evaluasi diri sesuai dengan standar diri
peduli pada harapan dan evaluasi dari orang lain
mengandalkan penilaian dari orang lain dalam membuat keputusan penting
Mengikuti tekanan social dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan cara tertentu
2 Tujuan Hidup memilliki tujuan hidup dan perasaan terarah
merasakan ada makna pada kehidupan sekarang dan masa lalu
memegang keyakinan penuh dan memberikan nya pada tujuan hidup.
memiliki sasaran dan tujuan-tujuan untuk hidup
memiliki sedikit target dalam tujuan hidup dan tidak memiliki perasaan terarahkan
tidak melihat tujuan dari hidup yang terlewati
tidak memiliki pandangan atau keyakinan yang memberi makna hidup
tidak memiliki makna dalam hidup
3 Penerimaan diri memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
Mengakui dan menerima beberapa aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk
merasa menemukan sikap positive pada kehidupan masa lalu
merasa tidak puas dengan diri sendiri
kecewa dengan apa yang telah terjadi dalam kehidupan masa lalu
bermasalah tentang kualitas pribadi tertentu
Berharap menjadi diri yang berbeda
4 Relasi positif dengan orang lain
memiliki hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal ramah dan kepercayaan pada orang lain.
Peduli terhadap kesejahteraan orang lain.
mampu berempati, kasih sayang, dan kedekatan yang kuat.
Memiliki pemahaman arti memberi dan menerima dalam relasi dengan orang lain.
memiliki sedikit hubungan yang penuh rasa percaya dengan orang lain.
menemukan kesulitan untuk ramah, terbuka, dan peduli dengan orang lain.
merasa terasingkan dan tertekan dalam hubungan interpersonal dengan orang lain.
tidak bersedia berkompromi untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.
(53)
5 Penguasaan lingkungan
memiliki kesadaran penuh akan kemampu-an untuk menguasai dkemampu-an mengatur lingkungan
Mampu mengkontrol kegiatan di luar diri yang rumit.
memiliki kemampuan untuk membuat dan menggunakan peluang yang ada disekitarnya secara efektiv
memiliki kemampuan memilih dan membuat konteks yang sesuai dengan nilai-nilai kebutuhan pribadi
merasa kesulitan dalam mengkontrol urusan pribadi sehari-hari.
merasa tidak dapat mengubah atau memperbaiki kondisi sekitarnya
tidak menyadari peluang sekitarnya
tidak memiliki rasa kontrol atas lingkungan
6 Pertumbuhan diri memiliki perasaan akan perkembangan yang berkelanjutan
melihat diri sebgai pribadi yang terus berkembang dan ber-tumbuh
terbuka pada pengalaman baru mampu melihat potensi dalam diri.
memandang upaya peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu
Mengubah dengan cara yang lebih mencermin-kan keefektifan dan pengetahuan diri.
memiliki perasaan kemunduran dalam diri.
kurangnya perasaan untuk meningkatkan dan mengembangkan diri dari waktu - ke waktu
merasa jenuh dan tidak tertarik pada kehidupannya
merasa tidak dapat mengembangkan sikap atau perilaku baru
Skala kesejahteraan psikologis yang disusun untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis serta terkait dengan enam dimensi dalam kesejahteraan psikologis yang dirasakan guru-guru honorer swasta di Kota Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi ditentukan dengan skor yang tinggi pada setiap aitem yang terkait dengan enam dimensi kesejahteraan psikologis. Pada kesejahteraan
(54)
psikologis yang rendah di tunjukan dengan skor rendah pada aitem yang terkait dengan enam dimensi kesejahteraan psikologis tersebut. Skala yang digunakan peneliti adalah model skala likert, dengan modifikasi penggunaan opsi jawaban genap yaitu 4 jawaban. Anderson (1990b) dalam Supratiknya (2012) menyatakan penggunaan jumlah genap opsi jawaban, untuk membuat subjek memilih antara jawaban Favorable atau unfavorable. Artinya, subjek tidak di beri kesempatan menjawab netral. empat kategori skor jawaban dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2 skoring pernyataan favorable dan unfavorable
Aitem favorable Aitem unfavorable
SS (Sangat Sesuai) = 4 SS (Sangat Sesuai) = 1 S (Sesuai) = 3 S (Sesuai) = 2 TS (Tidak Sesuai) = 2 TS (Tidak Sesuai) = 3 STS (Sangat Tidak Sesuai) = 1 STS (Sangat Tidak Sesuai) = 4
(55)
Tabel 2 Distribusi item Skala Kesejahteraan Psikologis
E. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2013) menyatakan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Maksudnya dalam hal ini peneliti menentukan kriteria subjek yang akan di teliti.
F. Kredibilitas Alat ukur
1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukan sejauh mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak di ukurnya. Supratiknya (2012). Suatu skala yang memiliki validitas skor yang tinggi cenderung mempunyai kesalahan pengukuran yang rendah. Maksudnya skor tiap subjek yang di
No Dimensi Favorable Unfavorable Total aitem 1 Otonomi 3,24,36,38,45,52,
54,86,
7, 15,29,62,71,90 14
2 Penguasaan Lingkungan
4, 79, 53, 93, 10, 32,18,41
35, 87, 57, 25, 8, 13, 48, 75
16
3 Pertumbuhan Diri 82, 68, 73, 58, 65, 92, 1, 21, 37, 50
26, 5, 11, 39, 56, 77, 72, 63
18
4 Relasi positif dengan orang lain
2, 6, 16,
33,51,64,80,70
9, 19, 40, 55,83,91 66,74,
16
5 Penerimaan diri 17, 12, 30, 42, 59, 89, 76, 85
14, 23, 34, 81, 67,88, 78, 60
16
6 Tujuan Hidup 94, 69, 84, 20, 28, 46,
47, 44, 49, 61, 43, 31, 22, 27,
14
(56)
peroleh dari skala tersebut tidak jauh berbeda dengan keadaan sesungguhnya terjadi.
Validitas yang di gunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Relevansi suatu item di ukur dengan tujuan skala dapat di evaluasi dengan menggunakan nalar atau akal sehat untuk menilai apakah isi skala telah mendukung konstruk teori yang di ukur (Azwar 2013) .
Dalam menentukan relevansi item dengan tujuan mengukur skala, tidak dapat di dasarkan pada penlelitian peneliti sendiri. Maka dari itu, peneliti menggunakan professional Judgment untuk memenuhi validitas isi tersebut. Item dalam Skala dapat dinyatakan layak apabila telah mendapatkan kesepakatan dari seseorang yang telah ahli (expert judgement) (Azwar, 2013). Dalam hal ini, ahli yang dimaksud adalah Dosen M.M. Nimas Suprawati S.psi, Psi, M.psi. (expert judgment).
2. Hasil Ujicoba dan Seleksi Item
Ujicoba alat ukur penelitian ini dilakukan pada sekolah dasar swasta di kota Wates, Kulon Progo, Daerah istimewa Yogyakarta pada tanggal 20 Desember 2015 sampai tanggal 4 Febuari 2016. Skala yang disebar sebanyak 40 skala dan yang dikembalikan hanya 40 skala. Uji coba dilakukan berguna untuk melihat kualitas dari item skala yang akan di gunakan dalam penelitian.
(57)
Seleksi item dilakukan berdasarkan indeks daya diskriminasi item atau yang lebih dikenal dengan korelasi item total. Daya diskriminasi item menurut (Supratiknya 2012) menyatakan yaitu kefektivan sebuah item dalam membedakan testi yang secara relative menempati posisi tinggi dan testi yang secara relative menempati posisi rendah dalam hal kriteria atau atribut yang sedang menjadi obyek pengukuran.
Seleksi aitem dalam penelitian ini menggunakan batasan rix sebesar 0,25. Azwar (2013) mengemukakan bahwa pengujian daya diskriminasi item di lakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala yang menghasilkan korelasi item total, selain itu item yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,3 memiliki daya beda yang dianggap memuaskan. Sebaliknya apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang di inginkan, maka kita dapat mepertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,3 – 0,25, sehingga jumlah aitem yang dinginkan tercapai. Dalam hal ini peneliti menggunakan kriteria batasan dalam pemilihan item dengan rix ≥ 0,25.
(58)
Tabel 3 Distribusi Item Setelah pengujian
Skala Kesejahteraan psikologis
Keterangan : * Item Gugur 3. Reliabilitas Alat ukur
Pada penelitian ini peneliti menggunakan koefisien konsistensi internal sebagai relibilitas skala penelitian ini. koefisien konsistensi internal adalah Koefisien yang didasarkan pada hubungan antar skor pada kelompok-kelompok item dalam tes pada sekolompok subjek Supratiknya (2012). Azwar (1999) mneyatakan dalam pendekat konsistensi internal prosedurnya hanya mememerlukan satu kali pengerjaan tes oleh sekelompok individu sebagai subjek (single trial administration). Rumus mencari konsistensi internal menggunakan Alpha croncbach dengan menggunakan SPSS for windows version 21. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas dari kesejahteraan psikologis menurut
No Dimensi Favorable Unfavorable Total aitem 1 Otonomi 3,24,36,38,45,52,
54,86,
7,
15,*29,62*,71*,90 14
2 Penguasaan Lingkungan
4,79, 53, 93, *10, 32,18,41
35, *87, 57, 25, *8, 13, 48, 75
16
3 Pertumbuhan Diri *82,* 68, *73, 58, 65, 92, 1, 21, 37, 50
26, 5, 11, *39,56, 77, 72, *63
18
4 Relasi positif dengan orang lain
2,*6, 16, 33,51,*64,80,70 9, 19, 40,55,*83,91,*66,* 74, 16
5 Penerimaan diri *17, 12, *30, 42, 59, 89, 76, 85
14, 23, *34, *81, 67,88, 78,*60
16
6 Tujuan Hidup 94,*69,84,20, 28, 46,
47, 44, 49, 61,* 43, *31, 22, *27,
14
(59)
masing –masing dimensinya sebelum seleksi aitem adalah. Dimensi pertumbuhan diri memperoleh skor alpha croncbach 0,708, dimensi penerimaan diri 0,717, dimensi penguasaan diri 0,740, dimensi relasi dengan orang lain 0,756, dimensi tujuan hidup 0,704, dan dimensi otonomi 0,759. Kemudian setelah uji coba adalah otonomi 0,837, tujuan hidup 0,788, relasi positif dengan orang lain 0,796, penerimaan diri 0,816, penguasaan lingkungan 0,780 dan pertummbuhan diri 0,853. Untuk reliabilitas secara keseluruhan sebelum seleksi aitem peneliti menggunakan koefisien realibilitas berstrata. Koefisien reliabilitas berstrata menurut Widhiarso (2011) adalah pengukuran internal konsistensi dengan melibatkan komponen-komponen tes. Rumus untuk menghitung
koefisien reliabilitas berstrata sebagai berikut
Keterangan = varian butir pada komponen ke-I, = reliabilitas
komponen ke-I, = adalah varian skor total tes, dan didapatkan hasil 0,730, Sedangkan setelah seleksi aitem didapatkan hasil 0,817.
G. Metode Analisis Data
Dalam analisis data peneliti menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono
(60)
(2013). Pada penelitian ini juga dilakukan uji normalitas yang menggunakan Uji Kolmogorov – Smirnov untuk mengetahui persebaran data yang di lakukan normal atau tidak. Penelitian ini dalam mengkatagorikan subjek yang memiliki kategori kesejahteraan psikologis cenderung tinggi dan rendah dengan menggunakan uji satu sampel (one sampled T test ).
(61)
35
Bab IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A.Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April 2016. Yaitu dengan mengurus izin penelitian pada BAPPEDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan mengurus izin pada Dinas Badan Penanaman Modal Kabupaten Kulon Progo, yang kemudian mendapatkan izin untuk menyebar skala pada beberapa sekolah yang ada di kota wates kabupaten Kulon Progo. Pada tahap penyebaran skala peneliti melakukan penyebaran data skala pada 8 SD dan 4 SMP di kota wates. Peneliti melakukan penyebaran data sebanyak 120 skala pada subjek, kemudian yang mengembalikan hanya 90 skala setelah di periksa terdapat 85 skala serta dapat di gunakan.
B.Deskripsi subjek peneilitan
1. Usia
Pada penelitian ini usia subjek penelitian terdiri rentang umur antara 24 tahun sampai dengan 60 tahun. Dan di sajikan dalam tabel dan grafik berikut ini.
(62)
Grafik 1. Rentang usia data pnelitian
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan Jenis Kelamin dalam penelitian ini subjek yang berjenis kelamin Perempuan Terdapat sebanyak 47 dan yang berjenis kelamin laki-laki 38. Dengan penjelasan dalam grafik berikut ini.
(63)
Grafik 2. Jenis kelamin data penelitian
3. Status Pernikahan
Berkaitan dengan status pernikahan data yang di dapatkan dari subjek terdapat 59 memiliki status sudah menikah dan 26 belum menikah.
(64)
Grafik 3. Status Pernikahan Data penelitian
4. Lama mengajar
Dari data yang ada pada subjek didapatkan variasi lama mengajar yang telah di lakukan oleh subjek yaitu dari 1-20 tahun. Berikut tabel Lama mengajar subjek.
(65)
Tabel 4
Lama Mengajar Data penelitian
Lama mengajar
Jumlah subjek 1 Tahun 7 2 Tahun 9 3 Tahun 8 4 Tahun 9 5 Tahun 5 6 Tahun 6 7 Tahun 6 8 Tahun 5 9 Tahun 6 10 Tahun 4 11 Tahun 3 12 Tahun 3 14 Tahun 4 18 Tahun 3 19 Tahun 3 20 Tahun 4 85
5. Status Mengajar
Berdasarkan Status mengajar disekolah yang terdapat pada subjek data penelitian terdapat 3 kateogri yaitu Sekolah swasta, negeri, dan keduanya. Hal ini akan di gambarkan mealui grafik berikut ini
(66)
Grafik 4. Status Mengajar Data Penelitian
6. Pendidikan terakhir
Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil data subjek terkait dengan pendidikan terakhir yang di tempuh. Terdapat 4 jenjang pendidikan terakhir yaitu SMA , D3, Akta IV, dan S1. Dan pesebarannya akan di jelaskan dalam grafik berikut ini.
(67)
Grafik 5. Pendidikan Terakhir Data Penelitian
7. Penghasilan Tambahan
Sebagai bagian dari data subjek, peneliti juga memasukan kategori penghasilan tambahan yang di lakukan oleh subjek sebagai bagian dari deskripsi data subjek. Berikut grafik pengambaran penghasilan tambahan.
(68)
Grafik 6. Pengahasilan Tambahan data penelitian
8. Keluarga yang di tanggung
Keluarga yang di tanggung merupakan tambahan deskripsi subjek penelitian yang peneliti tambahkan. Karena memiliki pengaruh terhadap proses subjek mengelola proses kehidupan didalam keluarga dan lingkungan sosialnya. Dari data yang diperoleh terdapat bervariasi data dari yang tidak ada sampai 6 anggota keluarga yang biayanya harus di tanggung subjek dan di gambarkan dalam tabel dan grafik berikut ini.
(69)
Grafik 7. Keluarga yang di tanggung
C.Uji Normalitas
Digunakan untuk menguji yang digunakan normal atau tidak. Santoso (2010) uji normalitas adalah melakukan test datau uji apakah data yang ada sebaran datanya normal. Uji normalitas dapat menggunakan teknik kolmorgov smirnov, dengan teknik ini suatu data dapat dikatakan normal ketika memiliki nilai signifikansi atau nilai alpha sebesar 0,05(P> α 0,05). Hasil uji normalitas di sajikan pada tabel beikut ini.
(70)
Tabel 5. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Skortotal
N
85
Normal Parametersa,b
Rata-rata 205,41 Std. Deviation 17,972 Most Extreme Differences Absolute ,088 Positive ,084 Negative -,088 Kolmogorov-Smirnov Z ,807 Asymp. Sig. (2-tailed)
,533 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa distribusi data normal, hal itu dikarenakan nilai dari signifikasi (p) 0,533, dan nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (p >0,05 ).
D. Deskripsi data penelitian
1. Rata-rata teoritik dan Empiris
Dari data penelitian yang ada, maka diperoleh data deskripsi skala kesejahteraan psikologis berdasarkan dimensi-dimensinya yang ada pada tabel berikut ini.
(71)
Tabel 6. Rata-rata teorik dan rata-rata empirik
Varibel
Teoritik empiris
rata-rata x min x max
rata-rata x min x max
kesejahteraan
psikologis 172,5 69 276 205,41 147 256
Berdasarkan hasil di atas diketahui bahwa nilai dari rata=rata teoritik yang dicari dengan rumus µ = ½ (skor maksimal item + skor minimal item) jumlah item, dan didapatkan hasil 172,5. Sedangkan rata-rata empiris adalah rata-rata-rata-rata dari nilai total kesejahteraan psikologis, dan diperoleh hasil 205,41. Pada tabel terlihat perbedaan antara rata-rata teoritik dan rata-rata empiris, dimana nilai rata-rata empiris lebih besar dari rata-rata teoritik. Hal ini menunjukan bahwa ksejahteraan psikologis guru honorer cenderung tinggi.
Dengan adanya perbedaan rata-rata empiris kesejahteraan psikologis lebih tinggi daripada rata-rata teoritik. Maka perlu dilakukan uji T sample tunggal (one sample T test) untuk melihat signifikansi perbedaan antara rata-rata teoritik dan empiris, hal tersebut di sajikan dalam tebel berikut ini.
Tabel 7. Uji T rata-rata teoritik dan empiris
One-Sample Test Test Value = 172.5 t Df Sig.
(2-tailed)
Rata-rataDifference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
(72)
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikan yaitu 0,000 (P<0,05) hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata teoritik dan rata-rata empiris (perbedaan rata-rata32,912). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang cenderung cukup tinggi.
E.Analisis data
Berikut ini akan dipaparkan analisis data perdimensi kesejahteraan psikologis, yaitu otonomi,tujuan hidup,penerimaan diri,relasi positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri.
a. Dimensi otonomi
Data dimensi otonomi dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8
Rata-ratateoritik dan rata-rataempiris dimensi otonomi
Dimensi
Teoritik empiris
rata-rata x min x max
rata-rata x min x max sd
Otonomi 27,5 11 44 30,5 22 39 4,1
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada perbedaan rata-rataempiris lebih besar dari rata-ratateoritk yang ada. Hal ini menunjukan bahwa dimensi otonomi memberikan pengaruh yang tinggi pada kesejaheraan psikologis (rataempiris = 30,5 > rata-ratateoritik 27,5 ).
(73)
Perbedaan antara rata-ratateoritik dan rata-rataempiris di uji dengan menggunakan uji satu sampel (one sample t test ) yang akan di sajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 9. Uji t rata-ratateoritik dan rata-rataempiris
dimensi otonomi
Test Value = 27.5 t Df Sig. (2-tailed)
Rata-rataDifference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
otonomi 7,357 84 ,000 3,312 2,42 4,21
Berdasarkan hasil uji t di atas diketahui nilai signifikansinya 0,00, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifkan antara rata-rata empiris dan teoritik dengan perbedaan mean= 3,31. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi otonomi memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada kesejahteraan psikologis.
Selain itu, peneliti juga melakukan kategorisasi sebaran data. Kategorisasi sebaran data dalam tabel berikut mengunakan batas nilai uji rata-rata empirik. Pada nilai < 30,5 masuk dalam kategori rendah dan > 30,5 masuk dalam kategori tinggi. Berikut kategori data yang disajikan pada grafik dibawah ini.
(74)
Grafik 8. Sebaran Data Dimensi Otonomi
Pada grafik di atas terlihat katagorisasi dilakukan dengan membagi subjek kedalam dua kelompok berdasarkan rata-rata kelompok yaitu 30,5. Subjek yang nilainya kurang dari 30,5 di masukan kedalam katagori kelompok dengan otonomi rendah dan subjek yang lebih dari 30,5 masuk dalam katagori kelompok otonomi tinggi. Kelompok dengan kategorisasi rendah sebanyak 26 subjek , sedangkan dengan kategorisasi tinggi sebanyak 59 subjek. Kelompok kelompok yang dikategorisasikan ini sama–sama memiliki kecenderungan positif dimensi otonomi pada kesejahteraan psikologis.
Perbedaan kecenderungan kelompok dimensi otonomi yang memiliki kategori nilai tinggi maupun rendah tersebut merupakan perbedaan reaksi subjek terhadap kontrol diri dan bebas mengambil
(75)
sikap diri terkait kesejahteraan psikologis mereka. Meskipun kedua kelompok memiliki peranan yang sama, tetapi kelompok dengan nilai yang lebih tinggi cenderung memiliki sikap dan perasaan yang positif pada dimensi otonomi daripada kelompok subjek dengan dimensi otonomi yang lebih rendah.
b. Dimensi Tujuan Hidup
Data dimensi tujuan hidup dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10
Rata-ratateoritik dan rata-rataempiris dimensi tujuan hiup
Dimensi
Teoritik empiris
rata-rata x min x max
rata-rata x min x max sd
Tujuan hidup 25 10 40 29,6 20 37 3,5
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada perbedaan rata-rataempiris lebih besar dari rata-ratateoritk yang ada. Hal ini menunjukan bahwa dimensi otonomi memberikan pengaruh terhadap tinggi pada kesejaheraan psikologis (rata-rataempiris = 29,6 > rata-ratateoritik 25 ).
Perbedaan antara rata-rata teoritik dan rata-rata empiris di uji dengan menggunakan uji satu sampel (one sample t test ) yang akan di sajikan pada tabel berikut ini.
(76)
Tabel 11. Uji T dimensi tujuan hidup
Test Value = 25 t Df Sig.
(2-tailed)
Rata-rataDifference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper tujuanhidup 12,064 84 ,000 4,647 3,88 5,41
Berdasarkan hasil uji t di atas diketahui nilai signifikansinya 0,00, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifkan antara rata-rata empiris dan teoritik dengan perbedaan mean= 4,64. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi tujuan memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada kesejahteraan psikologis.
Selain itu, peneliti juga melakukan kategorisasi sebaran data dalam tabel berikut mengunakan batas nilai uji rata-rataempirik. Katagorisasi dilakukan dengan membagi subjek kedalam dua kelompok berdasarkan rata-rata kelompok yaitu 29,6, jika nilai <29,6 masuk dalam kategori rendah dan >29,6 masuk dalam kategori tinggi. Berikut kategori data yang disajikan pada grafik dibawah ini.penelitian dan disajikan pada grafik sebagai berikut.
(77)
Grafik 9. Kategorisasi dimensi Tujuan Hidup
Pada grafik di atas terlihat perbedaan kecenderungan kelompok dimensi otonomi yang memiliki kategori nilai tinggi maupun rendah tersebut merupakan perbedaan reaksi perasaan subjek terhadap keyakinan akan target -target dan tujuan hidup terkait kesejahteraan psikologis mereka. Meskipun kedua kelompok memiliki peranan yang sama, tetapi kelompok dengan nilai yang lebih tinggi cenderung memiliki sikap dan perasaan yang positif pada dimensi tujuan hidup daripada kelompok subjek dengan dimensi tujuan hidup yang lebih rendah.
(78)
c. Deskripsi Dimensi Penerimaan diri.
Data dimensi Penerimaan diri dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 12. Rata-rata teoritik dan rata-rata empiris
dimensi penerimaan diri
Dimensi
Teoritik Empiris
rata-rata x min x max
rata-rata x min x max Sd
Penerimaan diri 27,5 11 44 34,4 22 43 4,0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata empiris lebih besar dari rata-rata teoritk yang ada (rata-rata empiris = 34,4 > (rata-rata-(rata-rata teoritik 27,5 ).
Perbedaan antara rata-rata teoritik dan rata-rata empiris di uji dengan menggunakan uji satu sampel (one sample t test ) yang akan di sajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 13
Uji t test dimensi penerimaan diri Test Value = 27.5 T df Sig.
(2-tailed)
Rata-rataDifferen
ce
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper penerimaan 15,525 84 ,000 6,900 6,02 7,78
Berdasarkan hasil uji t di atas diketahui nilai signifikansinya 0,00, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifkan antara rata-rata empiris dan teoritik dengan perbedaan mean= 6,90. Hasil tersebut dapat disimpulkan
(79)
bahwa dimensi penerimaan diri memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada kesejahteraan psikologis.
Selain itu, peneliti juga melakukan kategorisasi sebaran data dalam tabel berikut mengunakan batas nilai uji rata-rataempirik. Jika nilai <34,4 masuk dalam kategori rendah dan >34,4 masuk dalam kategori tinggi. Berikut kategori data yang disajikan pada grafik dibawah ini.penelitian dan disajikan pada grafik sebagai berikut.
Grafik 10. Kategorisasi dimensi penerimaan diri
Pada grafik di atas terlihat katagorisasi dilakukan dengan membagi subjek kedalam dua kelompok berdasarkan rata-rata kelompok yaitu 34,4. Subjek yang nilainya kurang dari 34,4 di masukan kedalam katagori kelompok dengan Penerimaan diri rendah dan subjek yang lebih dari 34,4 masuk dalam katagori
(80)
kelompok penerimaan diri tinggi. Kelompok dengan kategorisasi rendah sebanyak 41 subjek, sedangkan dengan kategorisasi tinggi sebanyak 44 subjek. Kelompok kelompok yang dikategorisasikan ini sama–sama memiliki kecenderungan positif pada kesejahteraan psikologis.
Perbedaan kecenderungan kelompok dimensi penerimaan diri yang memiliki kategori nilai tinggi maupun rendah tersebut merupakan perbedaan reaksi perasaan subjek akan penerimaan dirinya dan sikapnya terkait kesejahteraan psikologis mereka. Meskipun kedua kelompok memiliki peranan yang sama, tetapi kelompok dengan nilai yang lebih tinggi cenderung memiliki sikap dan perasaan yang positif pada dimensi penerimaan diri daripada kelompok subjek dengan dimensi diri yang lebih rendah.
d. Data deskripsi dimensi relasi positif dengan orang lain.
Data dimensi relasi positif dengan orang lain dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Rata-rata teoritik dan rata-rata empiris
dimensi relasi positif dengan orang lain
Dimensi
Teoritik Empiris
rata-rata x min x max
rata-rata x min x max Sd
Relasi positif
(81)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ada perbedaan rata-rata empiris lebih besar dari rata-ratateoritk yang ada. Hal ini menunjukan bahwa dimensi otonomi memberikan pengaruh yang tinggi pada kesejaheraan psikologis (rataempiris = 32,9 > rata-ratateoritik 27,5 ).
Peneliti juga menggunakan uji satu sampel (one sample t test ) untuk melihat signifikansi dan mean differance pada rata-rata teoritik dan rata – rata empiric, yang akan di sajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Uji T test Dimensi relasi positif
Test Value = 27.5 T Df Sig.
(2-tailed)
Rata-rataDiffer
ence
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Relasi 12,281 84 ,000 5,429 4,55 6,31
Berdasarkan hasil uji t di atas diketahui nilai signifikansinya 0,00, hasil ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifkan antara rata-rata empiris dan teoritik dengan perbedaan mean= 5,42. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi Relasi positif dengan orang lain memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada kesejahteraan psikologis.
Selain itu, peneliti juga melakukan kategorisasi sebaran data dalam tabel berikut mengunakan batas nilai uji rata-rataempirik. Jika nilai <32,9 masuk dalam kategori rendah dan
(82)
>32,9 masuk dalam kategori tinggi. Berikut kategori data yang disajikan pada grafik dibawah ini.penelitian dan disajikan pada grafik sebagai berikut.
Grafik 11. Kategorisasi dimensi relasi positif dengan orang lain
Pada grafik di atas terlihat katagorisasi dilakukan dengan membagi subjek kedalam dua kelompok berdasarkan rata-rata kelompok yaitu 32,9. Subjek yang nilainya kurang dari 32,9 di masukan kedalam katagori kelompok dengan Relasi positif dengan orang lain rendah dan subjek yang lebih dari 32,9 masuk dalam katagori kelompok relasi positif dengan orang lain yang cukup tinggi. Kelompok dengan kategorisasi rendah sebanyak 39 subjek, sedangkan dengan kategorisasi tinggi sebanyak 46 subjek. Kelompok kelompok yang dikategorisasikan ini sama–sama memiliki kecenderungan positif pada kesejahteraan psikologis.
(1)
Test of Homogeneity of Variances
lama_kerja
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,701 2 82 ,499
ANOVA
lama_kerja
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1614,814 2 807,407 3,163 ,047 Within Groups 20930,763 82 255,253
Total 22545,576 84
d.
Analisis data status pernikahan
Group Statistics
VAR00002 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean VAR00001
1,00 58 175,78 12,115 1,591
2,00 26 164,50 21,403 4,198
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper VAR00001
Equal variances assumed
(2)
Equal variances not assumed
2,512 32,404 ,017 11,276 4,489 2,137 20,415
e.
Analisis data kesejahteraan psikologis guru honor sd dan guru
honor smp
Group Statistics
sd_SMP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean guruhonor
guru honor sd 45 176,69 13,509 2,014 guru honor SMP 40 166,45 17,756 2,807
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
guruhonor Equal variances assumed
1,136 ,290 3,011 83 ,003 10,239 3,401 3,475 17,003
Equal variances not assumed
2,963 72,455 ,004 10,239 3,455 3,352 17,126
(3)
(4)
Lampiran 5
Surat Ijin Penelitian
(5)
(6)