HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM DETEKSI ESBL METODA PEMERIKSAAN BAKTERI PENGHASIL ESBL

β-lactamase bisa mengnonaktifkan cephamycin dan tidak dihambat o leh inhibitor β-lactamase seperti asam klavulanat. 35-36

2.2.5. HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM DETEKSI ESBL

Jika hasil pertumbuhan bakteri menunjukkan hasil gram negatif, maka kita harus berhati-hati dalam menginterpretasi hasil “tes kepekaan antibiotik” TKA karena dikhawatirkan bakteri ini dapat memproduksi ESBL. Untuk itu sebaiknya kita harus mengetahui hal-hal yang penting dalam menditeksi ESBL, yaitu : 1. Semua isolat E.coli atau K.pneumonia harus diuji terhadap antibiotik β-lactam. Jika hasil isolat menunjukkan terjadinya penurunan sensitif terhadap satu atau lebih dari ceftazidime, cefotaxime, ceftriaxone, cefpodoxime atau aztreonam tapi sensitif terhadap cefoxitin atau cefotetan harus dianggap sebagai potensial ESBL. 2. Isolat E.coli atau K.pneumonia menunjukkan penurunan sensitif atau resisten terhadap extended spectrum cephalosporin dan cefoxitin atau cefotetan harus dianggap sebagai potensial AmpC resistance. 3. Pengujian selektif untuk ESBL harus dipertimbangkan untuk enteric bacilli gram negatif yang diisolasi dari bagian tubuh yang steril atau jika dicurigai terjadinya infeksi nosokomial. Universitas Sumatera Utara 4. Pengujian tes tambahan harus dipertimbangkan untuk enteric bacilli gram negatif jika terjadi kegagalan terapi ketika hasil dari isolat bakteri yang sama menunjukkan hasil yang sensitif terhadap extended spectrum cephalosporin. 37

2.2.6. METODA PEMERIKSAAN BAKTERI PENGHASIL ESBL

National Committee for Clinical Laboratory Standards NCCLS yang kemudian berganti nama menjadi Clinical and Laboratory Standards Institute CLSI merekomendasikan metoda penyaringscreening ESBL adalah : o Disc Diffusion Methods o Sreening by Dilution Antimicrobial Susceptibility Test Test konfirmasi ESBL, CLSI merekomendasikan : o Cephalosporin Clavulanate Combination Disc o Broth Microdilution Sampai akhir tahun 1998 belum ada panduan konsensus internasional tentang mendeteksi ESBL. The Canadian Guidline Laboratories, mengusulkan beberapa metoda untuk mendeteksi enterobacteriaceae penghasil ESBL, yaitu : o Disk Diffusin Testing o MIC Method o Disk Approximation Double Disk Method o Molecular Testing Universitas Sumatera Utara o Broth Microdilution 2.2.6.1. Disc Diffusion Testing CLSI menetapkan Disc Diffusion Testing dapat digunakan sebagai tes penyaring untuk bakteri penghasil ESBL seperti Klebsiella, E.coli, dan Proteus mirabilis. Disc Diffusion Testing adalah uji TKA, kecurigaan ESBL ditentukan berdasarkan perubahan zona diameter tertentu. Digunakan cefpodoxime, ceftazidime, aztreonam, cefotaxime atau ceftriaxone. Jika salah satu diameter zona menunjukkan kecurigaan adanya produksi ESBL, maka harus dilakukan phenotypic confirmatory test. Pada tahun 1995, Thomson mencatat bahwa kepekaan disk diffusion cefpodoxime dapat diandalkan untuk membedakan antara penghasil ESBL dan bukan penghasil ESBL dari K. Pneumonia dan E.coli. CLSI merekomendasikan zona diameter ≤ 22 mm untuk 10 μg disk cefpodoxime sebagai tes penyaring yang cocok untuk bakteri penghasil ESBL. Namun tes ini kurang spesifik bila digunakan untuk E.coli, oleh karena itu kini CLSI merekomendasikan batas penyaring cefpodoxime adalah ≤ 17 mm. Uji disk cefpodoxime memiliki sensitivitas hampir 100. Metoda ini dapat dilihat pada tabel 2. 8 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.8. MIC and Inhibitor Zone Criteria For The Detection of ESBLs in K.pneumoniae and E.coli MIC and Inhibition Zone Criteria for the Detection of ESBLs in K. pneumoniae and E.coli Antibiotic Zone diameter for susceptible strains Zone diameter for possible ESBL- producing strains MIC for susceptible strains MIC for possible ESBL- producing strains Aztreonam 30g ≥ 22 mm ≤ 27 mm ≤ 8 mgL ≥ 2 mgL Cefotaxime 30g ≥ 23 mm ≤27 mm ≤ 8 mgL ≥ 2 mgL Cefpodoxime 10g ≥ 21 mm ≤ 22 mm ≤ 8 mgL ≥ 2 mgL Ceftazidime 30g ≥ 18 mm ≤ 22 mm ≤8 mgL ≥ 2 mgL Ceftriaxone 30g ≥21 mm ≤ 25 mm ≤ 8 mgL ≥2 mgL Tabel ini menggambarkan adanya Grey Area pada zone diameter dan nilai MIC yang harus dipertimbangkan ketika hasil isolasi mengarah ke bakteri penghasil ESBL. Pedoman dari NCCLS 1999 merekomendasikan phenotypic confirmatory test dengan menggunakan Universitas Sumatera Utara ceftazidime 30 μg dibandingkan ceftazidimeasam klavulanat 3010 μg. Hasil zona yang terbentuk dibandingkan dengan zona diameter yang terdapat pada tabel 2. Jika hasilnya A ≥ 5 mm untuk hasil kombinasi dengan disk asam klavulanat dibandingkan zona yang bukan kombinasi antibiotik, maka hasil ini menunjukkan bahwa bakteri yang diuji memproduksi ESBL 2.2.6.2. Metoda MIC CLSI merekomendasikan dilution method untuk uji penyaring bakteri penghasil ESBL, seperti E.coli dan Klebsiella. Digunakan ceftazidime, aztreonam, cefotaxime, cef triazone dengan konsentrasi 1 μgml. Pertumbuhan bakteri pada konsentrasi ini MIC cephalosporin, ceftazidime, cefotaxime, ceftriazone, aztreonam ≥ 2μgml, cefpodoxime ≥ 8μgml dapat dianggap sebagai penghasil ESBL. Metoda ini direkomendasikan untuk K.pneumoniae, K.oxytoca dan E.coli. Jika bakteri yang diuji diduga mengandung ESBL maka harus dilanjutkan dengan uji konfirmasi phenotypic conformation test. 2.2.6.3. Disc Approximation Double Disc Method Double Disc Synergy Test Disc approximation method adalah metoda dengan menggunakan bermacam target disk yang saling Universitas Sumatera Utara berdekatan atau hanya menggunakan disk cefpodoxime secara tunggal dan disk asam klavulanat. Penempatan disk ini harus mengikuti metoda yang telah divalidasistandar. The Canadian External Quality Assessment Advisory Group for Antibiotic Resistance, The Indian Journal of Medical Microbiology, The British Society for antimicrobial Chemotherapy dan NCCLS CLSI merekomendasikan metode ini sebagai screening test ESBL. Pada agar Mueller Hinton diinokulasi dari suspensi kultur blood agar dengan cara dan metodanya sama seperti yang direkomendasikan untuk uji TKA. Disk yang berisi 30μg cefotaxime atau ceftazidime atau ceftriazone atau aztreonam atau 10 μg cefpodoxime ditempatkan dengan jarak masing-masing disk adalah 15 mm ujung ke ujung atau 20-30 mm pusat ke pusat disk dari disk amoxcicillin- asam klavula nat 10 μg. Setelah inkubasi selama 16-20 jam, pada suhu 37°C, setiap peningkatan zona inhibisi antara disk dari β-lactam dan yang mengandung β- lactamase inhibitor merupakan indikasi adanya suatu ESBL atau dikatakan sinergy jika ditemukan zona yang jernih di tepi disk cefotaxime dan melebar hingga disk yang mengandung asam klavulanat. Keadaan sinergy ini di Universitas Sumatera Utara interpretasikan sebagai ESBL. Metoda ini digunakan untuk E.coli dan K.pneumoniae. Sensitivitas metoda ini berkisar 79- 97 dan spesifisitas 94 - 100. 37 Gambar 2.5. ESBL Positive Result by Double Disc Synergy Test 38 2.2.6.4. Molecular Testing Lebih dari 800 jenis β-lactamase telah ditemukan, sehingga para ahli mulai merancang dan mengimplementasikan protokol molekular untuk mendeteksi gen β-lactamase. Saat ini tes PCR telah tersedia dan dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri penghasil ESBL. Cephalosporin Clavulanat Combination Disc CLSI merekomendasikan tes konfirmasi ESBL adalah phenotypic conformation test dengan menggunakan disk cefotaxime 30 μg atau ceftazidime 30μg dengan atau tanpa klavulanat 10μg pada bakteri Klebsiella dan E.coli. Universitas Sumatera Utara Cara membuat disk ini yaitu larutan asam klavulanat ditambahkan pada disk cephalosporin, kemudian di inkubasi selama 1 jam, setelah itu baru dapat digunakan. Tes ini dilakukan pada agar Mueller Hinton. Dikatakan phenotypic conformation ESBL positif jika terjadi perbedaan diameter ≥ 5 mm antara disk cephalosporin tanpa klavulanat dengan disk cephalosporin klavulanat 2.2.6.5. Broth Microdilution Digunakan ceftazidime dan ceftriaxone dengan atau tanpa 2 mgl asam klavulanat rekomendasi NCCLS 4 mgl asam klavulanat . Ceftazidime 0,25 – 128 μgml, ceftazidime yang ditambahkan asam klavulanat 0,254 – 1284 μgml. Cefotaxime 0,25 - 64 μgml, dan cefotaxime yang ditambahkan asam klavulanat 0,254 – 644 μgml. Untuk meningkatkan sensitivitas metoda ini, ceftazidime dan cefotaxime harus digunakan. Cara pengenceran broth microdilution sesuai standar TKA. Dikatakan phenotypic conformation ESBL positif jika ≥ 3 twofold – serial dilution decresae in MIC penurunan ≥ 3 kali lipat serial MIC pada MIC cephalosporin yang mengandung asam klavulanat dibandingkan yang tidak mengandung asam klavulanat. Metoda ini dapat bekerja dengan baik untuk K.pneumoniae dan E.coli yang memproduksi ESBL. 36-39 Universitas Sumatera Utara

2.2.7. TERAPI INFEKSI AKIBAT BAKTERI PENGHASIL ESBL

Dokumen yang terkait

Beberapa faktor resiko infeksi pada pasien oleh E.coli dan K.pneumonia penghasil ESBL di RSUP H. Adam Malik Medan

9 129 103

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih

2 48 18

Pola Kuman Penyebab Infeksi Saluran Kemih Dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotika Di RSUP H.Adam Malik Periode Januari 2009-Desember 2009.

1 45 75

Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital

1 77 17

POLA KUMAN DAN RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN Pola Kuman Dan Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Periode

0 10 17

POLA KUMAN DAN RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN Pola Kuman Dan Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Periode

0 5 12

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DI RUMAH SAKIT X Pola Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari 2013-Se

0 3 22

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Pola Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik pada Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari 2013-September 2015.

0 2 14

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lidah Buaya terhadap Bakteri Penghasil Extended Spectrum β-Lactamase (ESBL) Isolat Infeksi Luka Operasi.

0 2 12

Pola Resistensi Antimikroba pada Infeksi Saluran Kemih yang disebabkan Bakteri Penghasil ESBL dan Non-ESBL

0 1 8