87 industri tersebut. Hal ini sesuai dengan alasan yang dikemukan
oleh industri bahwa setiap pekerjaan yang ada dan sesuai serta mampu dilakukan oleh peserta praktik diberikan oleh industri
dengan pengawasan personil pembimbing yang telah ditunjuk. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
produktif yang terlaksana dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri secara keseluruhan sebesar 38 dari total 62 butir yang dapat
dilaksanakan di Industri.
2. Pekerjaan yang Sesuai dengan Kompetensi Produktif dalam
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri
Kompetensi produktif yang terlaksana tersebut meliputi kompetensi produktif pada kelompok dasar kompetensi kejuruan
dengan rerata kelompok sebesar 9,2 37 dalam implementasinya, kelompok kompetensi bidang engine dengan rerata kelompok sebesar
9,137 dalam implementasinya. pada kelompok kompetensi sistem pemindah tenaga rerata kelompok sebesar 8,9 36 dalam
implementasinya, sedangkan kelompok kompetensi chasis dalam implementasinya diperoleh nilai rerata kelompok sebesar 11,2 45
dan kelompok kompetensi bidang kelistrikan didapatkan nilai rerata kelompok sebesar 9,2 37.
Makna yang dapat diambil dari kesimpulan tersebut bahwa peserta didik yang melaksanakan Prakerin terkadang tidak mampu
mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya karena terkendala
88 kesempatan yang diberikan terhadap peserta didik terlalu banyak
dibatasi. Jika mengacu pendapat Wardiman Djojonegoro 1998:71 yang
menyampaikan bahwa: “Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia
industri akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai- nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di
Sekolah, antara lain pembentukan 1wawasan mutu, 2wawasan keunggulan, 3wawasan pasar, 4wawasan nilai
tambah dan 5pembentukan etos
kerja”.
Merujuk pada pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa praktik industri merupakan suatu tahap persiapan profesional dimana
seorang peserta didik yang hampir menyelesaikan studinya secara formal melakukan pekerjaan di lapangan dibawah supervisi seorang
administrator yang kompeten dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan kemampuannya dan melaksanakan
tanggung jawab dalam bidangnya. Melihat pelaksanaan Prakerin yang ada, hanyalah suatu bentuk pengulangan-pengulangan pekerjaan-
pekerjaan dasar dari praktikum yang dilaksanakan di sekolah. Hal ini tentunya tidak membuat kemampuan peserta didik berkembang karena
peserta didik hanya diajarkan kembali, setiap pekerjaan hanya berdasarkan instruksi yang diberikan oleh pembimbing. Dalam hal ini
industri tidak dapat dituntut untuk memberikan kesempatan kepada siswa guna lebih mengembangkan kemampuannya dengan memberikan
89 kualitas pekerjaan yang lebih baik, karena pelaksanaan Prakerin
berdasrkan permintaan sekolah, bukan berdasarkan kebutuhan industri. Dengan demikian, dalam hal ini dperlukan suatu pendekatan-
pendekatan yang lebih intensif dan lebih menyeluruh dari sekolah untuk melakukan promosi-promosi yang sifatnya meyakinkan industri, bahwa
peserta didik mampu melakukan pekerjaan yang lebih baik. Sekolah seharusnya memberikan industri pandangan yang menumbuhkan
keyakinan bahwa siswa yang melaksanakan Prakerin memiliki kompetensi yang siap pakai dengan mengundang pihak Industri mitra
untuk melihat langsung bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Disisi lain, sekolah sebagai dunia pendidikan juga
harus melakukan evaluasi-evaluasi terhadap kemitraannya dengan Industri, agar peserta didik dalam memilih Industri tidak hanya sekedar
menyelesaiakan tugas belajar, tetapi benar-benar memanfaatkan pelaksanaan
Prakerin sebagai
upaya untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliknya. Usaha-usaha yang lebih baik perlu
dilakukan oleh sekolah agar siswa setelah menyelesaikan studinya benar-benar telah siap bekerja.
3. Partisipasi Industri dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Industri