Koordinasi Pelayanan Sosialisasi dan Koordinasi

62 Operasionalisasi Pelayanan Prima Organisasi profesi yang langsung maupun tidak langsung berkepentingan dan dengan kelangsungan hidup pelayanan kita. Poliklinik tentunya memiliki arti tersendiri bagi Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Organisasi profesi dapat juga kita perankan sebagai sumber pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Assosiasi dunia usaha, Gabungan Pengusaha Farmasi tentu sangat berkepentingan dengan kelangsungan hidup poliklinik, karena merupakan “outlet” produk obat-obatan yang cukup potensial. Sektor-sektor lain dalam pemerintahan. Poliklinik tentunya sangat penting bagi sektor pendidikan, yaitu sebagai lahan praktek bagi siswa perawat, siswa bidang, mahasiswa kedokteran, siswa pekerja sosial, dll. Para “stakeholder” umumnya sangat antusias dalam pengembangan pelayanan kita. Selain dapat langsung menyampaikan aspirasinya, sering kali mereka juga merasa lebih berkepentingan dan lebih berdaya untuk menjamin kelangsungan hidup pelayanan dan pada karyawan unit kita sendiri. Teknik sosialisasi rancangan proses pelayanan kepada para “stakeholder” sangat beraneka ragam tergantung siapa yang dihadapi. Pada umumnya teknik interaksi tatap muka masih merupakan teknik paling efektif. Teknik ini dapat berupa Modul Diklatpim Tingkat IV 63 presentasi, seminar, lokakarya, sarasehan, dan lain semacamnya. Dalam melakukan tatap muka ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, rancangan proses pelayanan perlu dikemas secara khusus sesuai dengan kebutuhan “stakeholder” yang dihadapi. Kedua, sikap apresiatif terhadap stakeholder. Mereka cenderung menggunakan forum tatap muka ini sebagai kesempatan untuk menyatakan kritik dan aspirasinya, yang seringkali terasa menyimpang jauh dari topik pembicaraan. Ketiga, nyatakan dengan tegas dan jelas peran dan fungsi “stakeholder” dalam pengembangan pelayanan kita.

2. Koordinasi Pelayanan

Kata koordinasi sangat mudah diucapkan, tetapi pelaksanaannya sangat sukar. Kesulitan melakukan koordinasi sebenarnya berpangkal pada tiadanya perangkat yang memadai, dan lemahnya komitmen di antara pihak yang terlibat. Seperti terlihat pada contoh II.d.2 di depan, bahwa pelaksana pelayanan dapat terdiri atas beberapa unit dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, koordinasi merupakan keharusan dalam operasionalisasi pelayanan prima. Setiap manajer pelayanan harus cakap melakukannya. Sebelum melakukan koordinasi sebaiknya kita menata sudut pandang kita terlebih dahulu. Semua unit yang memberikan layanannya dalam rangkaian kegiatan pelayanan kita disebut unit pemasok internal. Sedangkan unit-unit yang mendapatkan layanan dari rangkaian kegiatan pelayanan kita 64 Operasionalisasi Pelayanan Prima disebut unit pelanggan internal. Suatu unit dapat saja berperan kedua-duanya, sebagai pemasok sekaligus sebagai pelanggan. Selanjutnya kita dapat mulai melakukan koordinasi dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengenali unit pemasok dan unit pelanggan, berdasarkan rancangan proses pelayanan yang sudah kita susun sebelumnya, misalnya dari tabel hasil langkah IIc2 di depan: POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU UNIT-UNIT PEMASOK DAN PELANGGAN KEGIATAN PELAYANAN PRASARANA SARANA PELAYANAN Pembagian Brosur di Pintu Gerbang Satpam Pemasangan denah dan petunjuk arah Mengisi menyerahkan Kartu Pasien Bagian Rumah Tangga Melakukan diagnosis dan memberikan terapi medis Bagian Keuangan, Apotek Melakukan penyuluhan ttg pola hidup sehat Merekam Data Medis SMF Staf Fungsional Medis, dan Keperawatan Bagian Rekam Medis Mengelola Rekaman Data Medis Bagian Rekam Medis Melakukan pemeriksaan Bagian Laboratorium SMF Staf Fungsional Modul Diklatpim Tingkat IV 65 KEGIATAN PELAYANAN PRASARANA SARANA PELAYANAN Laboratorium Medis, dan Bagian Keuangan Menyampaikan obat petunjuk penggunaannya Apotik Menerima pembayaran Bagian Keuangan Memberikan penjelasan terminasi pelayanan Menjelaskan mengapa perlu berkunjung lagi Menyampaikan tanggal kunjungan berikutnya Menjelaskan alasan mengapa perlu dirawat Menyiapkan Nota Pengantar Perawatan Instalasi Rawat Inap Menjelaskan alas an mengapa perlu dirujuk Menyiapkan Surat Pengantar Rujukan SMF Staf Fungsional Medis, dan Keperawatan Pihak Penerima Rujukan b. Mengundang unit-unit pemasok berdialog bersama- sama dalam rangka menggalang koordinasi. Format pertemuannya sebaiknya berupa dialog terbuka, karena biasanya lebih memungkinkan tumbuhnya komitmen yang tinggi. Hindari penggunaan kekuasaan dan kewenangan formal. 66 Operasionalisasi Pelayanan Prima c. Dialog diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan kesepakatan dengan unit pemasok sebagai berikut contoh POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU KESEPAKATAN PASOKAN KEGIATAN PELAYANAN MENGELOLA REKAMAN DATA MEDIS Unit Pemasok Bentuk pasokan Prioritas Pasokan Ukuran Mutu Pasokan Bentuk umpan balik Periodisitas umpan balik Bagian Rekam Medis Menyerapkan blanko karti Rekam Medis Setiap ada pasien baru yang mendaftar Selalu tersedia, baru, bersih, rapi Teguran langsung saat itu juga Setiap kali terjadi pasokan yang kurang bermutu d. Dialog juga diarahkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan kesepakatan dengan unit pelanggan sebagai berikut contoh POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU KESEPAKATAN LAYANAN Kegiatan Pelayanan Mengelola Rekaman Data Medis Unit Pelanggan Bentuk layanan Priodisitas layanan Apotek Resep obat bagi pasien yang sedang diperiksa Setiap selesai memeriksa pasien Modul Diklatpim Tingkat IV 67 Ukuran Mutu layanan Bentuk umpan balik Periodisitas umpan balik Resep mudah dibaca, jenis obat dan dosisnya sesuai formularium farmasi. Teguran langsung saat itu juga Setiap kali terjadi layanan yang kurang bermutu Dengan mengikuti ketiga langkah di atas niscaya akan dapat terbina koordinasi yang tertib dan lancar di antara unit-unit yang terlibat dalam kegiatan pelayanan kita.

D. Menyusun Standar Pelayanan