b. Mengukur Kepuasan Kerja
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja menurut Robbins 2008 yaitu:
1 Pembayaran Gaji atau Upah
Sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan
orang lain dalam organisasi. Pegawai menginginkan sistem upah yang dipersepsikan adil, tidak meragukan dan segaris dengan
harapannya. 2
Pekerjaan itu Sendiri Dalam hal dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik,
kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. Pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan
yang memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan ketrampilan, kebebasan serta umpan balik. Karakteristik ini
membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang akan menciptakan kebosanan. Namun pekerjaan yang terlalu
menantang dapat menyebabkan frustasi dan perasaan gagal. 3
Rekan Kerja Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung
secara sosial. Bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena
itu mempunyai
rekan kerja
yang menyenangkan
dapat meningkatkan kepuasan kerja.
4 Kesempatan Promosi
Pada saat dipromosikan pegawai pada umumnya menghadapi peningkatan tuntutan keahlian, kemampuan serta tanggungjawab.
Sebagian besar pegawai merasa positif jika dipromosikan. Dengan promosi
memungkinkan organisasi
untuk mendayagunakan
kemampuan dan keahlian pegawai setinggi mungkin. 5
Pengawasan Supervisi Kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan
dukungan perilaku. Supervisi mempunyai peran yang penting dalam suatu organisasi karena berhubungan dengan pegawai secara
langsung dan
mempengaruhi pegawai
dalam melakukan
pekerjaannya. Pada umumnya pegawai lebih suka mempunyai supervisi yang adil, terbuka dan mau bekerja sama dengan
bawahan.
c. Konsekuensi dari Ketidakpuasan dan Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja karyawan memberikan sejumlah konsekuensi ketika karyawan puas dengan pekerjaan mereka dan juga konsekuensi
ketika karyawan tidak puas dari pekerjaan mereka. Ketidakpuasan kerja yang dialami oleh karyawan dapat ditunjukkan dalam beberapa
perilaku, Robbins dan Judge 2008 menjelaskan beberapa konsekuensi dari ketidakpuasan kerja dalam sebuah kerangka sebagai berikut :
1 Keluar exit, perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan
organisasi, termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri. 2
Aspirasi voice, perilaku yang ditujukan dengan secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan
perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja.
3 Kesetiaan loyalty, secara pasif tetapi optimistis menunggu
membaiknya kondisi,
termasuk membela
organisasi dan
manajemennya untuk melakukan perbaikan atau hal-hal yang seharusnya dilakukan.
4 Pengabaian neglect, secara pasif membiarkan kondisi menjadi
lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus-menerus,
kurangnya usaha
dan meningkatnya
angka kesalahan.
3. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Robbins dan Judge 2008 didefinisikan sebagai keterlibatan
pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu. Komitmen organisasional yang tinggi berarti
memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung
dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu menjalankan berbagai kebijakan dengan tujuan-tujuan
tertentu dan mempunyai komimen yang kuat terhadap tempat dia bekerja.
Menurut Griffin 2004 komitmen organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat
pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
Menurut Luthans 1995, komitmen organisasi didefinisikan sebagai: keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;
keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan
kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi
mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
b. Dimensi Komitmen Organisi
Allen dan
Mayer dalam
Greenberg dan
Baron 2003
mengemukakan tiga dimensi komitmen organisasi adalah sebagai berikut:
1 Komitmen afektif affective comitment:
Mengacu pada keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan seorang karyawan pada suatu organisasi. Komitmen afektif
seseorang akan menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu organisasi konsisten dengan harapan-harapan dan memuaskan
kebutuhan dasarnya
dan sebaliknya.
Komitmen afektif
menunjukkan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena ia memang setuju dengan organisasi itu dan
memang berkeinginan melakukannya. Pegawai yang mempunyai komitmen afektif yang kuat tetap bekerja dengan perusahaan
karena mereka menginginkan untuk bekerja di perusahaan itu. 2
Komitmen berkelanjutan continuence commitment: Komitmen berdasarkan
kerugian yang berhubungan dengan
keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit. Konsep side-bets
orientation yang menekankan pada sumbangan seseorang yang sewaktu-waktu
dapat hilang
jika orang
itu meninggalkan
organisasi. Tindakan meninggalkan organisasi menjadi sesuatu yang beresiko tinggi karena orang merasa takut akan kehilangan
sumbangan yang mereka tanamkan pada organisasi itu dan menyadari bahwa mereka tak mungkin mencari gantinya.
3 Komitmen normatif normative commiment:
Komitmen normatif berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan
tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Wulandari pada tahun 2015 dengan judul Pengaruh Kepuasan
Kerja dan
Komitmen Organisasi
terhadap Organizational
Citizenship Behavior Perawat Rumah Sakit Islam Yogyakarta. Penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1 Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behavior OCB, yang ditunjukkan dari hasil
regresi β=0,409 dan nilai signifikansi 0,000; dimana signifikansi lebih kecil dari 0,01 0,0000,01, dan ΔR
2
0,241; 2 Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behavior OCB,
yang ditunjukkan dari hasil regresi β=0,510, dan nilai signifikansi 0,000; dimana signifikansi lebih kecil dari 0,01 0,0000,01, dan ΔR
2
0,132; 3 kepuasan kerja dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap
organizational citizenship behavior OCB, yang ditunjukkan dari hasil uji regresi bahwa kepuasan kerja β=0,258 p0.01; p=0,000 dan komitmen
organisasi β=0,433 p0.01; p=0,000. Kontribusi kepuasan kerja dan komitmen organisasi untuk menjelaskan organizational citizenship behavior
OCB perawat sebesar ΔR
2
0,288.