67 hanya sedikit yang mempertimbangkan penerapan operasionalnya. Keberhasilan
pelaksanaan keputusan bukan semata-mata tanggung jawab pimpinan organisasi, tapi juga membutuhkan komitmen dari para bawahan.
6. Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan dilaksanakan, kita tidak dapat menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu
dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat
khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, permasalahan masih
ada, pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi.
B. Jenis-jenis Keputusan
Berbagai bidang proses pengambilan keputusan dilakukan dalam organisasi. Beberapa keputusan strategis yang diambil pimpinan organisasi mempengaruhi
pimpinan organisasi. Keputusan juga bisa dilakukan pada tingkat bawah organisasi dengan melibatkan beberapa orang saja, misalnya penentuan jadwal rapat. Herbert
Simon membedakan dua jenis keputusan, dalam menganalisis keputusan dalam organisasi:
1. Keputusan yang diprogram
Merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan diambil jika
permasalahan terstruktur dengan baik dan tahu bagaimana menyelesaikannya. Permasalahan biasanya sederhana dan solusinya relatif mudah.
2. Keputusan yang tidak diprogram
Merupakan keputusan baru, tidak terstruktur, dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani
masalah , apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi, atau permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak terprogram
dan terstruktur baik, apakah karena kondisi tidak jelas, metode untuk mencapai
68 hasil yang tidak diketahui, atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang
diinginkan. Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penangan khusus dan proses
pemecahan masalah dengan intuisi dan kreativitas. Biasanya yang digunakan adalah teknik pengambilan keputusan kelompok, karena keputusannya biasanya bersifat
unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, serta sering diwarnai kontroversi dan manuver politik.
Idealnya, pucuk pimpinan memegang tanggung jawab dan melakukan keputusan tidak terprogram. Sedangkan manajer tingkat bawah seharusnya lebih
banyak menangani keputusan yang terprogram lihat gambar 7.2. Simon juga mengemukakan tentang prinsip penting dalam proses pengambilan keputusan
organisasi dalam Gresha ’s law of pla i g. Hukum ini mengemukakan bahwa
aktivitas yang terprogram cenderung mengganti aktivitas yang tidak terprogram. Seringkali pimpinan puncak banyak menggunakan waktunya untuk keputusan yang
terprogram, yang sebenarnya dapat dilakukan oleh manajer tingkat bawah organisasi. Akibatnya, pimpinan puncak kurang memikirkan masalah-masalah
jangka panjang untuk kelangsungan dan pengembangan organisasi, jika waktu mereka tersita untuk keputusan yang diprogram dan aktivitas sehari-hari.
Faktor yang menentukan apakah suatu keputusan merupakan keputusan diprogram atau keputusan yang tidak diprogram adalah:
a. Sifat dari permasalahan:
Jika masalah bersifat rutin dan mudah dikategorikan, maka merupakan keputusan yang terprogram. Sebaliknya jika masalahnya mungkin baru atau
tidak dapat diperkirakan sebelumnya maka termasuk dalam keputusan tidak terprogram.
b. Frekuensi kemunculannya
Jika permasalahan frekuensi kemunculannya sering, maka termasuk keputusan terprogram. Sedangkan jika permasalahan tersebut belum pernah
terjadi atau jarang terjadi maka termasuk dalam keputusan tidak terprogram. c.
Derajat kepastian
69 Jika masalah kondisinya dalam keadaan stabil, maka termasuk keputusan
terprogram, dan sebaliknya jika kondisinya tidak jelas.
Gambar 7.2 Jenis keputusan oleh berbagai tingkatan manajemen
Tingkat bawah Tingkat menengah
Tingkat atas Tingkatan manajemen
C. Faktor Individual dalam Pengambilan Keputusan