beli lebih senang menggunakan perantara jaringan sosial social network berdasarkan pertemanan yang aktornya tersebut tidak berkaitan dengan kegiatan ekonomi tersebut.
Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan studi keterlekatan nilai agama atau nilai budaya dalam tindakan ekonomi dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Studi Penelitian Terdahulu tentang Keterlekatan tindakan Ekonomi
terhadap Nilai Budaya Peneliti
Hasil Penelitian Fajar 2008
Keterlekatan yang kuat tindakan ekonomi petani pada ikatan moral tradisonal budaya tradisional
Syukur 2013 Keterlekatan Nilai Budaya Bugis dalam Tindakan
Ekonomi Penenun Wajo Kafi 2012
Keterlekatan relasional antara pondok pesantren ajaran Wenehono dengan santri karyawan yang
membentuk motivasisemangat bekerja dengan tujuan mencapai motif-motif yang dimiliki oleh para aktor
D ’Magio Louch 1998 Keterlekatan dalam jaringan sosial pertemanan dalam
kasus jual beli yang beresiko tinggi Iskandar 2012
Tidak adanya keterlekatan disembeddedness antara tindakan kerja masayarakat Pidie dengan nilai-nilai
agama dan budaya yang menyebabkan para enterpreneur di daerahnya tidak dapat berkembang
Zusmelia 2007 Adanya keterlekatan tindakan ekonomi yang terjadi
pada kegiatan perdagangan kayu manis di pasar nagari dalam sistem kekerabatan di tengah masyarakat nagari
kelompok elite nagari sehingga tetap persisten
Sumber: Data lapangan diolah, 2014
3. Hasil studi tentang Isomorphisme dan Kelembagaan Baru New
Institutionalism
Penelitian Holder-Webb dan Cohen 2012 dengan judul The Cut and Paste Society: Isomorphism in Codes of Ethics. Menurut kedua peneliti, salah satu penyebab
kegagalan perusahaan dalam dekade terakhir, dipicu oleh krisis legitimasi. Legitimasi kelembagaan ataupun perusahaan pada dasarnya merupakan problem moralitas
perusahaan, yang dibangun oleh terpenuhinya perjanjian perusahaan baik terhadap individu maupun perusahaan lain, melalui kode-kode etik yang disepakati. Sehingga,
jika kode-kode etik tersebut tidak terpenuhi, maka legitimasi perusahaan berkurang bahkan sampai menjadi hilang, yang berakibat pada kegagalan perusahaan, baik secara
kelembagaan maupun ekonomi. Walaupun kode-kode etik tersebut secara rinci dapat berbeda, baik antar inividu dengan perusahaan ataupun antar perusahaan, namun secara
sosial mempunyai bentuk-bentuk yang sama, misalnya, antara kode etik trust dengan honesty.
Penelitian selanjutnya apa yang dilakukan oleh Chua dan Rahman 2011 yang pada dasarnya membahas kode-kode etik perusahaan, yang diambil dari dokumen-
dokumen perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan perjanjian dengan karyawan dan kerjasama antar perusahaan. Pada intinya, kode-kode etik itu merupakan standar moral
dalam perilaku, yang dapat digunakan untuk mengukur atau menentukan tindakan yang
keliru dan menonjolkan perilaku-perilaku kode-kode etik tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku, baik individu maupun perusahaan, dipengaruhi oleh
lingkungan perusahaan sebagai bentuk tekanan perusahaan, dan juga berpengaruh terhadap ekonomi perusahaan.
Berdasarkan kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa etika moral perusahaan sangat mempengaruhi kinerja sebuah usaha ekonomi. Selain itu dengan tidak
terpenuhinnya etika moral dalam perusahaan yang telah disepakati akan menyebabkan sebuah usaha ekonomi kehilangan kepercayaan dan lebih lanjut akan mengalami
kegagalan atau kehancuran. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat dalam tabel berikut. Tabel 3. Penelitian Terdahulu tentang Isomorphisme
Nama Peneliti Hasil Penelitian
Holder-Webb dan Cohen 2012
Kegagalan perusahaan disebabkan krisis legitimasi problem moralitas melalui etika-etika yang disepakati
yang secara sosial memiliki kesamaan isomorphism seperti Trust dan honesty
Chua dan Rahman 2011
Bentuk perilaku individu maupun perusahaan yang memiliki kesamaankemiripan isomorphism
dipengaruhi oleh lingkungan perusahaan sebagai bentuk pemaksaan coecive berpengaruh juga
terhadap ekonomi perusahaan.
Sumber: Data lapangan diolah, 2014
4. Hasil Studi terhadap Ekonomi Industri Pedesaan