Kerangka Berfikir KAJIAN PUSTAKA

Penelitian yang dilakukan oleh Badu 2011 menunjukkan bahwa pelatihan permainan tradisional edukatif potensi lokal mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan orang tua anak usia dini dalam kegiatan bermain anak. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa permainan tradisional edukatif menanamkan sikap hidup dan keterampilan seperti nilai kerja sama, keber-samaan, kedisiplinan, kejujuran, dan musyawarah mufakat karena ada aturan yang harus dipenuhi oleh anak sebagai pemain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badu 2011 ini menunjukkan bahwa perminan tradisional adalah sangat penting untuk diajarkan kepada anak usia dini di lingkungan rumah melalui orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Badu 2011, menunjukkan bahwa permainan tradisional mengandung nilai sikap hidup dan keterampilan. Salah satu dari nilai itu adalah nilai kejujuran. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang manfaat permainan tradisional sebagai media dalam mengembangkan karakter kejujuran kepada anak.

2.7 Kerangka Berfikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research 1992 dalam Sugiyono 2010: 91 mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan di teliti. Membangun karakter bukanlah merupakan produk instant yang dapat langsung dirasakan sesaat setelah pendidikan tersebut diberikan. Pendidikan membangun karakter merupakan proses panjang yang harus dimuali sejak dini pada anak-anak dan baru akan dirasakan setelah anak-anak tersebut tumbuh menjadi dewasa. Penanaman pondasi karakter anti korupsi khususnya karakter kejujuran harus ditanamkan sejak usia dini. Salah satu cara untuk menanamkan karakter kejujuran pada anak adalah melalui pendidikan di sekolah. Model pendidikan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan masa perkembangan mereka yang masih didominasi oleh permainan sebagai media transfer pengetahuan. Salah satu metode yang sesuai digunakan dalam implementasi pendidikan membangun karakter kejujuran adalah melalui bermain. Bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada dengan sendirinya inhernt, dan sudah terberi secara alami. Permainan yang bisa digunakan adalah permainan tradisional anak yang sudah cukup lama berkembang di negeri ini, bahkan permainan-permainan tersebut sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa. Namun demikian seiring dengan perkembangan jaman permainan tradisional ini semakin lama semakin dilupakan oleh anak-anak terutama di perkotaan karena sudah semakin banyaknya permainan modern yang berasal dari luar negeri. Permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Selain itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu kebudayaan. Oleh karena itu permainan tradisional anak- anak juga dapat dianggap sebagai aset budaya, sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan keberadaannya dan identitasnya di tangah kumpulan masyarakat yang lain Sukirman, 2004. Menurut Purwaningsih 2006 permainan tradisional mengandung unsur-unsur nilai budaya. Menurut Dharmamulya 2008, unsur-unsur nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional adalah nilai kesenangan atau kegembiraan, nilai kebebasan, rasa berteman, nilai demokrasi, nilai kepemimpinan, rasa tanggung jawab, nilai kebersamaan dan saling membantu, nilai kepatuhan, melatih cakap dalam berhitung, melatih kecakapan berpikir, nilai kejujuran dan sportivitas. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter kejujuran dapat ditanamkan kepada anak usia dini melalui permainan. Permainan tradisional dianggap tepat untuk membangun kejujuran anak karena di dalam permainan tradisional mengandung banyak nilai-nilai budaya termasuk kejujuran. Dalam penelitian ini ada empat jenis permainan yang akan diajarkan kepada anak yaitu, dhakon, cublak-cublak suweng, gobak sodor dan petak umpet. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kementrian dan Kebudayaan. Permainan tradisional congkak atau dhakon mengandung nilai disiplin diri, kejujuran diri, kerja sama, menghargai kawan dan lawan, kecepatan dan ketepatan, melatih kesabaran, tanggung jawab. Penelitian yang dilakukan oleh Siagawati dkk 2007, mengungkap nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional Gobak Sodor. Nilai-nilai dalam permainan gobag sodor adalah sebagai berikut ; yang pertama yaitu aspek jasmani yang meliputi nilai kesehatan dan kelincahan. Yang kedua, aspek psikologis yang meliputi nilai kejujuran, sportivitas, kepemimpinan, pengaturan strategi, kegembiraan, spiritualisme, perjuangan. Aspek ketiga, yaitu sosial yang meliputi nilai social skill, kerjasama dan kekompakan. Menurut Dharmamulya 2004 dalam Ensiklopedi, Permainan cublak-cublak suweng ini memberi manfaat yang besar terhadap pendidikan dan sosialisasi anak, seperti jiwa sportif, keberanian, dan solidaritas. Anak yang bermain cublak- cublak suweng saat menjadi pemain “dadi” harus konsisten dan tidak boleh curang. Ia harus menjadi pemain yang berani menghadapi kekalahan. Permainan petak umpet memiliki nilai disiplin, menghormati orang lain, dan keadilan Ibung, 2009. Dalam permainan petak umpet ini juga mengandung nilai kejujuran, dimana anak pada saat berjaga tidak boleh mengintip dan harus benar-benar menutup matanya. Permainan ini akan diajarkan melalui lembaga sekolah, dan akan dilaksanakan di sisipkan di sela-sela pembelajaran yang ada. Misalnya untuk menggantikan kegiatan motorik di awal pembelajaran. Jika permainan tradisional yang mengandung berbagai nilai-nilai kebaikan, salah satunya nilai kejujuran sering diterapkan dan digunakan dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan karakter kejujuran anak, maka diharapkan karakter kejujuran juga akan tertanam dengan baik pada jiwa anak didik. Gambar 2.1 kerangka berfikir

2.8 Hipotesis