Pengujian Jenis Serat Terhadap Parameter Mutu Produk

22 sebesar 10 , 12,5, dan 15 , gel yang terbentuk oleh serat larut memiliki daya gel yang sangat kuat. Sedangkan pada serat tak larut dari 4 tingkat konsentrasi yang digunakan tidak satupun yang membentuk gel. Berdasarkan hasil pengujian pada konsentrasi 7,5 hingga 15 dapat disimpulkan bahwa pembentukan gel hanya terjadi pada serat larut dan tidak pada serat tak larut dan gum arab. Karakteristik dari gum arab adalah memiliki kekentalan yang rendah pada konsentrasi rendah. Umumnya gum arab akan menghasilkan kekentalan pada konsentrasi lebih dari 30 Williams, 2000. Pembentukan gel yang terjadi pada serat larut ini dipengaruhi oleh adanya ikatan hidrogen, interaksi ionik dan hidrofobik, gaya van der walls, dan ikatan disulfida kovalen. Lebih lanjut Fennema 1985 menjelaskan bahwa gelasi melibatkan agregasi molekul dimana terjadi interaksi antara molekul dan pelarut yang menyebabkan terjadinya jaringan tiga dimensi. Menurut Williams 2000, kekuatan gel akan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi. Pada beberapa jenis hidrokoloid misalnya agarosa, pembentukan gel terjadi pada konsetrasi yang rendah yaitu 0.2

B. Pengujian Jenis Serat Terhadap Parameter Mutu Produk

Setelah dilakukan pengujian terhadap beberapa jenis serat yang berada dipasaran, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan penambahan jenis serat tersebut pada produk bakso lalu diamati dan dibandingkan parameter-parameter mutu produk yang dihasilkan. Penambahan serat dilakukan dengan konsentrasi 1 karena berdasarkan studi literatur didapatkan bahwa konsentrasi penambahan serat yang optimal adalah lebih dari 1 untuk mendapatkan efek yang diinginkan Anonim, 2004. Parameter mutu produk yang akan diamati meliputi rendemen, kekerasan, dan pengamatan secara hedonik terhadap rasa, warna, tekstur, dan juiciness. 23 99.41 99.80 98.54 99.50 98.97 99.48 97.80 95.42 98.20 98.80

94.00 96.00

98.00 100.00 Gandum 1 Gandum 2 Bambu MCC Selulosa CMC Karagenan Pektin Selulosa Gel Gum Arab Re n d e m e n B.1. Rendemen Rendemen suatu bahan pangan berhubungan dengan nilai ekonomis bahan tersebut. Semakin tinggi rendemen suatu produk, maka nilai ekonomisnya juga semakin tinggi. Rendemen menunjukkan seberapa banyak bahan matang yang dapat dihasilkan atau digunakan dari bahan mentah yang telah mengalami proses pemasakan. Hasil pengujian terhadap rendemen menunjukkan bahwa bakso yang ditambahlan serat gandum 2 menghasilkan rendemen tertinggi sebesar 99,80 sedangkan rendemen terendah dimiliki pektin sebesar 95.42 . Pektin kurang cocok untuk produk emulsi daging, hal ini dikarenakan produk tersebut mempunyai nilai ph 6 bahan pangan tidak berasam. Menurut Fardiaz 1989 pektin lebih cocok untuk bahan pangan berasam rendah nilai ph 3,4 seperti jam dan jelly yang mempunyai nilai ph sekitar 3,2 – 3,4. Penambahan pektin diatas atau dibawah nilai ph tersebut akan menurunkan kereaktifan pektin. Rendemen kesepuluh jenis serat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pengaruh jenis serat terhadap rendemen bakso sapi Histogram di atas menunjukkan bahwa penambahan serat tidak larut menghasilkan rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan serat larut. Hal ini disebabkan karena serat tidak larut 24 5.6 5.5 5.45 5.45 6.55 5.25 4.65 5.15 4.85 5.2 1 2 3 4 5 6 7 Gandum 1 Gandum 2 Bambu MCC Selulosa CMC Karagenan Pektin Selulosa Gel Gum Arab K e d a la m a n m m 10 g 10 s memiliki ketahanan mempertahankan air yang lebih baik daripada serat larut setelah mengalami proses pemasakan. Beberapa serat larut bersifat tidak tahan terhadap perlakuan pemanasan. Menurut Williams 2000, beberapa hidrokoloid bersifat thermoreversible sehingga gel dapat mengalami perubahan bentuk dengan adanya perubahan suhu. Adanya perlakuan panas pada pembuatan bakso menyebabkan gel yang tebentuk menjadi rusak sehingga air yang terperangkap di dalam struktur gel tersebut menjadi keluar. Struktur molekul serat tidak larut tersusun atas molekul polisakarida yang membentuk suatu struktur 3 dimensi yang kuat sehingga dapat memerangkap air. Serat tidak larut bersifat inert dan stabil terhadap perlakuan panas sehingga air yang terserap tidak akan keluar akibat pengaruh pemanasan Anonim, 2004. B.2. Kekerasan Pengujian kekerasan pada penelitian tahap pertama ini menggunakan universal penetrometer dimana besarnya kedalaman yang dihasilkan oleh beban pada penetrometer berbanding terbalik dengan nilai kekerasan. Semakin tinggi nilai yang didapat berarti bakso memiliki kekerasan yang lebih rendah bila dibandingkan yang lain penetrasi jarum lebih besar. 25 Gambar 5. Pengaruh jenis serat terhadap tingkat kekerasan bakso sapi Hasil pengujian kekerasan bakso menunjukkan bahwa bakso yang ditambahkan karagenan memiliki kekerasan tertinggi yakni dengan menghasilkan nilai kedalaman terendah sebesar 46.4 mm50 gram10 detik sedangkan kekerasan yang terendah dimiliki oleh serat selulosa dengan menghasilkan nilai kedalaman tertinggi sebesar 65.6 mm50 gram10 detik. Nilai kekerasan 10 jenis serat dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa penambahan serat tidak larut menghasilkan kekerasan yang lebih rendah dibandingkan penambahan serat larut. Hal ini disebabkan oleh kemampuan serat larut dalam membentuk gel sehingga tekstur bakso yang dihasilkan lebih kompak dan memberikan konsistensi yang lebih padat. B.3. Pengamatan Hedonik terhadap rasa, warna, tekstur, dan juiciness Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan secara subjektif panelis kecil 10 orang yang diambil secara acak dari populasi mahasiswa. Pengamatan dilakukan melalui uji hedonik yang meliputi parameter rasa, warna, tekstur, dan juiciness. Skala penilaian yang digunakan memiliki rentang nilai 1 – 7, yaitu 1 sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3 agak tidak suka, 4 netral, 5 agak suka, 6 suka, dan 7 sangat suka. B.3 – i Rasa Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh saraf-saraf lidah yang terletak pada papila yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Tekstur, aroma dan konsistensi bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. 26 5.7 5.9 6.0 5.3 5.8 5.4 4.8 4.9 4.7 5.6 4 4.5 5 5.5 6 Ga nd um 1 G an du m 2 Ba mb u M CC Se lul os a CM C Ka ra ge na n Pe kt in Se lu lo sa G el G um A rab S k o r K e s u kaa n R asa Skor kesukaan panelis terhadap rasa bakso berkisar antara 4.7 agak suka hingga 6.0 suka Gambar 6. Bakso sapi yang memiliki skor tertinggi adalah yang ditambahkan serat bambu, sedangkan yang memiliki skor terendah adalah yang ditambahkan pektin. Hasil uji hedonik panelis menunjukkan terdapat perbedaan rasa yang nyata pada bakso sapi yang ditambahkan 10 jenis serat dimana serat tidak larut memiliki skor kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan serat tidak larut. Hal ini disebabkan oleh sifat serat tidak larut yang digunakan bersifat odorlessnetral sehingga tidak berpengaruh terhadap rasa produk yang dihasilkan Anonim, 2004. Gambar 6. Pengaruh jenis serat terhadap nilai rata-rata uji hedonik rasa bakso sapi B.3 – ii Warna Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila warnanya tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah meyimpang dari warna seharusnya. 27 5.4 5.5 5.5 5.6 5.5 5.5 5.8 5.6 5.6 5.7 4 4.5 5 5.5 6 Ga nd um 1 G and um 2 Bam bu M CC Selul os a CM C Ka ra gen an Pe kt in Se lul os a G el Gu m A ra b S k o r K e su ka an W a rn a Skor kesukaan panelis terhadap warna bakso sapi berkisar antara 5.4 suka hingga 5.8 suka Gambar 7. Hasil uji hedonik terhadap warna didapatkan bahwa penambahan berbagai serat menghasilkan rentang nilai kesukaan yang tidak terlalu besar, sehingga masih dalam satu rentang nilai yang menunjukkan kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan penambahan kesepuluh jenis serat tidak terlalu berpengaruh terhadap warna bakso sapi yang dihasilkan. Gambar 7. Pengaruh jenis serat terhadap nilai rata-rata uji hedonik warna bakso sapi B.3 – iii Tekstur Tekstur adalah suatu parameter yang merupakan kombinasi dari keadaan fisik suatu makanan dan diindera oleh sentuhan, penglihatan, dan pendengaran. Skor kesukaan panelis terhadap tekstur bakso sapi berkisar antara 4.9 agak suka hingga 5.7 suka Gambar 8. Bakso sapi yang ditambahkan serat selulosa memiliki skor tertinggi sedangkan yang ditambahkan serat pektin memiliki skor terendah. 28 5.4 5.5 5.6 5.2 5.7 5.2 5.3 4.9 5.0 5.5 4.2 4.7 5.2 5.7 Ga nd um 1 G an du m 2 Ba mb u M CC Se lul os a CM C Ka ra ge na n Pe kt in Se lu lo sa G el G um A rab S k o r K e s u kaa n T e ks tu r Hasil pengujian hedonik terhadap terkstur bakso sapi menunjukkan bahwa serat larut memiliki nilai kesukaan yang rendah dibandingkan serat tidak larut. Hal ini disebabkan adanya gel yang terbentuk selama proses pengolahan yang menimbulkan sensasi lengket di mulut yang tidak biasa dijumpai pada produk olahan bakso, sensasi lengket tersebut tidak dijumpai pada bakso sapi yang ditambakan serat tidak larut. Gambar 8. Pengaruh jenis serat terhadap nilai rata-rata uji hedonik tekstur bakso sapi B.3 – iv Juiciness Juiciness merupakan kombinasi dari dua pengaruh, salah satunya adalah kesan cairan yang dibebaskan selama pengunyahan, sedangkan yang lain berhubungan dengan salivasi yang diproduksi oleh flavor. Skor kesukaan panelis terhadap juiciness bakso sapi berkisar antara 5.0 agak suka hingga 5.3 agak suka Gambar 9. Skor tertinggi dimiliki oleh produk bakso sapi yang ditambahkan serat MCC dan CMC, sedangkan skor terendah dimiliki oleh produk yang 29 5.1 5.2 5.2 5.3 5.1 5.3 5.1 5.0 5.1 5.2 4.0 4.2 4.4 4.6 4.8 5.0 5.2 5.4 Ga nd um 1 Ga nd um 2 Ba m bu MC C Sel ulos a CM C Ka ra ge na n Pe kt in Se lu lo sa Ge l Gu m A ra b S k o r K esu k aan J u ic in es s ditambahkan serat pektin. Hasil pengujian hedonik terhadap juiciness bakso sapi menghasilkan rentang nilai yang tidak terlalu jauh, sehingga masih dalam satu rentang nilai yang menunjukkan kesukaan panelis terhadap produk tersebut. Gambar 9. Pengaruh jenis serat terhadap nilai rata-rata uji hedonik juiciness bakso sapi

C. Penyeleksian Jenis Serat