Standar Proses Pendidikan Tinjauan Pustaka

16

4. Standar Proses Pendidikan

Menurut Permendikbud No 65 Tahun 2013 standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dari pengertian tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu dimanapun lembaga pendidikan itu berada secara nasional. Kedua, standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang berisi tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung Sanjaya 2012a. Oleh karena itu, seluruh sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dirumuskan dalam standar proses pendidikan dan guru dapat menjadikannya pedoman dalam pengelolaan pembelajaran. Standar proses pendidikan merupakan jantung dalam sistem pendidikan Sanjaya 2012a. Bagaimanapun bagus dan idealnya standar kompetensi lulusan serta lengkapnya standar isi, tanpa diimplementasikan ke dalam proses pendidikan, maka semuanya tidak akan berarti apa-apa. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam upaya pendidikan Sanjaya 2012a. Oleh karena itu bagaimanapun bagus dan idealnya suatu rumusan kompetensi, pada akhirnya keberhasilannya sangat tergantung pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berkaitan dengan hal tersebut, standar proses berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan 17 serta program yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Permendikbud No 65 Tahun 2013 menjelaskan bahwa sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut. a. dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; b. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; c. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; d. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; e. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; f. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; g. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; h. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal hardskills dan keterampilan mental softskills; i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat; j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan ing ngarso sung tulodo, membangun kemauan ing madyo mangun karso, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran tut wuri handayani; 18 k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan n. pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya siswa. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Menurut Sholeh 2007 perencanaan pembelajaran sangat penting karena sejenius apapun seorang guru, pasti memiliki keterbatasan. Proses pembelajaran membutuhkan interaksi positif antara guru dengan siswa sehingga komunikasi dua arah akan terwujud dalam suasana kondusif dan terjadi keseimbangan antara kebebasan siswa dalam mengekspresikan perasaannya dengan kewibawaan guru. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang mengacu pada standar isi. Menurut Afifuddin 2012 perencanaan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dalam kaitan peranannya sebagai perencana, guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan operasional. Oleh karena itu, pemahaman guru akan kurikulum sangat dibutuhkan. Penelitian yang dilakukan Wiyana 2013 menyimpulkan bahwa terdapat suatu pengaruh positif antara pemahaman kurikulum dan tingkat pendidikan terhadap kemampuan menyusun 19 RPP. Semakin baik pemahaman dan tingkat pendidikan guru, semakin baik pula kemampuan untuk menyusun RPP. Pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013 lebih menuntut siswa untuk menjadi subjek dan objek dalam kegiatan pembelajaran dan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Guru sudah bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Menurut Mulyasa 2013 dalam pembelajaran guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media, pemilihan dan penggunaan metode, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran.

5. Guru dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan