Pembentukan Model Dengan Data Training

Selatan. Dari hasil prediksi tersebut dapat diketahui kemungkinan terjadinya wabah DBD diwilayah tersebut, akan tetapi terdapat kekurangan dari aplikasi penerapan per kabupaten tersebut, yaitu tenaga pelaksana di lapangan tidak mengetahui titik lokasi awal dari penyebaran wabah DBD tersebut. Untuk meminimalisasi kekurangan tersebut, dicoba untuk menerapkan aplikasi tersebut sampai pada tingkat kecamatan. Kecamatan di wilayah Jakarta Pusat terdiri dari 8 kecamatan, yaitu: Cempaka putih, Gambir, Johar baru, Kemayoran, Menteng, Sawah besar, Senen, Tanah abang. Sedangkan di wilayah Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan, yaitu : Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran baru, Kebayoran Lama, Mampang prapatan, Pancoran, Psr.Minggu, Pesanggrahan, Setia budi, Tebet. Data kejadian DBD di tiap – tiap kecamatan inilah yang akan dikaitkan dengan variable dari cuaca, untuk mendapatkan aturan – aturan yang nantinya dapat digunakan dalam memprediksi DBD di tiap – tiap kecamatan tersebut. Dalam pembahasan ini akan dibahas 2 kecamatan dari wilayah Jakarta Selatan yaitu Kecamatan Kebayoran Baru dan Tebet. Dasar pemilihan pembahasan 2 wilayah ini adalah karena berdasarkan data survailance, untuk wilayah Kebayoran Baru, prevelensi terjadinya kondisi Hijau selama tahun 2004 – 2005 paling banyak yaitu 17 minggu, sedangkan di kecamatan Tebet, kondisi hijau tidak pernah terjadi, artinya wabah DBD selalu terjadi di wilayah ini.

6.5.1. Pembentukan Model Dengan Data Training

Seperti dalam langkah sebelumnya, pembentukan model data mining dilakukan dengan menggunakan algoritma CPAR. Data cuaca yang digunakan adalah data cuaca pada tahun 2004 – 2005 pada wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Data yang digunakan sebanyak 16.285 sampel data kejadian tahun 2004 – 2005 , yang terdiri dari 5.932 sampel untuk Jakarta Pusat, 10.353 sampel untuk Jakarta Selatan. Dari sample data tersebut diklasifikasikan kedalam pembagian kondisi DBD hijau, kuning, merah. Karakteristik sampel data dapat dilihat pada tabel 24 dan 25 untuk masing – masing wilayah. Tabel 24. Data Survailance DBD Tahun 200 Untuk Kecamatan Wil. Jak-Pus KECAMATAN 1 2 3 4 5 6 7 Cempaka Putih 1 6 6 4 7 10 12 Gambir 3 2 5 3 8 9 12 Johar baru 2 3 8 4 9 11 Kemayoran 7 3 4 8 8 10 16 Menteng 4 5 5 8 3 12 16 Sawah Besar 3 7 5 11 5 2 14 Senen 1 1 2 2 10 5 9 Tanah Abang 6 4 12 6 9 14 8 Minggu Tabel 25. Data Survailance Tahun 2005 Untuk Kecamatan Wil. Jak-Sel KECAMATAN 1 2 3 4 5 6 7 Cilandak 3 4 7 9 11 21 10 Jagakarsa 2 3 5 9 10 14 24 Kebayoran baru 2 5 9 16 6 15 16 Kebayoran lama 8 7 10 14 17 17 27 Mampang 1 3 8 4 4 5 13 Pancoran 5 5 5 5 10 12 20 Psr. Minggu 2 8 7 3 16 28 23 Pesanggrahan 3 6 2 4 2 13 Setia budi 4 2 5 7 7 13 Tebet 6 7 19 7 17 19 33 Minggu Hasil proses data mining dari 10.353 sampel pada wilayah kecamatan di Jakarta Selatan, dengan berbagai variasi gain similarity rasio GSR,pada kecamatan Kebayoran baru dapat dilihat pada tabel 26 – 28. Sedangkan untuk kecamatan Tebet dapat dilihat pada tabel 29 -32. Tabel 26. Aturan Data Training Dengan GSR 99 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 Then Merah 0.71 2 IF Penyinaran matahari sedang 35 - 70 Then Merah 0.71 3 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.7 4 IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 Then Kuning 0.71 5 IF Penyinaran matahari penuh 70 Then Kuning 0.64 6 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Kuning 0.64 7 IF Penyinaran matahari penuh 70 Then Hijau 0.71 8 IF Temperatur tinggi 27 o C Then Hijau 0.71 9 IF Curah Hujan Sangat Rendah 5 mm Then Hijau 0.71 pada Gain similarity 99 didapatkan sebanyak 9 baris aturan, dari aturan tersebut dapat dilihat bahwa aturan IF Kelembaban udara tinggi basah 75 Then Merah serta IF Penyinaran matahari sedang 35 - 70 Then Merah mempunyai Akurasi Laplace yang sama tinggi pada klas merah , sebesar 71, ini berarti pada kelembaban udara tinggi basah dan pada penyinaran matahari sedang mempunyai peluang terjadi DBD dengan kondisi merah, atau suatu situasi dimana jumlah pasian perkecamatan lebih dari 5 orang. Aturan IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 Then Kuning mempunyai Akurasi Laplace paling tinggi pada kelas kondisi DBD kuning, yaitu 71. Ini berarti pada kondisi kelembaban udara normal, kondisi DBD kuning mungkin terjadi, atau suatu kondisi dimana jumlah pasien berkisar antara 1- 5 orang per kecamatan. Pada kondisi ini kelembaban udara masih cukup disenangi oleh nyamuk Aedes Aegypti, contoh kondisi cuaca pada sore hari, dimana biasanya kelembaban udara berkisar pada 60 - 75, situasi ini masih memungkinkan nyamuk bergerak, walau tidak seaktif pada kondisi kelembaban udara 75. Selain itu pada kondisi DBD hijau, aturan yang memungkin terjadinya kondisi ini adalah IF Temperatur tinggi 27 o C Then Hijau dan IF Curah Hujan Sangat Rendah 5 mm Then Hijau mempunyai Akurasi Laplace sama kuatnya yaitu 71, hal ini berarti pada kondisi tersebut kemungkinan nyamuk untuk berkembang biak sangat kecil. Tabel 27. Aturan Data Training Dengan GSR 20 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 and Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.71 2 IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then kuning 0.64 3 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Kuning 0.64 4 IF Penyinaran matahari penuh 70 and Temperatur tinggi 27 o C and Curah hujan sangat rendah 5mm Then Hijau 0.71 Pada Gain similarity 20 , didapatkan 4 aturan, 1 aturan untuk kondisi merah, yaitu aturan IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 and Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah, dengan tingkat akurasian 71, sehingga menurut aturan ini pada ko ndisi kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah sangat mungkin terjadi DBD dengan kondisi merah, sehingga kemunginan jumlah penderita DBD pun banyak. Sedangkan pada kondisi kuning, aturan yang berlaku pada gain similarity ini adalah aturan IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then kuning, dengan tingkat keakurasian 63, maka pada kondisi dimana kelembaban udara normal dan penyinaran matahari penuh, nyamuk Aedes aegypti, tidak terlalu aktif untuk bergerak, karena kondisi cuaca yang tidak disenangi oleh nyamuk ini, sehingga penyebaran vektor dari DBD pun agak berkurang, untuk aturan IF Curah hujan sangat rendah 5mm Then Kuning, juga turut mempengaruhi dengan tingkat keakurasiannya hanya 64, Pada aturan ke 4 didapat aturan untuk kondisi hijau, IF Penyinaran matahari penuh 70 and Temperatur tinggi 27 o C and Curah hujan sangat rendah 5mm Then Hijau dengan tingkat keakurasian 71, berdasarkan aturan ini, jika semua terpenuhi maka nyamuk Aedes Aegypti benar – benar dalam keadaan pasif atau tidak bergerak. Hal ini lebih disebabkan karena kondisi cuaca yang panas dimana pada kondisi ini nyamuk ini tidak menyenanginya. Tabel 28. Aturan Data Training Dengan GSR 10 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 and Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.71 2 IF Temperatur sedang 24 o C – 27 o C then Merah 0.65 3 IF Kelembaban udara Normal 60- 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then Kuning 0.64 4 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Kuning 0.64 5 IF temperatur tinggi 27 o C Then Kuning 0.40 6 IF Penyinaran matahari penuh 70 and Temperatur tinggi 27 o C and Curah hujan sangat rendah 5mm Then Hijau 0.71 7 IF Kelembaban normal 60-75 Then Hijau 0.45 Pada gain similarity 10 didapatkan 7 baris aturan, dimana terdapat 2 aturan untuk kondisi merah, 3 aturan untuk kondisi kuning dan 2 aturan untuk kondisi hijau. Untuk merah terdapat tambahan yang pada gain similarity rasio sebelumnya aturan ini tidak didapatkan, yaitu pada temperature sedang 24 o C – 27 o C juga memungkinkan untuk terjadi DBD pada kondisi merah, akan tetapi hal ini hanya akan terjadi jika kondisi sebelumnya yaitu Kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah terjadi. Kemungkinan hal ini terjadi sebesar 65 . Sedangkan pada aturan untuk kondisi kuning, terdapat tambahan aturan akan terjadi jika kondisi Temperatur Tinggi 27 o C, akan tetapi karena kemungkinan hal ini terjadi dan mempengaruhi adalah sebesar 40, maka hal ini dapat di abaikan. Sedangkan pada kondisi hijau terdapat tambahan aturan kondisi kelembaban normal, dengan keakurasian 45. Kondisi kelembaban normal yang mempengaruhi kondisi DBD hijau sebelumnya juga muncul pada kondisi DBD kuning dengan keakurasian 63, lebih dominan pengaruhnya pada kondisi DBD hijau, sehingga untuk kondisi Kelembaban normal pada kondisi DBD hijau dapat diabaikan. Tabel 29. Aturan Data Training Dengan GSR 99 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 Then Merah 0.71 2 IF Penyinaran matahari sedang 35 - 70 Then Merah 0.71 3 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.7 4 IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 Then Kuning 0.64 5 IF Penyinaran matahari penuh 70 Then Kuning 0.61 6 IF Curah hujan sangat rendah 5mm Then Kuning 0.45 Data pada Tabel 29. pada Gain similarity 99 didapatkan sebanyak 6 baris aturan, data tersebut menunjukkan bahwa aturan IF Kelembaban udara tinggi basah 75 Then Merah serta IF Penyinaran matahari sedang 35 - 70 Then Merah mempunyai Akurasi Laplace yang sama tinggi pada klas merah , sebesar 71, ini berarti pada kelembaban udara tinggi basah dan pada penyinaran matahari sedang mempunyai peluang terjadi DBD dengan kondisi merah, atau suatu situasi dimana jumlah pasian perkecamatan lebih dari 5 orang, Aturan IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 Then Kuning mempunyai Akurasi Laplace paling tinggi pada kelas kondisi DBD kuning, yaitu 64. Ini berarti pada kondisi kelembaban udara normal, kondisi DBD kuning mungkin terjadi, atau suatu kondisi dimana jumlah pasien berkisar antara 1- 5 orang per kecamatan. Pada kondisi ini kelembaban udara masih cukup disenangi oleh nyamuk Aedes Aegypti, contoh kondisi cuaca pada sore hari, dimana biasanya kelembaban udara berkisar pada 60 - 75, situasi ini masih memungkinkan nyamuk bergerak, walau tidak seaktif pada kondisi kelembaban udara 75. Tabel 30. Aturan Data Training Dengan GSR 60 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 Then Merah 0.71 2 IF Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.70 3 IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then kuning 0.63 Pada tabel 30, dengan gain similarity rasio 60, didapatkan aturan untuk DBD pada kondisi merah sama dengan pada gain similarity 80, akan tetapi untuk kondisi kuning, didapatkan suatu aturan IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then kuning, sehingga jika pada saat kondisi kelembaban udara normal dan penyinaran matahari penuh, maka dapat terjadi DBD dengan jumlah pasien 1-5 orang per kecamatan. Tabel 31. Aturan data training dengan Gain similarity ratio 20 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 and Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.71 2 IF Kelembaban udara Normal 60 - 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then kuning 0.63 3 IF Curah hujan sangat rendah 5mm Then Kuning 0.45 Pada Gain similarity 20 , didapatkan 3 aturan, 1 aturan untuk kondisi merah, yaitu aturan IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 and Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah, dengan tingkat akurasian 71, sehingga menurut aturan ini pada kondisi kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah sangat mungkin terjadi DBD dengan kondisi merah, sehingga kemunginan jumlah penderita DBD pun banyak. Sedangkan pada kondisi kuning, aturan yang berlaku pada gain similarity ini adalah aturan IF Curah hujan sangat rendah 5mm Then Kuning, akan tetapi tingkat keakurasiannya hanya 45, sehingga dapat diabaikan. Tabel 32. Aturan Data Training Dengan GSR 10 No. Aturan Akurasi Laplace 1 IF Kelembaban udara tinggi basah 75 and Penyinaran matahari sedang 35 - 70 and Curah hujan rendah 5-20mm Then Merah 0.71 2 IF Temperatur sedang 24 o C – 27 o C then Merah 0.65 3 IF Kelembaban udara Normal 60- 75 and Penyinaran matahari penuh 70 Then Kuning 0.63 4 IF Curah hujan sangat rendah 5mm Then Kuning 0.45 5 IF temperatur tinggi 27 o C Then Kuning 0.40 Pada gain similarity 10 didapatkan 5 baris aturan, dimana terdapat 2 aturan untuk kondisi merah dan 3 aturan untuk kondisi kuning. Untuk merah terdapat tambahan yang pada gain similarity rasio sebelumnya aturan ini tidak didapatkan, yaitu pada temperature sedang 24 o C – 27 o C juga memungkinkan untuk terjadi DBD pada kondisi merah, akan tetapi hal ini hanya akan terjadi jika kondisi sebelumnya yaitu Kelembaban udara tinggi dan penyinaran matahari sedang dan curah hujan rendah terjadi. Kemungkinan hal ini terjadi sebesar 65 . Sedangkan pada aturan untuk kondisi kuning, terdapat tambahan aturan akan terjadi jika kondisi Temperatur Tinggi 27 o C, kemungkinan hal ini terjadi dan mempengaruhi adalah sebesar 40.

6.5.2. Pembahasan