Apakah Penelitian Tindakan Kelas Itu ?
83 dan pada akhirnya system eksplanasi yang melibatkan dasar-dasar wacana untuk
mengungkapkan motif tersebut. Penelitian standar yang mengabaikan aspek motif ini juga mengabaikan sipat dasar kewacanaan PBM.
A. Apakah Penelitian Tindakan Kelas Itu ?
Sejalan dengan umur penelitian kelas yang masih relatip muda, aspek metodologi juga menjadi isu penting, karma berkaitan erat dengan sejuah mana penelitian kelas dapat
dipertahankan jika di ingat bahwa kehadirinnya merupakan reaksi terhadap tradisi penelitian- standar yang telah mapan
. Pandangan lintas disiplin yang mendasari penelitian-kelas nampaknya masih harus menghadapi sekat-sekat disiplin keilmuan yang masih terlalu kuat
dipertahankan. Cukup mengherankan, umpamanya, melihat bahwa Hand book of Research on Science Teaching and Learning Gabel, 1994 tidak menyinggung penelitian-kelas. Dasar
pandangannya yang memisahkan mengajar dari belajar kiranya masih dominant cukup menjadi hambatan bagi seseorang yang mendalami PBM.
Pandangan Pakar Eksakta
Tidak dilibatkannya penelitian kelas dalam Hand book of Research on Science Teaching and Learning menunjukan suatu ketidak-perdulian yang cukup serius terhadap realita
permasalahan yang dihadapi pengajar dilapangan. Sebagai buku rujukan bagi penelitian pendidikan science, keadaan tersebut merupakan ketidak-perdulian profresional yang cukup
mengkuatirkan. Kekurang-perdulian tersebut terlihat dari : 1
Kurangnya penghargaan terhadap kompleksitas dari PBM sehingga tidak merasa perlu melibatkan penelitian lainnya yang secara metodologi tidak sejalan dengan pandangan
penelitian standar. Penelitian pengajaran MIPA dianggap perlu sejalan dengan penelitian standar, karma kemiripan substansi dari penelitian, yaitu MIPA, yang kiranya suatu
kekeliruan, karma PBM bukanlah penomena alamiah seperti halnya MIPA, melainkan penomena wacana.
2 Lebih mendasar, kurangnya pandangan mengenai totalitas dan logika internal yang
mengendalikan PBM, karma terlalu ketatnya hubungan antara kegiatan penelitian dengan kegiatan observasi. Inpomasi yang diperoleh adalah hasil observasi langsung dianggap
sebagai data atau pakta untuk menunjang suatu klaim dilain pihak, penelitian sosial tidak
84 dapat langsung menjadikan inpormasi hasil observasi menjadi data, melainka baru
merupakan sumber data yang masih diperhalus menjadi data. Kompleksitas dari sumber data tidak memungkinkannya dapat langsung diambil menjadi data.
Mengingat telah membudayanya penelitian-standar secara meluas pertanyaan mengenai bagaimana membebaskan diri dari pandangannya merupakan pertanyaan yang mendasar bagi
penelitiaan kelas. Tanpa disadari, dalam melaksanakan penelitian kelas, peneliti cenderung membaurkannya dengan penelitiaan standar. Sebagai contoh, konsep sample masih digunakan
oleh sementara pakar penelitian-kelas lihat, Hopkins, 1989; Garnett dan Treagust, 1992 karna masih kuatnya asosiasi pekerjaan meneliti dengan tugas membuat generalisasi. Keadaan ini perlu
disayangkan karna asosiasi semacam ini kurang menghargai pandangan dasar penelitian-kelas. Walaupun demikian, penelitian-kelas dibelakangan ini telah mulai memperlihatkan
kontribusinya terhadap pemahaman PBM yang dilaksanakan secara actual didalam kelas lihat contohnya, Geddis, Onslow, Beynon, dan Oesach, 1992;Valeras, 1996. Kontribusi tersebut
terwujud melalui hasil temuan yang menggambarkan totalitas kehidupan kelas sebagai hubungan ketergantungan antara pengajar, pembelajar, dan materi subjek. Pengertian hasil
temuan didalam penelitian ini kiranya sangat berbeda bagi seseorang yang melakukan penelitian
dengan tradisi formalistic. Bagi penelitian naturalistic, hasil temuan berupa pemahaman dan pengukuhan yang mendalam mengenai kehidupan kelas dapat menjadi dasar untuk menjelaskan
isu serupa, bukannya mengklaim bahwa hasil temuan berlaku bagi populasi tertentu.
Konstruksi Pengetahuan Sebagai Tugas Utama PBM
Studi mengenai kehidupan kelas pada akhirnya harus memperlihatkan logika-internal PBM yang dapat diungkapkan berdasarkan motif atau tema pokok yang mengendalikan
hubungan ketergantungan komponen-komponen pengajar, pembelajaran, dan materi-subyek. Fungsi motif hanya dapat diungkapkan dengan melihat PBM sebagai fenomena wacana,
karena totalitas kegiatan yang membentuk hubungan ketergantungan tersebut berlangsung menggunakan bahasa untuk berlangsungnya interaksi. Unit-unit tindakan yang membentuk
kegiatan tersebut merupakan unit-unit wacana yang juga merupakan unit analisis bersama setiap komponen dalam hubungan antar-ketergantungan tersebut. Adanya unt analisis bersama ini
merupakan fasilitas untuk mengungkapkan hubungan antar-ketergantungan dari komponen- komponen dalam PBM.
85 Untuk memahami lebih dekat bagaimana kiranya proses mengkonstruksi pengetahuan
berlangsung, diperlukan metodologi tersendiri yang dikembangkan berdasarkan pemahaman terhadap permasalahan PBM. Metodologi ini pada dasarnya adalah suatu enkuari hasil
pengembangan etnografi berdasarkan sifat dasar wacana dari totalitas PBM. Etnografi adalah suatu metoda antropologi untuk mengungkapkan suatu fenomena yang
berada dalam situasi, tempat, dan kondisi suatu budaya tertentu. Sebagai suatu enkurasi, etnografi bukan hanya sekedar metoda untuk memperoleh dan merekam sumber data, melainkan
suatu pendekatan yang perlu disesuikan dengan analisis wacana. Observasi sebagai instrumen utama perlu diperdalam dengan hasil interviu terhadap guru, hasil pekerjaan pembelajar, yang
keseluruhannya perlu terlebih dahulu direkam untuk memungkinkan analisis berdasarkan satu sistim deskriptif dari totalitas PBM. Istilah penelitian-kelas digunakan sebagai istilah umum
untuk merujuk berbagai metoda penelitian lapangan tersebut yang membentuk sistim deskriptif tersebut. Jika dapat diartikulasikan secara teoretis, pengetahuan dari hasil penelitian-kelas dapat
menjadi sumber pengetahuan lapangan untuk melengkapi pengetahuan formal pengajar yang sudah ada. Usaha ini hanya dapat dilakukan melalui penelitian-kelas, karena dalam
mengembangkan pengetahuan formalnya, peneliti perlu mengenal isu lapangan yang diminati dan perlu bersikap berhati-hati dalam menerapkan teori formal yang belum mengenal makna
kesehari-harian dari pelaksanaan PBM.
Definisi Penelitian Tindakan Kelas
Deskripsi penelitian kelas pada bagian sebelumnya meletakkan dasar bagi definisi pendahuluan penelitian tindakan kelas; definisi yang lebih ketat dan formal sebenarnya masih
terlalu sulit karena konsep mengenai penelitian kelas itu sendiri berkembang mengikuti pemahaman yang semakin mendalam. Diantaranya, menyangkut masih belum memadainya
deskripsi metodologi karena masih perlu mempertimbangkan inti permasalahan PBM. Jadi, untuk sementara, definisi yang cukup memadai adalah bahwa;
Penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya untuk menjelaskan berbagai aspek dari hubungan antar-ketergantungan materi-subyek, pembelajar, dan pengajar sehubungan dengan isu
totalitas dan logika-internal dari tugas social mengkonstruksi pengetahuan dari PBM. Upaya
untuk memahami PBM diwujudkan melalui observasi langsungtak-langsung, dan interviu menurut lingkungan alamiah PBM mengikuti kehati-hatian pandangan naturalistic dalam
menjaga agar dampak intervensi dapat ditekan sampai sekecil mungkin. Agenda pengamatan
86 seyogianya didasari oleh teori tertentu agar pengumpulan data dapat mengacu pada sistim
deskriptif tertentu. Sistim ini merupakan perwujudan dari pandangan totalitas dalam menerapkan
metodologi penelitian kelas.
B. Mengapa PenelitianTindakan Kelas?