Konflik Sosial Tokoh dengan Masyarakat

28 dapat memberikan seorang anak. Keluarga Lindung mengatakan bahwa Nauli bukanlah wanita yang baik dan subur sehingga mereka selalu mendesak agar Lindung mau menikah lagi.

4.1.3 Konflik Sosial Tokoh dengan Masyarakat

Konflik lahir dari kenyataan akan adanya perbedaan-perbedaan baik ciri badaniah, emosi, kebudayaan, kebutuhan, kepentingan, maupun pola-pola perilaku antarindividu atau kelompok dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan ini memuncak menjadi konflik ketika sistem sosial masyarakatnya tidak dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan tersebut. Hal ini mendorong masing- masing individu atau kelompok untuk saling menghancurkan Ahmadi, 2007: 282. Dalam kehidupan sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia. Adakalanya interaksi yang dilakukan menimbulkan konflik. Konflik dapat terjadi apabila antara individu satu dengan individu yang lain merasakan ketidakcocokan diantara keduanya. Selain itu, ketidaknyamanan serta tindakan-tindakan yang dapat mengganggu ketenangan masyarakat juga dapat memicu terjadinya konflik sosial antara individu dengan masyarakat sekitar. Konflik sosial antara tokoh dengan masyarakat tergambar pada tokoh Pandapotan dengan masyarakat desa di pinggiran Sungai Aek Godang.Berikut penggalan ceritanya: “Kebakaran. Kebakaran” Belasan warga segera datang. Mereka sangat marah menyaksikan tindakan anarkhis yang dilakukan oleh Bang Dapot. Tentu saja warga lebih simpatik kepada Haji Sulaiman yang selalu jadi imam di masjid daripada terhadap Bang Pandapotan yang tidak pernah sekali pun menginjakkan kakinya di rumah ibadah itu. apa lagi kalau ada warga Universitas Sumatera Utara 29 yang meninggal, pasti yang memimpin pelaksanaan fardhu kifayah adalah pemilik traktor itu.juga dalam hal melaksanakan berbagai adat mulai dari menyambut kelahiran bayi, pernikahan, mengkhitankan anak dan kenduri lainnya, pasti Haji Sulaiman adalah pemegang peran utama. “Itu orang yang membakar. Kejaaar,” teriak salah seorang warga dan menunjuk ke arah sungai Aek Godang dan melihat Bang Dapot sedang berlari menghindar, menghilangkan jejak. Warga yang segera datang dari berbagai penjuru segera mengejar dan mengepung lelaki bringas itu. Seorang warga dengan parang terhunus berusaha menebas batang leher Bang Dapot, sementara belasan warga mengepung. Lelaki yang baru saja bertindak anarkhis itu merasa dalam keadaan terdesak. Tanpa berpikir panjang dia menusuk warga yang berusaha menangkapnya. Warga yang malang itu tersungkur berlumur darah. Seorang korban telah tersungkur, tapi Bang Dapot tidak mampu menghindar karena warga yang mengepungnya. Dalam waktu sesaat saja Bang Pandapotan tidak dapat berkutik lagi. “Patahkan lehernya,” teriak salah seseorang. “Pecahkan kepalanya”, sambut yang lain. “Tusuk perutnya, biar mati” “Cincang saja” “Jadikan sate” “Bakar hidup-hidup biar jadi abu” “Buang mayatnya ke sungai” Teriakan-teriakan itu terus terdengar. Orang-orang yang membawa parang, pisau, kapak dan pacul segera menghajar tubuh lelaki itu hingga babak belur, hingga dari hidung keluar darah, juga dari kepalnya mengucur darah segar SAZZ: 82. Penggalan cerita di atas, menggambarkan kemarahan masyarakat desa tersebut akibat tindakan anarkhis yang dilakukan oleh Pandapotan. Ia membakar traktor milik Haji Sulaiman. Pandapotan menganggap bahwa traktor itulah yang menyebabkan ia jatuh melarat. Adanya traktor itu, maka warga desa di pingggiran Sungai Aek Godang lebih memilih menyewa traktor milik Haji Sulaiman untuk membajak sawah daripada menyewa sapi milik Pandapotan. Akhirnya penghasilan yang didapatkan oleh Pandapotan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ketiga isterinya. Pandapotan sangat marah kepada Haji Sulaiman yang telah menyewakan traktornya karena dianggap mematikan Universitas Sumatera Utara 30 matapencahariannya. Kemarahannya membuat ia nekat membakar traktor tersebut.Tindakan anarkhis yang dilakukan Pandapotan membuat masyarakat desa tersebut mengamuk dan menghajar pandapotan hingga belumuran darah dan kemudian membuangnya ke sungai. “Lelaki itu telah menjadi korban kemarahan belasan warga yang menyaksikan saudara mereka terbunuh. Itulah yang membuat warga desa itu menghakimi lelaki itu. Tidak ada ampun lagi bagi lelaki yang telah membakar traktor milik Haji Sulaiman dan melukai seorang warga desa hingga tersungkur mencium bumi. Bang Dapot benar-benar menjadi korban kemarahan massa. Pukulan bertubi-tubi diarahkan pada dirinya, hingga dia roboh. Setelah lelaki itu tidak berdaya lalu jasadnya dilempar ke Sungai Aek Godang. Jasad lelaki itu tenggelam dan dihanyutkan air hingga ke hilir, hingga ke muara dan mungkin hingga ke tengah laut.”SAZZ: 83. Selain Pandapotan, Tiurma juga mengalami konflik sosial dengan masyarakat desa di pinggirang Sungai Aek Godang. Berikut penggalan ceritanya: Sejak saat itu pula warga yang bermukim di desa sekitar Sungai Aek Godang itu memandang Tiur amat sinis. Tiur dianggap ikut bersekongkol dengan suaminya dan dikucilkan masyarakat. Dimana saja, pasti terlihat wajah-wajah sinis yang memandangnya. Bahkan banyak kenalan dan handai tolan yang tidak menyahut atau berpaling dan menghindar ketika Tiur menyapanya. “Giotna disumbayang hajat kon do alai sude na mombaen na so pade di Mandailing on” Itulah hujatan para tetangga yang ditujukan kepada Tiurma yang maknanya agar yang berbuat tidak baik di kawasan Madina mendapat murka Tuhan SAZZ: 83-84. Cerita di atas menggambarkan bagaimana masyarakat desa tersebut menghujat serta menjauhi Tiurma. Tiurma adalah isteri Pandapotan sehingga mereka mengangap Tiurma bersekongkol dengan Pandapotan untuk membakar traktor milik Haji Sulaiman.Setelah kejadian itu, Tiurma menjual seluruh perhiasan miliknya kemudian ia memilih untuk pindah ke desa lain dan memilih untuk tinggal di sebuah desa di kaki bukit. Universitas Sumatera Utara 31

4.2 Penyebab Terjadinya Konflik Sosial dalam Novel Seteguk Air Zam-Zam Karya Maulana Syamsuri

Konflik tidak dapat terjadi begitu saja tanpa adanya penyebab. Terjadinya sebuah konflik dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya dengan adanya perbedaan antaranggota masyarakat. Perbedaan antaranggota masyarakat, yaitu perbedaan baik secara fisik maupun mental, atau perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga mampu menimbulkan pertikaian atau bentrokan antara mereka Ahmadi, 2007: 291. Setiadi dan Kolip 2011 dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi, menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaanantar-individu. Perbedaan antar-individu di antaranya yaitu perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, dan pendirian tentang objek yang dipertentangkan. Dalam realitas sosial tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan karakter tersebutlah yang memengaruhi timbulnya konflik sosial. Dalam sebuah novel, terdapat beberapa tokoh cerita. Masing-masing tokoh memiliki karakter yang berbeda, selain karakter yang berbeda-beda, setiap tokoh cerita juga memiliki kemampuan, tujuan, keinginan, serta pendapat yang berbeda- beda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Di dalam novel Seteguk Air Zam-Zam terdapat beberapa konflik sosial yang terjadi antara satu tokoh dengan tokoh yang lain dan antara tokoh dengan lingkungannya. Terjadinya konflik sosial tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu Universitas Sumatera Utara