BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Kandungan Kimia Tanah Kebakaran Hutan
Berdasarkan kriteria
Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dan BPP Medan 1982
analisis kimia tanah diketahui bahwa kisaran pH tanah yang terdapat pada areal penelitian tergolong masam dan agak masam. Kandungan bahan organik
tergolong sangat rendah, hingga sangat tinggi, untuk kandungan P-tersedianya tergolong pada kondisi yang sangat rendah. Sedangkan nilai kapasitas tukar kation
tergolong rendah dan sedang. Terdapat perbedaan nilai sifat kimia tanah dari setiap sampel tanah pengamatan. Nilai KTK tanah tergolong kriteria rendah
hingga sedang. Hasil analisis kimia tanah sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data hasil analisis sifat kimia tanah bekas kebakaran di Kabupaten Samosir Tahun
Kebakaran Parameter
pH H
2
O C-Organik
P-BrayII ppm KTK me100
2010 5.47 m
1.13 r 6.17 sr
7.20 r 2011
5.64 am 1.38 r
4.19 sr 16.20 r
2012 4.90 m
6.39 st 7.45 sr
23.10 s 2013
6.65 n 1.36 r
5.56 sr 22.10 s
2014 4.98 m
0.79 sr 5.41 sr
22.70 s Kontrol
5.56 am 1.21 r
5.11 sr 10.10 r
Keterangan: am: agak masam; m: masam; n: netral; s: sedang sr: sangat rendah; r: rendah; st: sangat tinggi
Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dan BPP Medan 1982 dalam Muklis 2007
Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah diketahui bahwa tanah yang mengalami kebakaran pada tahun 2011 dan yang tidak mengalami kebakaran
cenderung memiliki sifat kimia tanah yang sama, dimana pH-nya bereaksi agak masam, kandungan C-Organik rendah, P-tersedianya sangat rendah dan kapasitas
tukar kation yang rendah. Untuk tahun 2012 dapat dilihat bahwa tanah memiliki
pH yang bereaksi masam, kandungan C-Organik yang sanagt tinggi, P-tersedia yang sangat rendah dan kapasitas tukar kation yang sedang. Untuk tahun 2013
memiliki pH netral, kandungan C-Organik rendah, P-tersedia sangat rendah dan kapasitas tukar kation sangat rendah. Untuk tahun 2011 dan 2014 memiliki pH
yang bereaksi masam, C-Organik sangat rendah, P-tersedia sangat rendah dan kapasitas tukar kation sedang.
Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui bahwa waktu terjadinya kebakaran mempengaruhi sifat kimia tanah, dimana semakin lama jarak antara
kejadian kebakaran dan pengamatan maka sifat kimia tanah cenderung memiliki sifat kimia yang hampir sama dengan tanah yang tidak mengalami kebakaran,
sedangkan untuk tanah yang baru mengalami kebakaran memiki sifat kimia yang beragam tergantung pada jenis kebakarannya, jenis tanahnya, jenis tegakannya
dan faktor lain yang mempengaruhi. Penurunan pH tanah ini juga berdampak pada nilai KTK tanah dan P-
tersedia dalam tanah. Pada penelitian ini pH tanah yang rendah dan KTK yang rendah juga berbanding lurus nilainya. Hal ini karena pH tanah yang rendah
konsentrasi hidrogen dalam tanah tinggi dan terikat kuat pada kation-kation masam sehingga yang terbentuk adalah asam kuat dan pertukaran kation yang
terjadipun rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim et al. 1986 bahwa seiring dengan peningkatan pH maka jumlah kation yang dapat dipertukarkan
KTK dalam tanah juga akan meningkat karena kation-kation masam tadi dapat dilepaskan dan dapat dipertukarkan. Demikian sebaliknya jika pH menurun maka
kation-kation akan terjerap dalam tanah dan tidak dapat dipertukarkan sehingga KTK tanah menjadi rendah juga.
Sifat kimia yang lain yang berpengaruh pada penelitian ini adalah ketersediaan unsu P dalam tanah. Data hasil analisis sifat kimia tanah di
laboratorium menunjukkan bahwa nilai P-tersedia dalam tanah termasuk kriteria yang sangat rendah. Menurut Hardjowigeno 2007 bahwa faktor yang
mempengaruhi tersedianya P untuk tanaman yang terpenting dalah pH tanah. P paling mudah diserap oleh tanaman pada pH netral 6-7. Dalam tanah masam
banyak unsur P baik yang sudah ada dalam tanah maupun yang diberikan ke tanah melalui pemupukan terikat oleh unsur-unsur Al dan Fe sehingga P tidak dapat
diserap tanaman.
B. Keberadaan Fungi Mikoriza Arbuskula FMA