Tabel 2.1 Lanjutan No Kategori
Limbah Definisi
Contoh
4.
Limbah farmasi mencakup produk farmasi. Kategori
ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan
untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang
berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan
ampul obat. obat-obatan,
vaksin, dan serum yang sudah
kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah
dan terkontaminasi yang tidak
diperlukan lagi.
5. Limbah sitotoksik
genotoksik Limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk
kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel.
Sumbernya dari materi yang
terkontaminasi pada saat persiapan
dan pemberian obat, misalnya
spuit, jarum, ampul, kemasan,
obat-obatan kadaluarsa, larutan
sisaberlebih, urin, tinja, muntahan
pasien yang mengandung obat
sitotoksik atau metabolitnya.
6. Limbah kimia
Limbah yang mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun
gas yang berasal dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta
dari pemeliharaan kebersihan dengan menggunakan desinfektan.
reagent di laboratorium,
larutan pencuci film untuk rontgen,
desinfektan yang kadaluarsa atau
sudah tidak diperlukan lagi,
solvenzat pelarut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Lanjutan No Kategori
Limbah Definisi
Contoh
7.
Limbah radioaktif Bahan yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset
radionuklida. Limbah ini dapat berasal dari tindakan kedokteran
nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk
padat, cair atau gas. cairan yang tidak
terpakai dari radioaktif atau riset di
laboratorium, peralatan kaca, kertas
absorben yang terkontaminasi, urine
dan ekskreta dari pasien yang diobati
atau diuji dengan radionuklida yang
terbuka.
8. Limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi
Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi
termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan
biasanya sangat toksik. limbah merkuri yang
berasal dari bocoran peralatan kedokteran
yang rusak misalnya: termometer, alat
pengukur tekanan darah, residu yang
berasal dari ruang pemeriksaan gigi.
9. Limbah kontainer
bertekanan Limbah yang berasal dari
berbagai jenis gas yang digunakan dalam kegiatan di
instalasi kesehatan. tabung gas anestesi,
tabung oksigen, kaleng aerosol.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Pengaruh limbah medis terhadap lingkungan dan kesehatan
Menurut Wicaksono 2001, pengaruh limbah medis terhadap lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika.
Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan
pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar. Ini berupa warna yang berasal dari larutan bahan kimia, dan bau phenol.
2. Kerusakan harta benda.
Dapat disebabkan oleh zat-zat kimia yang terlarut korosif, reaktif, menimbulkan karat yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar lingkungan layanan
kesehatan maupun masyarakat luar. 3.
Gangguankerusakan tanaman dan binatang. Ini dapat disebabkan oleh residu bahan farmasi yang mengandung antibiotik dan
antiseptik, zat kimia seperti fenol, logam berat seperti merkuri dan lain-lain. 4.
Gangguan terhadap kesehatan manusia. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan
yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja. Penyakit
HIVAIDS dan Hepatitis B dan C terjadi melalui cidera akibat jarum suntik yang terkontaminasi darah manusia. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anestesi dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja
Universitas Sumatera Utara
peledakan, cidera yang mengancam jiwa bagi tenaga kesehatan Depkes RI, 2007. Limbah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme
pembawa penyakit melalui proses infeksi silang, dari petugas ke pasien ataupun dari pasien ke petugas, yang dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Ini dapat
disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, senyawa logam seperti Hydrargyrum Hg, Cadmium Cd, dan Plumbum Pb yang
berasal dari bagian kedokteran gigi. Keracunan air raksa atau Hydrargyrum Hg menimbulkan gejala susunan saraf pusat seperti tremor, konvulsi, pikun,
insomnia, gangguan pencernaan dan kulit seperti dermatitis dan ulcer. Keracunan Cadmium Cd akut akan menyebabkan gejala pencernaan, penyakit ginjal, dan
fase lanjut menyebabkan pelunakan tulang dan patah fraktur tulang punggung. Keracunan Plumbum Pb atau timbal menyebabkan gangguan pencernaan dan
susunan saraf pusat Slamet, 2002. Bahan radioaktif seperti radium mempunyai sifat kimia seperti kalsium, oleh karena itu mempunyai kecenderungan untuk
terabsorbsi ke dalam tulang jika masuk ke dalam tubuh sehingga dapat mengganggu kesehatan Fardiaz, 2003.
5. Gangguan genetik dan reproduksi.
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan
sistem reproduksi manusia misalnya bahan radioaktif.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Peran perawat dalam pengelolaan limbah medis
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam
fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada di luar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat
kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama yang beresiko antara lain dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan, tenaga bagian pemeliharaan
layanan kesehatan, pasien dan pengunjung, tenaga bagian layanan pendukung yang bekerjasama dengan instansi layanan kesehatan misalnya bagian binatu, pengelolaan
limbah dan bagian transportasi, pegawai pada fasilitas pembuangan limbah misalnya di tempat penampungan sampah akhir atau di insinerator termasuk pemulung Prüss,
2005. Dengan demikian, peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan termasuk
perawat didalam keseluruhan program pengelolaan harus diterapkan dengan seksama, konsisten, dan menyeluruh sehingga dapat menggugah kesadaran terhadap
permasalahan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang berkaitan dengan limbah layanan kesehatan.
Pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia dibidang kesehatan lingkungan yang secara fungsional
merupakan sumberdaya inti dalam pengelolaan dan penyelenggaraan program lingkungan sehat Depkes, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.6.4. Pengelolaan limbah medis padat
Persyaratan pengelolaan limbah medis padat pada layanan kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204MenkesSKX2004:
A. Minimisasi Limbah
1. Setiap layanan kesehatan harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumbernya. 2.
Setiap layanan kesehatan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Setiap layanan kesehatan harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan
farmasi. 4.
Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.
B. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan
limbah. 2.
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
Universitas Sumatera Utara
4. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi. Metode sterilisasi terdiri dari:
a. Sterilisasi termal, ada dua yaitu sterilisasi kering dalam oven “Poupinel”
dengan suhu 160 C selama 120 menit atau 170
C selama 60 menit, dan sterilisasi basah dalam autoklaf dengan suhu 121
C selama 30 menit. b.
Sterilisasi kimia dengan ethylene oxide gas dengan suhu 50 C–60
C selama 3-8 jam atau glutaraldehyde cair selama 30 menit.
5. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
Apabila fasilitas layanan kesehatan tidak mempunyai jarum yang sekali pakai disposable, limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses salah satu metode sterilisasi. 6.
Pewadahan limbah medis padat menurut Kepmenkes RI No. 1204MenkesSKX2004 harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan
wadah dan label seperti tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
No. Kategori Wadah
kontainerkantong plastik
Lambang Keterangan
1.
Radioaktif Merah
Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif
2. Sangat infeksius