Gr een-TV ET dan

Bab 4: Gr een-TV ET dan

H igher -Or der Thinking ( H OT) Skills

Sri Lestari

Keterampilan dalam Kurikulum Pendidikan Vokasi

Kurikulum Pendidikan vokasi di Inggris m em adukan ilm u pengetahuan (know ledge), keteram pilan (skills) dan sikap/ tingkah laku (att it ude and behaviour) unt uk memenuhi standar kecakapan calon tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan m emadukan keterampilan dasar (core skills) , keteram pilan kerja (employabilit y skills) dan ket eram pilan vokasi (vocat ional skills) (Brit ish Council, 2017) seperti bagan berikut :

Bagan1. Ket eram pilan yang m em bent uk SDM t eram pil dan berkualit as

Employabilit y Skills

(kerja t im, inisiat if , pemecahan masalah, perencanaan, dll)

Core Skills

(komunikasi,

Vocational Skills

numerasi, lit erasi,

(mekanik, peraw at ,

dan TIK)

juru masak, dll)

a fully- skilled person

36 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

Keteram pilan dasar, di beberapa konteks negara sering disebut foun- dat ion skill atau basic skill, m erupakan kom petensi yang harus dikuasai sebagai dasar ket eram pilan lainnya. Depart m ent for Educat ion (Df E) (2014) m enetapkan kem am puan dasar t ingkat m enengah atas (key st age

4 ) usia 14-16 t ahun berupa m at a pelajaran w ajib, khusus dan pilihan.

Tabel 1. Daftar m ata pelajaran key stage 4 England

M ata Pelajaran W ajib M at em at ika, Bahasa Inggris, Sains, Pendidikan Agama, M ata Pelajaran Khusus Kew arganegaraan, Komput er dan Olahraga, Pendidikan Agama, Pendidikan Seks M ata Pelajaran Pilihan Seni, Desain dan t eknologi, Ilmu Sosial, Bahasa Asing Spesialisasi (Terapan) Sains Terapan, IT t erapan, Bisnis Terapan, Seni dan Desain Terapan, Bidang t eknik, Indust ri Pabrik, kesehat an dan Sosial, Pariw isat a dan Perhot elan

(DfE, 2014)

Ket eram pilan vokasi (vocat ional skills) berupa spesialisasi m at a pel- ajaran vokasi,m ulai diperkenalkan sejak tahun 2002. GCSE vokasi tersedia dalam delapan m at a pelajaran yait u sains t erapan, IT t erapan, bisnis terapan, seni dan desain terapan, teknik, pabrik, kesehat an dan sosial, pariw isata dan perhotelan (CEDEFOP, 2005). GCSE vokasi setara dengan dua GCSE akadem ik dan dapat digunakan unt uk m elanjut kan pendidikan t inggi, pelat ihan m aupun beker ja(CEDEFOP, 2014). Set iap lem baga penyedia pendidikan vokasi m enaw arkan spesialisasi yang berbeda.

Keteram pilan kerja (employabilit y skill) atau funct ional skills/ key skills m erupakan keteram pilan teknis yang digunakan unt uk bekerja atau ber- kaitan dengan kesiapan kerja. Sebagai contoh, peserta didik belajar m e- lalui kegiatan diskusi, pem ecahan m asalah (problem solving), bekerja dalam t im (t eamw ork), dan m enganalisa dat a dan m engint egrasikan konten-konten yang berkaitan dengan dunia kerja dalam kurikulum pem - belajaran (UK Commision and Employment for Skills, 2008).

Post-16 Skills Plan

Berdasar kan rekom endasi Sainsbur y Review, dar i hasi l diskusi t he Independent Panel on Technical Educat ion , Pem erint ah Inggris m elalui t he M inist er of St at e for Skills m ereform asi kurikulum pendidikan vokasi

Sri Lestari 37

unt uk usia 16 tahun ke atas (post-16) dengan m enerbit kan ‘Post-16 Skills Plan’ . Kerangka baru ini bert ujuan unt uk m eningkat kan kualitas pendidik- an vokasi, m enyederhanakan sist em dan m em ast ikan lulusan m em enuhi krit eria pendidikan abad 21.

Selain pem benahan sist em , salah sat u hasil diskusi yang pent ing dan dijadikan rujukan pem erint ah Inggris adalah penet apan kerangka dari

15 spesialisasi bidang(DBIS & DfE , 2016), yait u: • Pert anian, Kepedulian Lingkungan dan Hew an

(Agricult ure, Environm ent al and Animal Care)

• Bisnis dan Adm inist rasi (Business and Administ rat ive) • Cat ering dan Keram ahan (Cat ering and Hospit alit y) • Peraw at an Anak dan pendidikan (Children care and educat ion) • Konst ruksi (Const ruct ion) • Kreat if dan Desain (Creat ive and Design) • Digit al (Digit al) • Teknik dan Pabrik (Engineering and M anufact uring) • Ram but dan salon kecant ikan (Hair and Beaut y) • Kesehat an dan Ilm u Penget ahuan Alam (Healt h and Science) • Izin legal Keuangan dan Akunt ansi (Legal, Finance and Account ing) • Layanan Pelindung (Prot ect ive Service) • Penjualan, pemasaran dan pembelian (Sales, M arketing & Procurement) • Kepedulian Sosial (Social care) • Transport asi dan Logist ik (Transport and Logist ics)

Untuk mendukung post-16, bagi peserta didik pre-16 pemerintah akan:

a) M em bekal i seko lah d en gan ku r i ku l um b er b asi s p en g et a h ua n (know ledge-based curriculum) sebagai pijakan persiapan pendidikan vokasi lebih lanjut .

b) M engadakan asesm en dan proses kualifikasi t erm asuk GCSE dengan harapan set idaknya 90% pesert a didik m engam bil m at a pelajaran bahasa Inggris, M at em at ika, Sains, Sejarah at au Geografi dan Bahasa, bukan m at a pelajaran yang biasa saja.

c) M em ast ikan kurikulum berbasis penget ahuan diim bangi dengan pengem bangan karakt er yang baik dan kuat dan nilai-nilai budaya Inggris yang m endasar

38 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

Seiring dengan perkem bangan t unt utan dunia kerja yang m em but uh- kan tenaga kerja yang inovat if dan kreat if, pem erintah Inggris m enetapkan kom petensi int i unt uk pendidikan vokasi. Kom petensi int i t idak secara langsung relevan dengan pekerjaan m elainkan sebagai kem am puan unt uk m enyesuaikan dengan pekerjaan dan pendidikan lebih lanjut (CEDEFOP, 2016). Kom pet ensi int i t ersebut m eliput i:

a. Kom unikasi dalam bahasa ibu (communicat ion in t he mot her t ongue)

b. Kom unikasi dalam bahasa asing (communicat ion in ot her languages)

c. Kompet ensi m at em at ika, sains dan t eknologi (competences in maths, science and t echnology)

d. Kom pet ensi digit al (digit al com pet ence)

e. Belajar cara belajar (learning t o learn)

f. Interpersonal, kompetensi sosial dan interkultural, serta kompetensi sipil (interpersonal, intercultural and social competence, civic competence)

g. Kew irausahaan (ent repreneurship)

h. Ekspresi budaya (cult ure expression)

Program M agang (Apprenticeship)

Kualifikasi pendidikan vokasi dapat dit em puh m elalui program m agang kerja (apprent iceship) yakni peserta didik belajar unt uk bekerja di suat u perusahaan.Program ini fleksibel sesuai pilihan spesialisasi yang dipilih. Pesert a juga dapat m enggunakan m agang unt uk m endapat kualifikasi setara level tertent u baik A level, diplom a, sarjana bahkan m aster.

Unt uk program m agang,Richard (2012) m erekom endasikan:  m enyediakan pelat ihan t erkait t echnical know ledge dan pract ical

skills unt uk bekal siap kerja  t arget dan m et ode pelaksanaan m agang harus diperjelas dan m elalui

pelat ihan yang m em berikan pengalam an ket ram pilan khusus kepada peserta m engenai dunia kerja yang nyata (t ransferable skills).

 kualifikasi peserta magang harus m erupakan siswa terbaik dengan ke-

mampuan M atematika dan Bahasa Inggris yang sangat baik. Dua mata pelajaran ini diprediksi m enjadi kunci kem ampuan siswa m emaham i konsep dan menganalisa, melalui pembelajaran yang langsung berhu- bungan dengan konteks nyata dunia kerja (DBIS, 2013) dan merupakan mata pelajaran mendasar untuk asesmen pendidikan vokasi (Wolf, 2011).

Sri Lestari 39

Pendidikan Vokasi yang Ramah Lingkungan (Green TVET)

Inggris m erupakan salah sat u negara yang m enandat angani beberapa perset ujuan terkait isu perubahan iklim di antaranya t he United Nat ions Framew ork Convent ionon Climate Change(1990s), t he Kyoto Agreement (1997, 2005, 2012) dan t he Copenhagen Accord(Pye, Evans, & Agget t , 2012).Inggris m engam bil beberapa kebijakan t ent ang pem baharuan energi, dam pak karbon, dan t eknologi lingkungan yang t erkait dengan perkem bangan ekonom i dan bisnis. Salah sat unya adalah kebijakan pen- didikan vokasi sebagai penyedia tenaga kerja teram pil dan peduli ling- kungan. Hal it u sejalan dengan pilar st rat egi UNESCO unt uk pendidikan dan pelatihan vokasi tahun 2016 -2021 (UNESCO, 2016). Adapun kebijakan- kebijakan it u adalah:

1. Green Skills

Green skillsadalah ket ram pilan yang dibut uhkan unt uk m enyesuaikan produk, layanan dan proses agar ram ah lingkungan. Pengem bangan green skills perlu dilakukan m elalui jalur pendidikan sebagai salah sat u ket eram pi lan kecakapan hidup (life skills/ t r ansferable skills)(OECD/ CEDEFOP, 2014). Hal ini unt uk m endukung m asyarakat yang efisien dan berkelanjutan. Green economy atau ekonom i hijau ident ik dengan m e- m aksim alkan nilai ekonom i dengan m engurangi resiko lingkungan secara signif ikan (DBIS, DECC & DEFRA, 2011). Pada akhir t ahun 2009, t he Depart ment for Business, Innovat ion and Skills (BIS) m em publikasikan Sust ainable Development Act ion Plan , sebuah rencana kebijakan yang m encakup berbagai inisiat if unt uk m erespon perubahan lingkungan, pengaruh t ransisi ke low carbon economy t erm asuk pendidikan unt uk pem bangunan berkelanjutan (Educat ion for Sust ainable Developmet or ESD ). Kebijakan ESD m em asukkan isu peningkatan low carbon ke dalam kurikulum pem belajaran. Pada t ahun 2011 pem erint ah Inggris m enge- luarkan t he Skills for Green Economy, sebuah laporan pengem bangan ket eram pilan t erkait low carbon sebagai salah sat u rekom endasi dari Skills for Sust ainable Grow t h.

Prakt ik ESD di Inggris diterapkan pada sem ua level dan konteks pem - belajaran. M eskipun dem ikian UNESCO (2013) m encatat bahwa perkem - bangan ESD m asih dalam skala kecil berupa proyek-proyek dalam kurun

40 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

wakt u tertent u. M enurut tem uan UNESCO tersebut , belum ada kebijakan dan pandangan yang koheren dan visi yang jelas mengenai peran ESD dalam pembelajaran dan kontribusinya dalam meningkatkan kualitas lulusan, ter- masuk dalam pendidikan vokasi. Di negara bagian Inggris dan Irlandia Utara m asih sedikit kebijakan m engenai sust ainable development . Sem entara itu di Wales, penekanan kebijakan tersebut lebih signifikan m eskipun isu ESD mulai berkurang. Di Skotlandia, pem buat kebijakan dan praktisi m eng- int egrasikan pendidikan dan sust ainable developm ent sebagai kunci m enuju sust ainable societ y.

Tabel 2. Penerapan ESD dalam Kurikulum di Negara Inggris

Skotlandia a. Learning for Change : sekolah, universit as dan komunit as menggerakkan ESD

b. One Planet Schol Concept : int egrasi ESD, Global Cit izenship dan pem- belajaran luar ruangan (out door learning)

c. Int egrasi ESD dalam Curriculum of Excellence melalui pelajaran t ekno- logi, sains dan ilmu sosial. d. Semua sekolah t erdaft ar dalam program pemerint ah skema Eco-School; 50% mencapai ‘Green Flag’

W ales a. ESD Global Cit izenship bekerjasam a dengan sekt or pendidikan dan anak muda

b. Lebih dari 90% sekolah di Wales t erdaft ar dalam program Eco-School c. Banyak sekolah mencapai beberapa level t erbaik dalam t he Welsh

Green Dragon , yait u sebuah skem a m anajemen lingkungan d. ESDGC adalah sat u dari lima t ema dalam kerangka Personal and Social

Educat ion (PSE) di kurikulum nasional usia 11-19 t ahun

Irlandia

a. Aspek kunci kurikulum Irlandia Ut ara adalah pendidikan unt uk pem a- Utara haman yang saling mengunt ungkan dan pendidikan unt uk kew arga- negaraan global dan lokal.

b. Sekolah didorong unt uk mengadopsi pendekat an ESD c. Peran kepem impinan yang inspirat if dan t angguh dalam m engembang-

kan ESD sebagai bagian dari “ whole school et hos” , upaya pengembang- an ESD dengan int egrasi ESD dan pengembangan sekolah

d. 69% sekolah t erdaft ar dalam Eco Schools Program. Inggris a. Sustainabilit y and Environment al educat ion (SEED) m enyediakan

pengembangan sekolah dan profesional. b. Eco School mencapai lebih dari 70%, c. Post -16 sekt or (pendidikan t inggi dan karyaw an) m asih set engah-

set engah dalam m enjalankan ESD. (UNESCO, 2013)

Sri Lestari 41

2. Program the Eco-Shools

Di Inggris, program ini diluncurkan t ahun 1994 oleh Foundat ion for En- vironm ent al Educat ion (FEE) yang dikelola oleh sebuah NGO bernam a Keep Brit ain Tidy . Program ini t elah beranggot akan lebih dari 40,000 sekolah yang t ersebar di 53 negara di seluruh dunia (UNESCO, 2017). 70% dari sekolah di negara bagian Inggris, Wales, Skot landia, dan Irlandia Ut ara t erdaft ar pada program ini. Aw alnya program ini didanai pem e- rint ah, nam un pada M ei 2015 pendanaan berasal dari berbagai m acam sum ber di antaranya biaya asesm en sekolah, pelat ihan berbayar dan kerja sam a kom ersial.Sekolah yang m engikut i program ini m em bent uk Eco Commit ee yang t erdiri dari para sisw a unt uk m engerjakan sebuah proyek t erkait isu lingkungan. Program ini m encakup berbagai t opik sepert i pengelolaan sam pah, lim bah, energi, air, tanah, keanekaragam an hayat i, kesehatan dan kebugaran, m akanan dan lingkungan, t ransportasi, serta kewarganegaraan global. Sekolah yang m enunjukkan peningkatan akan m endapat predikat bronze, silver at au ‘Green Flag’ (predikat tert inggi).

Program eco-school ini dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran melalui pembuatan poster tentang penghematan air, menulis esai tentang isu lingkungan, prakt ik cara m enanam pohon, m engam at i hew an dan t um buhan di sekit ar sekolah dan m engelola sam pah. Program ini t idak hanya turut menjaga lingkungan tetapi juga mengem bangkan keterampilan berkom unikasi, m engam at i, dan berpikir krit is.

Salah sat u penyedia pendidikan vokasi yang m engikut i program Eco- Schools adalah Liver pool Live Science UTC yang m em buat pr oyek Aquaponic yakni kom binasi budidaya ikan dan budidaya tanam an tanpa tanah (hidroponik). Sekolah yang m em iliki spesialisasi Sains and Healt h Care unt uk sisw a usia 14-19 t ahun ini dinobat kan sebagai The Eco-school Project of t he Year m elalui karya Aquaponic yang inspirat if dan inovat if (Life Science UTC, 2015).

Program Eco-Schools di negara Inggris m enunjukkan hasil posit if t er- hadap kesehatan, perkem bangan kognit if, sikap dan perilaku. Tak kalah pent ingnya adalah program ini m endorong kebebasan sekolah m enent u- kan program sesuai kurikulum nasional dan m engacu kepada keteram pil- an abad 21.

42 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

Integrasi Higher-Order Thinking (HOT) Skills dalam Kurikulum dan Pembelajaran

Higher-Order Thinking (HOT)Skills m erujuk pada ket ram pilan berpikir krit is, kem am puan m enyusun st rategi dan pem ecahan m asalah. Adapaun keteram pilan berpikir krit is term asuk kem am puan unt uk berpikir kreat if, m em buat keput usan, m em ecahkan m asalah, m enganalisa, dan m eng- enterpretasikan (Sandra, 1992). Dikait kan dengan teori kognit if, HOT Skills m erupakan pola berpikir kom pleks m eliput i t ingkat berpikir analisa, sintesa, evaluasi, dan kreasi sepert i m em ilih dan m engam bil keput usan, m enum buhkan apa yang diyakini, m enem ukan ide baru, m em buat obyek baru, m em pr ediksi, dan m enyelesaikan m asalah insident al (Lew is & Sm it h, 1993).

M enurut Thom as (1992), pekerjaan m enunt ut kem am puan kognit if; lingkungan kerja yang dinam is m em erlukan kem am puan m enyesuaikan dir i dengan kondisi yang t erus berubah; dan pent ingnya pendidi kan vokasi m enyediakan konteks nyat a dalam pengem bangan kem am puan berpikir. Pendidikan vokasi m erupakan sarana unt uk m engem bangkan keteram pilan kognit if, sehingga peserta didik t idak hanya diajari apa yang harus dipikirkan (w hat ), m elainkan bagaim ana berpikir (how )(Chalupa, 1992). Pengajaran HOT Skills t idak dapat dikem bangkan terpisah dengan m at a pelajaran m elainkan dengan m engint egrasikannya dalam peng- ajaran m ateri yang disam paikan(Wegerif, 2006) sepert i dalam kurikulum dan proses pem belajaran.

1. Dalam Kurikulum M ata Pelajaran Wajib

HOT Skills dikem bangkan m elalui keteram pilan dasar atau int i (core skills) dalam ranah kem am puan kognit if. Porsi pengetahuan um um dan spesiali- sasi dibagi m enjadi 60:40 unt uk pesert a didik usia 14-16 t ahun di m ana 60% m erupakan pem belajaran akadem ik dan 40% keteram pilan vokasi/ spesialisasi. Sem entara it u sebaliknya ket ika peserta didik berusia 16-19 t ahun porsi m enjadi 40:60, yakni 40% akadem ik dan 60% vokasi/ t eknik (M itchell, 2016). M eskipun pendidikan vokasi m enekankan pada ket e- ram pilan teknis dan prakt ik, pengem bangan pengetahuan dan kem am pu- an akadem ik (kognit if ) tetap dilakukan secara seim bang.

Sri Lestari 43

Dalam Curriculum for Excellence di Skot landia, keteram pilan yang di- kembangkan unt uk belajar, untuk kehidupan dan unt uk bekerja m engguna- kan kerangka keteram pilan yang mencakup kepem im pinan (leadership), bekerja dengan orang lain (w orking w it h ot hers), pem ecahan m asalah (problem solving), ket eram pilan berpi kir (t hinking skills) dan usaha (enterprise) (Pert h & Kinross, 2015). Pesert a didik diberi kesem pat an seluas-luasnya unt uk m engem bangkan ket eram pilan berpikir kom pleks m elalui banyaknya kesem patan prakt ik dan penerapan, t erut am a ber- kait an dengan lit erasi dan num erasi. M aka, akt ivit as pem belajaran unt uk pengem bangan HOT Skills t ert uang secara jelas dalam m endisain rencana pem belajaran (lesson plan) (The Scot t ish Governm ent , 2009) m isalnya dengan pert anyaan krit is t ent ang solusi apa saja yang m em ungkinkan unt uk suat u m asalah, pendapat dari perspekt if yang berbeda, dan bagai- m ana seseorang yakin atas keput usannya.

2. Dalam Proses Pembelajaran

Peningkat an HOT Skills dilakukan dalam proses pem belajaran m elalui berbagai cara. Hal ini t ent u m enunt ut peran guru unt uk m enyusun rencan pem belajaran yang m em asukkan st rategi unt uk m enum buhkan ket e- ram pilan HOT. Pem belajaran di kelas dilakukan m elalui berbagai akt ivitas seper t i kebijakan yang di keluar kan oleh lem baga pendidikan vokasi Energy Coast UTC (2017) yang f okus pada pengem bangan aspek ut am a belajar m eliput i problem solving, enquiry, reasoning, creat ive t hinking, dan evaluat ion yang m engar ah pada pengem bangan higher -or der t hinking skills . Guru dan staf diharuskan m engem bangkan kem am puan dan keteram pilan tersebut dengan berbagai m etode yang sesuai m isalnya diskusi, kerja t im , m em berikan um pan balik, dan penggunaan IT.

Studi Kasus 1: M elalui Kemampuan Bertanya (Questioning)

Bucks UTC, salah sat u lem baga pendidikan vokasi di Inggris m enet apkan at u r an u nt uk m eni ngk at kan HOT Sk il ls m elal ui b u day a ber t any a (quest ioning) (Bucks UTC, 2016a). Guru harus berkeliling kelas untuk mem- berikan um pan pert anyaan dan m enerapkan t aksonom i Bloom unt uk membuat variasi pertanyaan dari yang sederhana hingga kompleks. Peserta didik didorong unt uk berani m engajukan pert anyaan. Peran guru adalah

44 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

m enciptakan kondisi dim ana peserta didik t idak takut m em buat kesalah- an dan berani m engam bil resiko. M aka st rategi yang diterapkan selam a pem belajaran adalah angat tangan/ tidak (Hands/ No hands rule), mene- lepon teman (phone a friend), berpasangan (pair/ share), dan w aktu t unggu (w ait time) . Dengan cara t ersebut peserta didik diharapkan m am pu mening- katkan keteram pilan berpikir tingkat tinggi m em alui keterampilan bertanya.

Studi Kasus 2: M elalui Literasi

Dalam taksonom i Bloom,higher-order thinking skills m erupakan pengem- bangan dari low er-order t hinking skills. M isalnya, m em baca t erm asuk lower order thinking skills sem entara m engevaluasi dan m enganalisa apa yang dibaca term asuk higher order t hinking skills (Wegerif, 2006).

Bucks UTC juga m erupakan salah sat u sekolah yang fokus pada pe- ngem bangan HOT Skills m elalui lit erasi dengan program vokasi Konst ruksi (Const ruct ion) dan Kom put er (Com put ing). Kebijakan lit erasi yang di- t erapkan yakni seluruh guru, t idak hanya guru bahasa, m enguasai m em - baca, m enulis dan kom unikasi secara efekt if. Seluruh kegiatan pem bel- ajaran diarahkan unt uk m em asukkan t ujuan literasi sekolah ke dalam m at a pelajaran. M isalnya, pem belajaran m elalui diskusi, present asi hasil karya konst ruksi, dan m enulis laporan atau prosedur dengan efekt if. Pe- serta didik dibiasakan m em ilih kata yang tepat , m enyusun kalim at efekt if, menyam paikan ide dengan jelas, m engenali audiens, m ensint esa apa yang dibaca, dan berdiskusi(Bucks UTC, 2016b). Dengan dem ikian, peserta didik berlat ih unt uk berkomunikasi lisan dan tert ulis dengan efektif dan diharap- kan mampu menjadi tenaga kerja yang profesional, kom unikat if dan kritis.

Studi Kasus 3: M elalui Project-Based Learning

Sekolah vokasi Bohunt di bawah naungan Bohunt Educat ion Trust (BET) m engem bangkan pesert a didik m elalui pem belajaran berbasis proyek (project-based learning) dalam STEM (Science, Technology, Engineering and M at h ). Penerapan kurikulum STEM dan pendekat an pem belajaran m elalui project based Learning (PBL) dapat m eningkat kan keteram pilan berpikir kom pleks secara lebih m udah(Avery, 2014).

Penerapan STEM di Bohunt School didisain m enyesuaikan kebut uhan indust ri. Kurikulum STEM t idak hanya m engem bangkan penget ahuan

Sri Lestari 45

tetapi juga keteram pilan dan sikap perilaku yang baik (habit of mind) (Bohunt Educat ion Trust , 2016). Integrasi kurikulum dengan indust ri di- lakukan melalui konten, sum ber-sumber belajar dan pembelajaran proyek. Sekolah bekerjasam a dengan ahli industri dari perusahaan lokal menyusun kurikulum STEM m ulai kelas 7 dan 8.

Bohunt School juga akt if m engadakan STEM fest ival unt uk sosialisasi m engenai jalur pendidikan vokasi bidang STEM , karir STEM dan m engikut i berbagai proyek dalam beberapa kom pet isi. Salah sat unya adalah ber- part isipasi dalam proyek ‘M erlin Challenge’ unt uk m em buat m obil ram ah lingkungan. Para pesert a didam pingi oleh karyawan perusahaan penye- lenggara kegiatan. Pesert ra didik dapat m engamplikasikan STEM dan men- dapat gambaran penerapan STEM dalam dunia kerja di kemudian hari.

Kesimpulan dan Pembelajaran

Ref orm asi pelaksanaan pendidikan vokasi di Inggris t er us dilakukan unt uk m enyiapkan tenaga kerja yang handal baik dari segi pengetahuan, keteram pilan dan sikap. M eskipun keem pat negara bagian Inggris m e- m i liki ot onom i unt uk m enent ukan sist em dan kebijakan pendidikan vokasi, sem uanya m engacu kepada t ujuan yang sam a dalam m enciptakan sum ber daya m anusia yang kom peten unt uk berkont ribusi dalam per- t um buhan ekonom i.

Kurikulum yang dikem bangkan m em uat keterampilan inti/ dasar/ wajib akadem ik (core skills), ket eram pilan vokasi (vocat ional skills) sesuai spesialisasi yang diam bil dan ket eram pilan kerja (em ployabilit y skills) berupa ket eram pilan penunjang di dunia kerja. Peser t a didi k dapat menguasai keterampilan tersebut m elalui dua rute yang sesuai pilihan yakni melalui jalur pembelajaran di kelas (college-based atau school-based) atau m elalui program m agang (employed-based approach). Penyedia pen- didikan vokasi bekerjasam a dengan pengusaha dan profesional unt uk m enyusun kurikulum agar kualifikasi lulusan sesuai dengan kebut uhan dunia ker ja. Kur ikulum dan pem belajaran f okus pada m em ber ikan pengalam an nyata berupa project-based learning dengan terus m engikut i perkem bangan teknologi dan kepedulian lingkungan.

Belajar dari pendidikan vokasi di Inggris, m em adukan kem am puan akadem ik, ket eram pilan kerja dan sikap secara seim bang m erupakan

46 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

t ant angan t ersendiri. Indonesia dengan Kurikulum 2013 sesungguhnya telah m enyat ukan t iga kom ponen tersebut , tetapi pelaksanaannya belum sepert i yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari pendidik- an vokasi di Inggris adalah:

1. Reform asi kurikulum yang berkelanjut an. M engulas kem bali kuri- kulum vokasi di Indonesia t erkait program st udi dan m at a pelajaran yang relevan dengan kebut uhan indust ri dan perkem bangan zam an. M isalnya program st udi programming, m arit im , pariw isat a, t eknologi digit al, dan sebagainya yang disesuaikan dengan kebut uhan t iap w ilayah.

2. M eningkat kan kerjasam a (part nership) antara sekolah dan indust ri dengan m elibat kan pengusaha, t enaga ahli/ prof esional dari per- usahaan, dan lem baga bim bingan karir dalam m enyusun kurikulum pendidikan vokasi t erm asuk program binaan dan program m agang unt uk m enyelaraskan ket eram pilan yang dibut uhkan dan m em ini- m alisir gap antara keteram pilan lulusan dan keteram pilan dunia kerja.

3. M engintegrasikan keteram pilan dan kecakapan hidup dalam panduan kurikulum nasional dan pembelajaran termasuk kepedulian lingkungan terkait isu perubahan iklim dan energi terbarukan sebagai upaya m e- respon isu lingkungan global. M isal pelat ihan kepada kepala sekolah dan guru-guru agar sekolah m em iliki program yang ramah lingkungan dan menerapkannya ke dalam pembelajaran vokasi.

4. Pen ingkat an kom pet ensi gur u p endid i kan vokasi . Pel aksan aan cont inued profesional developm ent (CPD) bagu guru-guru sekolah vokasi m elalui guru magang di perusahaan, guru tamu dari perusahaan / indust ri, program pendidikan guru (t eacher educat ion)vokasi, dan w orkshop rut in bagi guru vokasi baik m engenai kurikulum, pedagogi dan perkem bangan dunia kerja. Penekanan pem belajaran pada project- based learning unt uk m enghindari peserta didik terjebak belajar unt uk ujian nasional t ertulis.

5. Penam bahan infrast ukt ur berupa fasilit as pem belajaran unt uk prakt ik kerja di sekolah m enengah kejuruan dan perbaikan sistem program m agang di perusahaan. Sekolah m enjalin kerjasam a dengan per- usahaan sebagai t em pat prakt ik pesert a didik t erut am a jika fasilit as sekolah m inim , sekaligus perbaikan program m agang di perusahaan

Sri Lestari 47

yang selam a ini terkesan kurang serius, yakni unt uk m em enuhi per- syaratan kelulusan.

Referensi

Avery, P. (2014). Developing Globally Com pet it ive St udent s t hrough Project-Based learning and STEM . Ham pshire: Bohunt Educat ion Trust. Bohunt Educat ion Trust . (2016). STEM . Dipet ik Septem ber 29, 2017, dari Bohunt Educat ion Trust : htt p:/ / w w w.bohuntt rust .co.uk/ educat ional- innovat ions/ st em / #read-m ore

British Council. (2017, June). The UK Skill System: An Introduction. Dipetik October 2017, dari British Council: https:/ / www.britishcouncil.org/ sites/ default / files/ bc_uk_skills_sect or-an_introduction-june_2017_0. pdf

Bucks UTC. (2016a). Teaching and Learning Policy 2017-2018. Aylesbury: Bucks UTC. Bucks UTC. (2016b). Bucks UTC Literacy Policy 2017. Aylesbury: Bucks UTC. Cabinet Office and Prim e M inister ’s Off ice. (2017, June 21). Queen’s

Speech 2017. Dipet ik Oct ober 2017, dari Governm ent UK: ht t ps:/ / w w w.gov.uk/ governm ent / speeches/ queens-speech-2017

CCEA. (2014). Guidance on teaching, Learning and Assessm ent at key St age 4. Belfast : CCEA. CEDEFOP. (2005). Vocat ional Educat ion and Tr aining in t he Unit ed Kingdom. Short Descript ion. Greece: ReferNet UK. CEDEFOP. (2013). Spot light on VET United Kingdom 2012/2013. Greece: European CEDEFOP. CEDEFOP. (2014). United Kingdom VET in Europe -Count ry Report 2014. ReferNet UK ECCTIS Lt d. CEDEFOP. (2016). Key Competencies in Vocat ional Educat ion and Training - United Kingdom. ReferNet - UK NARIC. Ch ad h a, D. (2006). A Cu r r i cu l u m M o d el f o r Tr an sf er ab l e SKi l l s developm ent . Engineering Educat ion, 19-24. Chalupa, M . (1992). Crit ical Thim king: Gett ing M inds to Work. Business Educat ion Forum, 21-24. Council for t he Curriculum , Exam inat ions and Assessm ent . (2014, January 29). Overview of t he Key St age 4 Curriculum. Dipet ik Okt ober 1, 2017, dari CEA Rewarding Learning: ht t p:/ / ccea.org.uk/ key_skills/

48 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

DBIS & DfE. (2016, July 8). Post 16 Skills and Independent Report on Technical Educat ion. Dipet ik April 1, 2017, dari Governm ent UK: ht t ps:/ / w w w.gov.uk/ governm ent / publicat ions/ post-16-skills-plan- and-independent-report-on-technical-educat ion

DBIS. (2013). The Fut ure of Apprent iceships in England: Next St ep from t he Richard Review. London: Depart m ent of Business, Innovat ion and Skills.

DBIS, DECC & DEFRA. (2011). Skills for a green economy.A report on t he evidence. London: HM Governm ent . Depart m ent for Educat ion (DfE). (2014). The Nat ional Curriculum. Diam bil kem b al i dar i Depar t m ent f o r Ed ucat ion : ht t p s: / / w w w .gov.u k/ nat ional-curriculum / key-stage-3-and-4

Educat ion Scot land. (2012, Sept em ber). CfE Brief ing. Int erdisciplinary Learning. Dipet ik Oktober 1, 2017, dari Cf E Briefing: ht t ps:/ / w w w. educat ion.gov.scot / scot t ish-educat ion-syst em /

Energy Coast UTC. (2017). Learning, Teaching and Training Policy 2017- 2018. Cum bria: Energy Coast UTC. King, F., Goodson, L., & Rohani, F. (1997). Higher Order Thinking Skills: Definit ion, Teaching st retegies and Assessment . Educat ional Service Program .

Lew is, A., & Sm it h, D. (1993). Defining Higher Order THinking. Theory int o Pract ice , 131-137. Life Science UTC. (2015, Novem ber 25). Aw ard W inner: Eco-Project of t he Year . Dipet ik April 1, 2017, dari Liverpool Life Science UTC: htt ps:/ / lifesciencesut c.co.uk/ eco-project-of-t he-year-w inner/

London Council. (2016). Sainsbury review and Post-16 Skills Plan. London: London Councils. M it chell, P. (2016). A Pract ical Guide t o t eh UTC Curriculum. London: The Baker Dearing Educat ional Trust . OECD. (2010). learning for Jobs. Paris: OECD. OECD. (2016). Building Skills f or All: A Review of England. OECD Skills

St udies. OECD/ CEDEFOP. (2014). Greener Skills and Jobs. OECD Green Grow t h STudies, OECD Publishing.

Sri Lestari 49

Part nership for 21st Cent ury Skill. (2017). Dipet ik Okt ober 1, 2017, dari Part nership for 21st Cent ury Learning: ht t p:/ / w w w.p21.org/ our- w ork/ p21-f ram ew ork

Pert h & Kinross. (2015). A Skills Framew ork. Pert h and Kinross Council. Pye, J., Evans, C., & Agget t , K. (2012). Green Jobs Count ry Report - UK.

Exeter: Universit y of Exeter. Sandra, K. (1992). Higher Order Thinking Skills in Vocat ional Educat ion. ERIC Digest No 127 , 1-8. Scot land, E. (2016). Scot t ish Educat ion Syst em. Dipet ik Sept em ber 2017,

d ar i Edu cat i o n Sco t lan d : h t t p s: / / ed u cat i on . gov.scot / sco t t ish - educat ion-syst em / St udio School Trust . (2011). St udio School Curriculum. Dipet ik October

10, 2017, dari St udio School Trust : ht t ps:/ / st udioschoolst rust .org/ The Scot t ish Governm ent . (2009). Curriculum for Excellence: Building t he Curriculum 4 Skills for Learning, Skills for Life and Skills for Work. Edinburgh: The Scot t ish Governm ent .

Thom as, R. (1992). Cognit ive Theory-Based t eacging and Learning in Vocat ional Educat ion. Informat ion series 349, ERIC Clearinghouse on Adult , Career and Vocat ional Educat ion.

UK Com m ision and Em ploym ent f or Skills. (2008). Review of Evidence on Best Pract ice in Teaching and Assessing Em ployabilit y Skills. Leeds: Policy Research Inst it ut e.

UNESCO. (2012, 3 2). World Dat a on Educat ion 2010/2011. Dipet ik April 2017, dari World Dat a on Educat ion: htt p:/ / w w w.ibe.unesco.org/ en/ docum ent / w orld-dat a-educat ion-sevent h-edit ion-2010-11

UNESCO. (2012). Youth and Skills: Putting Education to Work. France: UNESCO. UNESCO. (2013). Educat ion f or Sust ainable Developm ent in t he UK -

Cur rent st st us, best pr act ices and opport unit ies f or t he f ut ure. London: t he UK Nat ional Com m ission for UNESCO.

UNESCO. (2016). St rategy for technical and Vocat ional Educat ion and Training (TVET) (2016-2021). France: UNESCO. UNESCO. (2017). Good Pract ice in Education for Sust ainable Development. London: the UK Nat ional Comm ission for UNESCO. UTC. (2017). Key Fact s about UTC. Dipet ik October 2017, dari Universit y

Technical Colleges: htt p:/ / w w w.utcolleges.org/ about / overview /

50 Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris

Wegerif, R. (2006). Literat ure Review in Thinking Skills, technology and Learning. Brist ol: Fut ureLab. Welsh Governm ent . (2013, August 28). Careers and t he World of Work:

a framew ork for 11-19 years-old in Wales . Dipet ik Oktober 1, 2017, dari Learning Wales. Raising Standard Toget her: htt p:/ / learning.gov. w ales/

Wolf, A. (2011). Review of Vocat ional Educat ion- The Wolf Report . London: DBIS & DfE.

M elisa Apriyani