Nilai-Nilai Religius di Lingkungan Masa Kecil Faisal Oddang
4.2 Nilai-Nilai Religius di Lingkungan Masa Kecil Faisal Oddang
Orang tua Oddang tinggal di Sengkang. Profesi ayahnya adalah petani pemilik lahan dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Setelah resmi menyandang status sebagai mahasiswa, ayahnya kerap menanyakan perihal apalagi yang ditulis oleh Faisal Oddang. Hal ini membuat Oddang termotivasi untuk menulis agar ada tulisan-tulisan terbarunya yang dapat dibaca oleh ayahnya.
Faisal Oddang tinggal di keluarga dan lingkungan tradisional yang sangat memegang teguh adat. Kenyataan ini berdampak pada tulisan-tulisan yang dihasilkan Faisal Oddang. Dalam tulisan-tulisannya, Faisal kerap menulis dengan latar belakang lokalitas Sulawesi Selatan, baik itu Bugis, Toraja, maupun Mandar.
Bugis merupakan salah satu etnik yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Kata Bugis berasal dari k ata “to ubi” yang berarti orang Bugis. Penamaan “ubi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, dan
Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang 9 .
Pada masa kemerdekaan, para raja di Nusantara mendapat desakan oleh pemerintahan Orde Lama untuk membubarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI. Pada tahun 1950 —1960-an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyaknya orang Bugis meninggalkan kampung halamannya. Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti di Sulawesi dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Saat ini, generasi muda Makassar dan Bugis adalah generasi yang lebih banyak mengonsumsi budaya material sebagai akibat dari modernisasi, kehilangan jati diri
akibat pola pendidikan Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka 10 .
Masyarakat Bugis tersebar di pesisir dan dataran rendah yang subur. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakatnya menjadi petani dan nelayan. Selain itu, mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah berdagang. Mereka juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.
Ada sebuah pepatah di Bugis berbunyi “Wilayah perempuan adalah sekitar rumah, sedangkan ruang gerak laki-laki menjulang hi ngga ke langit”. Hal ini menunjukkan bahwa dalam organisasi sosialnya, kedudukan perempuan disamakan dengan derajat laki-laki. Akan tetapi, perempuan tidak wajib untuk mencari nafkah
9 id.wikipedia.org/wiki/Bugis diakses pada 9 Oktober 2016
10 id.wikipedia.org/wiki/Bugis diakses pada 9 Oktober 2016 10 id.wikipedia.org/wiki/Bugis diakses pada 9 Oktober 2016
Sejak dahulu, masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki aturan tata hidup. Aturan tata hidup tersebut berkenaan dengan sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan, dan sistem kepercayaan. Orang Bugis menyebut keseluruhan sistem tersebut Pangngadereng, orang Makassar Pangadakang, orang Luwu menyebutnya Pangngadaran, orang Mandar menyebutnya Ada’, dan orang Toraja menyebutnya Aluk To Dolo.
Orang tua dan lingkungan yang membesarkan Faisal Oddang, sangat menjunjung tinggi aturan tata hidup yang berlaku di Bugis ini. Mereka menghormati adat tersebut dan menyembah seorang dewa bernama To Mambali Puang. Kehidupan masa kecil inilah yang membuat Oddang memiliki nilai-nilai religius di dalam dirinya yang tergambar di dalam novel Puya ke Puya.
Sejak kecil, orang tua Faisal Oddang juga mendidiknya untuk mencintai alam. Orang tuanya sering mendongengkan berbagai kisah baik yang mereka karang sendiri maupun dongeng- dongeng lokal Sulawesi Selatan seperti Nene’ Pakande dan kisah I La Galigo juga tak luput mereka ceritakan. Di dalam beberapa cerita karangannya, orang tua Oddang mengisahkan bahwa pohon itu sama seperti manusia. Orang tua Oddang melarangnya melukai pohon dengan mematahkan rantingnya. Pohon akan terluka, berdarah, dan menangis. Cerita-cerita orang tua Oddang ini pernah membuat Oddang menangis ketika kecil karena ia tidak sengaja mematahkan ranting pohon.