Cukai EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA

LA KIN DJBC TA HUN 2014 52 Penerimaan pajak dalam rangka impor dan PPN Hasil Tembakau selama 5 tahun yang berhasil dikumpulkan oleh DJBC secara nominal terus mengalami peningkatan, dan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel: Jumlah Peneriman PDRI dan PPN Hasil Tembakau Tahun 2010 – 2014 SS-3 PENEGAKAN HUKUM YANG EFEKTIF DALAM RANGKA PERLINDUNGAN MASYARAKAT Penegakan hukum adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin terpenuhinya ketaatan terhadap peraturan yang berlaku di bidang kepabeanan dan cukai. Penegakan hukum yang efektif bertujuan untuk pengamanan hak keuangan negara dan bertujuan untuk pengamanan hak keuangan negara dan perlindungan masyarakat. Capaian Sasaran Strategis penegakan hukum yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat pada tahun 2014 adalah sebesar 120 . Capaian Sasaran Strategis tersebut diperoleh dari pencapaian IKU Persentase Hasil Penyidikan yang Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan P-21. No. Jenis Penerimaan Pajak 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 1 PPN Impor 82.706,290 107.016,020 126.629,63 133.158.485,53 148.050.718,32 2 PPn BM Impor 4.790,580 5.374,480 8.432,40 7.170.931,03 5.379.617,33 3 PPh Pasal 22 Impor 23.598,530 28.295,190 31.631,69 34.801.455,41 39.634.714,82 Sub Total PDRI 111.095,400 140.685,690 166.693,720 175.130.871,970 193.065.050,461 4 PPN Cukai HT 11.485,30 12.856,79 14.156,59 15.387.223,98 16.338.171,58 122.580,700 153.542,480 180.850,310 190.518.095,950 209.403.222,039 Keterangan : 1. Data sampai dengan 7 Januari 2015 2. Sumber Data: DJPB 3. Data Penerimaan PPN Cukai HT dari MPO 4. Data Lakip 2010, 2011, dan 2013 TOTAL PAJAK Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan LA KIN DJBC TA HUN 2014 53 3a-CP Persentase Hasil Penyidikan yang Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan P-21 IKU ini bertujuan untuk mendorong kinerja penyidikan kasus tindak pidana kepabeanan dan cukai sampai dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan yang berasal dari Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan SPDP. Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai adalah segala perbuatan yang berhubungan dengan Kepabeanan dan Cukai yang atas perbuatan tersebut diancam dengan pidana. SPDP adalah Surat Perintah Dimulainya Penyidikan sebagai penugasan penyidik untuk memulai kegiatan penyidikan. Penyidikan merupakan tahap dimana penyidik berupaya mengungkapkan fakta-fakta dan bukti-bukti atas terjadinya suatu tindak pidana serta menemukan tersangka pelaku tindak pidana tersebut. Status P-21 merupakan status dimana berkas perkara pidana yang dilakukan penyidik DJBC dinayakan lengkap oleh Kejaksaan dan siap untuk dilimpahkan ke pengadilan untuk menjalani proses persidangan. SPDP yang dihentikan penyidikannya berarti bahwa proses penyidikan telah dinyatakan berhenti. Pasal 109 ayat 2 KUHAP memberi wewenang kepada penyidik untuk dapat menghentikan penyidikan yang sedang berjalan. Setiap penghentian penyidikan yang dilakukan oleh pihak penyidik maka secara resmi harus menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan SP3. Pasal 109 ayat 2 KUHAP menyatakan bahwa dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. Alasan-alasan penyidik dapat menghentikan penyidikan sesuai dengan Pasal 109 ayat 2 KUHAP adalah sebagai berikut : a Karena tidak terdapat cukup bukti, meliputi juga SPDP yang daluwarsa karena tidak tidak terdapat cukup bukti; b Karena peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana; c Penyidikan dihentikan demi hukum. LA KIN DJBC TA HUN 2014 54 Pada tahun 2014 capaian IKU ini adalah 80,31 dari target yang ditetapkan sebesar 60. Pada tahun 2014 kegiatan penyidikan mencapai 130 terdiri dari SPDP outstanding tahun 2013 sebanyak 26 kasus dan SPDP tahun 2014 sebanyak 104 kasus. Dari 130 kasus tersebut terdapat 3 kasus berstatus SP3 dan dikeluarkan dari perhitungan IKU. Sehingga hanya sebanyak 127 kasus yang diperhitungkan dalam capaian IKU dengan jumlah kasus yang berstatus P-21 sebanyak 102 kasus. Capaian realisasi IKU Persentase Hasil Penyidikan yang Dinyatakan Lengkap oleh Kejaksaan P-21 tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel: Hasil Penyidikan yang P-21 Tahun 2014 No. Kanwil DJBC SPDP P-21 1 Dit. P2 4 3 75,00 2 Aceh 3 2 66,67 3 Sumut 8 8 100,00 4 Riau dan Sumbar 2 2 100,00 5 Khusus Kepulauan Riau 42 27 64,29 6 Sumtera Bagian selatan 7 5 71,43 7 Banten 6 6 100,00 8 Jakarta 1 1 100,00 9 Jawa Barat 3 3 100,00 10 Jateng dan DI. Yogyakarta 6 6 100,00 11 Jawa Timur I 10 10 100,00 12 Jawa Timur II 10 9 90,00 13 Bali, NTB dan NTT 1 0,00 14 Kalimantan Bagian Barat 2 0,00 15 Kalimantan Bagian Timur 5 5 100,00 16 Sulawesi 7 6 85,71 17 Maluku, Papua, dan Papua Barat 2 2 100,00 18 KPU BC Tanjung Priok 6 5 83,33 19 KPU BC Batam 2 2 100,00 DJBC 127 102 80,31 Sumber : Dit. P2 dan Lakin Kanwil DJBC dan KPU BC 2014 Walaupun pada tahun 2014 capaian IKU ini dapat melampaui target yang ditetapkan. Namun dalam pelaksanaan penyidikan terdapat beberapa kendala yang dihadapi yang berpotensi menghambat kinerja proses penyidikan, yaitu :