daerah Kopeng,
Kepuh Harjo,
Cangkringan hasil
analisis biologi
memperlihatkan terjadi penurunan keragaman dan populasi mikroba tanah terutama pada tanah lapisan atas, sedangkan keragaman dan populasi mikroba
pada tanah lapisan bawah tidak terlalu terpengaruh. Pada lahan dengan ketebalan materi vulkanik ≥ 5 cm daerah Turi, Sleman; Dukun, Magelang total bakteri
dalam abu vulkanik mencapai 7,2 x 10
7
- 1,4 x 10
9
dan total fungi 1,3 x 10
3
– 7,4 x 10
7
cfug. Sedangkan pada lapisan tanah dibawahnya total bakteri adalah 1,2
–1,3 x 10
9
total fungi adalah 2,3 x 10
4
– 1,1 x 10
9
cfug. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maira, et al 2014 sebelum
tertutup abu vulkanik dari Gunung Talang, pada tanah tersebut telah terdapat mikrobia alami tanah, akan tetapi dengan penambahan lapisan abu akan
menyebabkan terjadinya penurunan populasi bakteri seiring dengan penurunan pH larutan tanah. Sedangkan pada lapisan abu saja tanpa adanya tanah,
perkembangan mikrobia justru baik. Hal ini dapat disebabkan karena mikrobia menggunakan mineral dari abu vulkanik sebagai sumber karbonnya.
E. Jumlah dan Aktifitas Mikroorganisme Tanah
Tanah merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai jenis mikroba dengan morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda-beda. Jumlah tiap
kelompok mikroba sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri atas beberapa individu, ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per g tanah. Banyaknya
mikroba berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisik tanah serta pertumbuhan tanaman. Dengan mengetahui jumlah dan aktivitas mikroba di dalam suatu tanah
dapat diketahui apakah tanah tersebut termasuk subur atau tidak karena populasi mikroba yang tinggi menunjukkan adanya suplai makananenergi yang cukup,
Universitas Sumatera Utara
suhu yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan kondisi ekologi tanah yang mendukung perkembangan mikroba. Contoh tanah yang digunakan untuk
membuat seri pengenceran harus dalam keadaan alami dan tidak boleh dikeringkan. Penyimpanan contoh tanah dalam kondisi lembap pada suhu kamar
tidak boleh melebihi satu hari karena mikroba akan berkembang biak pada kondisi demikian Hastuti dan Ginting, 2007.
Istilah aktivitas mikroba ini mengacu pada semua reaksi biokimia yang dilakukan mikroba dalam tanah. Beberapa reaksi metabolisme seperti respirasi
dan panas yang ditimbulkan merupakan hasil dari aktivitas semua jenis mikroba tanah termasuk fauna, sedangkan beberapa reaksi seperti yang terkait dengan
aktivitas nitrifikasi hanya dilakukan oleh mikroba tertentu yang jumlahnya terbatas. Hasil pengukuran aktivitas metabolisme mikroba di laboratorium dari
contoh tanah yang bebas dari flora dan fauna diasumsikan semuanya berasal dari aktivitas mikroba, sedangkan hasil dari pengukuran di lapangan pada tanah alami
merupakan gambaran aktivitas dari semua organisme yang mendiami tanah tersebut Widyati, 2013.
Aktivitas mikroorganisme yang tinggi berhubungan dengan banyaknya populasi mikroorganisme dan bahan organik sebagai sumber energi
mikroorganisme untuk melakukan aktivitas Hanafiah, et al., 2009. Metode ini didasarkan pada pengukuran CO
2
di dalam tanah pada periode waktu tertentu. Larutan NaOH atau KOH yang digunakan berfungsi sebagai penangkap CO
2
yang kemudian dititrasi dengan HCl. Jumlah HCl yang diperlukan untuk titrasi setara
dengan jumlah CO
2
yang dihasilkan Widati, 2007. Respirasi didalam tanah
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme, produksi CO
2
yang tinggi berarti aktivitas mikoorganisme tanah juga tinggi Sumariasih, 2003.
Kesuburan tanah dapat diprediksi dari jumlah populasi mikroba yang hidup di dalamnya. Tingginya jumlah mikroba merupakan pertanda tingginya
tingkat kesuburan tanah, karena mikroba berfungsi sebagai perombak senyawa organik menjadi nutrien yang tersedia bagi tanaman dan di dalam tanah
terkandung cukup bahan organik dan senyawa lainnya untuk pertumbuhan mikroba. Tanah yang dirajai tumbuhan memiliki kandungan bahan organik dan
unsur hara makro lebih tinggi dibandingkan tanah tanpa tumbuhan. Tanah yang ada tumbuhan pohon mengandung bahan organik atau unsur C yang umumnya di
atas 2,5 sedangkan C pada tanah tidak ada tumbuhan pohon, tetapi didominasi alang-alang adalah di bawah 0,7. Hal ini disebabkan antara lain bahan organik
yang dihasilkan pohon lebih mudah mengalami perombakan, bahan organik ini dihasilkan dalam jumlah banyak, sehingga cukup tersedia untuk pertumbuhan dan
perkembangan mikroba tanah. Purwaningsih, 2005. Teknik pengenceran bertingkat dalam enumerasi mikroba pada media
cawan agar plate count merupakan teknik enumerasi mikroba tertua yang sampai saat ini masih digunakan. Penemuan agar polisakarida dari ganggang
laut sebagai media padat sangat bermanfaat dalam mempelajari mikroorganisme karena sifat-sifatnya yang unik, yakni mencair pada suhu 100
o
C dan membeku pada suhu sekitar 40
o
C serta tahan perombakan oleh kebanyakan mikroorganisme. Selain teknik enumerasi dengan cawan agar, penghitungan populasi mikroba
dengan teknik MPN most probable number, khususnya untuk mikroba yang memiliki karakteristik pertumbuhan tertentu diuraikan secara lebih rinci pada bab
Universitas Sumatera Utara
ini dengan berbagai variasi cara perhitungan sesuai dengan jenis mikroba yang dianalisis Saraswati dan Sumarno, 2008.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ardi, 2009 jumlah total mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh kelerengan dan kedalaman tanah.
Semakin tinggi kelerengan tanah jumlah total mikroorganisme akan semakin sedikit dan sebaliknya, serta semakin dalam kedalaman tanah maka jumlah total
mikroorganisme akan semakin sedikit begitu juga sebaliknya.
F. Keadaan Umum Lokasi Penelitian.