Komponen Rasio Camels Rasio Camel dalam Perbankan .1 Pengertian Rasio Camel

2.1.6.2 Komponen Rasio Camels

Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.0623DPNP tanggal 31 Mei 2004, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara Triwulan. Penilaian tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari : 1. Permodalan capital Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen seperti kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, Komposisi permodalan, Trend kedepan, aktiva produktif yang di klarifikasikan dibandingkan dengan modal bank, kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank, penilaian tersebut didasarkan kepada CAR Capital Adequaci Ratio yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko ATMR dan sesuai ketentuan pemerintah CAR tahun 1999 minimal 8 Kashmir, 2008: 50 yang dapat dirumuskan sebagai berikut: ��� = ����� ������ ���������� ������� ������ × ��� Keterangan : Modal = Modal inti + Modal Pelengkap ATMR = ATMR kredit + ATMR risiko pasar Universitas Sumatera Utara Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR adalah nilai total masing – masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang tidak paling berisiko diberi bobot 100. Dengan demikian ATMR menunjukan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. Menurut standar International yaitu Banking for International Settlement BIS yang berpusat di Geneva minimum bobot Capital Adequacy Ratio adalah sebesar 8 dan dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi. Sementara Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2008 dan meningkat menjadi 100 Milyar pada akhir tahun 2011. 2. Kualitas Aktiva Asset Quality Kualitas aktiva produktif atau disebut juga dengan asset quality adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen faktor kualitas asset yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPL Non Performing Loan . NPL Non Performing Loan merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Berdasarkan lampiran 14, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12 11 DPNP tanggal 31 Maret 2010, Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas asset bank umum. Kredit bermasalah adalah dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam Universitas Sumatera Utara neraca, secara gross sebelum dikurangi CKPNCadangan Kerugian Penurunan Nilai. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: ��� = ������ ��� ������ ����� ������ × ��� Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 0610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum, semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan deviden yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat return saham bank akan mengalami penurunan. 3. Manajemen Management Menurut Kasmir 2008: 51 dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Penilaian kesehatan dibidang manajemen tidak lagi didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas kualitas aset dan rentabilitas, tetapi kini penilaiannya hanya didasarkan pada seratus aspek saja. Aspek manajemen pada penelitian ini di proksikan dengan NPM Net Profit Margin. Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba. NPM di peroleh dengan perbandingan laba operasi dibandingkan dengan pendapatan operasional. Universitas Sumatera Utara 4. Rentabilitas Earnings Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada 2 macam yaitu rasio laba terhadap total aset dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional Kasmir 2000: 185. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 06 23 DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 komponen faktor earnings yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah ROA Return on Asset, NIM Net Intersest Margin, dan Operating Ratio RO dengan membandingkan BOPO Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional. ROA Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba sebelum pajak yang dihasilkan dari total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. NIM Net Interest Margin digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio NIM diperoleh dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. BOPO Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi bank tersebut. Perhitungan atas ROA dan ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: ��� = ���� ������� ����� ���� − ���� ����� ����� × ��� Universitas Sumatera Utara ��� = ���� ������� ����� ���� − ���� ����� ����� × ��� Bank Indonesia biasanya tidak memberlakukan ketentuan yang ketat terhadap rasio ini. Sepanjang suatu bank tidak mengalami kerugian atau tidak ada tanda-tanda atau kecendrungan untuk mengalami kerugian di masa yang akan datang. Net Income Margin NIM adalah pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan laba atas kredit yang disalurkan, perhitungan rasio NIM dirumuskan sebagai berikut: ��� = ���������� ����� ������ ���� − ���� ������ ��������� × ��� Operating Ratio OR yang membandingkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Perhitungan atas rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut: ���� = ����� ����������� ���������� ����������� × ��� Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. 5. Likuiditas Liquidity Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank, suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan mampu membayar hutang- hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Ajukan Universitas Sumatera Utara Kasmir 2008: 51. Untuk mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio LDR. Perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ��� = ������ ���� ����� ������ × ��� Kredit yang diberikan merupakan total kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifiakt deposito tidak termasuk antar bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. 6. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar Sensitivity to Market Risk Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut SE BI No. 06 23 DPNP Jakarta, 31 Mei 2004: a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement suku bunga, Universitas Sumatera Utara b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement nilai tukar, c. kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar. Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel Sensitivity to Market Risk dikarenakan keterbatasan data yang ada. Data-data yang berhubungan dengan sensitivitas risiko pasar tersebut tidak dipublikasikan oleh bank dan cenderung bersifat internal perusahaan. Sehingga dalam penelitian ini hanya menguji tujuh variabel yang termasuk didalam CAMELS yaitu Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Return On Asset ROA, Return On Equity ROE, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, dan Loan to Deposit Ratio LDR.

2.1.7 Pertumbuhan Laba