HIKMAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

Allah SWT berfirman, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” Q.S. Al-Baqarah: 190. Menurut Islam, berperang dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa, negara, dan agama merupakan “Jihad fi sabilillah” yang hukumnya wajib. Sedangkan umat Islam yang mati dalam “Jihad fi sabilillah” tersebut dianggap mati syahid, yang imbalannya adalah surga. Perubahan- perubahan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang ditanamkan Islam tersebut mendorong umat Islam Indonesia di berbagai pelosok tanah air untuk berjuang mengusir kaum penjajah dengan berbagai cara, antara lain dengan cara peperangan. Perjuangan mengusir penjajah terus berlanjut, sampai kaum penjajah betul betul angkat kaki dari bumi Indonesia.

b. Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan 1. Perlawanan terhadap Penjajah Portugis

Bangsa Portugis datang dari Eropa Barat ke Dunia Timur, termasuk Indonesia, dengan semboyan “gold tambang emas, glory kemuliaan, keagungan, dan gospel penyebaran agama Nasrani.” Untuk mewujudkan semboyan tersebut, bangsa Portugis melakukan berbagai usaha dengan menghalalkan segala cara. Antara lain pada tahun 1511 mereka merebut Bandar Malaka, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Sultan Mahmud Syah 1488 - 1511. Dari Malaka bangsa Portugis melebarkan pengaruh dan kekuasaannya ke kepulauan Nusantara, antara lain ke kepulauan Maluku lalu mendirikan benteng pertahanan di sana, dan ke Pulau Jawa dengan mendirikan benteng pertahanan di Sunda Kelapa. Sikap bangsa Portugis yang kasar dan angkuh, yang bermaksud merebut kekuasaan dan memaksakan kemauannya dalam perdagangan, menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia bangkit untuk memberikan perlawanan mengusir penjajah Portugis dari bumi Nusantara. Putra Mahkota Kesultanan Demak, Adipati Unus, memimpin penyerangan terhadap penjajah Portugis di Malaka 1513, dengan mengerahkan armada yang berkekuatan 100 buah kapal dan dibantu oleh bala tentara Aceh dan Sultan Malaka yang sudah tersingkir. Namun penyerangan ini dapat digagalkan oleh penjajah Portugis, karena keunggulan mereka di bidang persenjataan, perlawanan terhadap penjajah Portugis yang bermarkas di Malaka ini diteruskan oleh Sultan Trenggono yang memerintah Demak selama 25 tahun 1521-1546. Berkali-kali beliau mengirim bantuan ke Johar dan Aceh untuk merebut Malaka dari penjajahan Portugis, namun tetap tidak berhasil. Kalau perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis yang bermarkas di Malaka mengalami kegagalan, lain halnya dengan perlawanan terhadap penjajah Portugis yang berpusat di Sunda Kelapa Jakarta dan Maluku yang memperoleh hasil gemilang.