Pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama menurut Nurhadi, 2003. Kelima tahapan itu dimulai dengan guru memperkenalkan peserta
didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik.
Tabel 2.1 Tahapan pengajaran berbasis masalah
Tahapan Tingkah Laku Guru
Tahap 1: Orientasi peserta didik
kepada masalah Guru
menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi
siswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2: Mengorganisasi peserta
didik untuk belajar Guru
membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3: Membimbing
penyelidikan individual dan
kelompok Guru
mendorong peserta
didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya
Tahap 4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
Tahap 5: Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
2.1.5 Kemampuan Pemecahan Masalah
Berbagai macam persoalan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak semua persoalan yang dihadapi dapat dikatakan masalah. Sama halnya
pembelajaran matematika di sekolah, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun peserta didik sering menjadi masalah bagi peserta didik, bahkan
sering dijumpai pertanyaan yang diajukan peserta didik menjadi masalah bagi guru.
Suyitno 2004:8 menemukakan bahwa sesuatu soal matematika akan menjadi masalah bagi peserta didik, jika peserta didik.
1 Memiliki penetahuanmateri prasarat untuk menyelesaikan soalnya.
2 Dipikirkan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tersebut.
3 Belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya.
4 Punya keinginan untuk menyelesaikannya.
Menurut Polya dalam Hudojo, 2005:164, dalam matematika terdapat dua macam masalah, yaitu masalah menemukan dan masalah membuktikan.
1 Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau
kongkret.Bagian utama dari masalah ini adalah sebagai berikut. a Apakah yang dicari?
b Bagaimana data yang diketahui? c Bagaimana syaratnya?
Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan untuk menyelesaikan masalah jenis ini.
2 Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu
pertanyaan itu benar atau salah, tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis atau konklusi dari suatu teorema yang harus
dibuktikan kebenarannya.
2.1.6 Keaktifan
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 2001, 204 keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan dalam penelitian ini berupa perbuatan yang
dilakukan peserta didik dalam pembelajaran, seperti bertanya, menyampaikan
pendapat, menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. Aktivitas diperlukan dalam pembelajaran karena pada prinsipnya belajar
adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku sehingga dalam prose pembelajaran terjadi suatu kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar.
Rousseau Sadirman, 1988: 95 menyatakan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus
aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi. Aktifitas dalam belajar sains perlu ditumbuhkembangkan dengan tujuan
agar peserta didik mampu mempelajari sains dengan baik dan untuk memperoleh konsep sains yang benar serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, peningkatan aktvitas yang mendukung pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.
Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program satuan aktivitas, sehingga kegiatan belajar peserta didik
menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Dalam pembelajaran pendekatan konstruktivisme tidak hanya mempelajari materi
saja, tetapi peserta didik juga melakukan aktivitas yang berkaitan dengan ketrampilan menyusun pengetahuanya sendiri. Ketrampilan ini berfungsi untuk
mempermudah kepahaman peserta didik terhadap materi konsep.
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menurut Lundgren dalam Karuru antara lain:
1. Kehadiran
Peserta didik hadir dalam pembelajaran. 2.
Memperhatikan penjelasan Peserta didik memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh teman atau
guru. Hal ini diharapkan semua peserta didik memberikan perhatian pada tugas kelompok sehingga setiap anggota kelompok yang mewakili akan
merasa senang bahwa apa yang mereka sumbangkan ternyata berharga. 3.
Bertanya Peserta didik menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman
sekelompok atau guru. Apabila teman sekelompok tidak tahu hendaknya pertanyaan diajukan saat diskusi kelas. Namun, apabila pertanyaan tersebut
belum juga terpecahkan, pertanyaan tersebut dapat ditanyakan kepada guru. Seorang peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran akan terdorong
untuk berpartisipasi dalam diskusi dan memotivasi peserta didik dalam bertanya untuk mencari hal-hal lain yang belum ia mengerti.
4. Menjawab atau menanggapi pertanyaan
Peserta didik dapat menjawab atau menanggapi pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi.
5. Menyampaikan pendapat
Peserta didik menyampaikan pendapat dengan baik.
6. Membuat rangkuman
Setiap peserta didik membuat rangkuman materi yang dipelajari. 7.
Menyelesaikan tugas Peserta didik menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
2.1.7 Pembelajaran Berbasis Komputer