1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 2008, mengguncang hampir keseluruh penjuru dunia, semua sektor ekonomi, seluruh aspek kehidupan secara langsung
ataupun tidak langsung merasakan akibat negatif krisis tersebut. Krisis sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda berakhir dan membaik. Bahkan semakin
jelas dirasakan, korban pemutusan hubungan kerja PHK dimana-mana terjadi, lapangan pekerjaan semakin berkurang serta adanya penurunan kualitas
kehidupan Mulyadi Nitisusastro, 2009: 3-5. Penggangguran merupakan salah satu permasalahan pembangunan yang sangat
kritis khususnya di negara Indonesia. Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang yang menganggur. Oleh karena itu,
perlu adanya pemikiran ke arah perwujudan peranan-peranan yang lebih efektif dalam rangka membangun manusia wirausaha yang bisa menciptakan lapangan
kerja bagi diri sendiri. Selain menjadi solusi bagi dirinya, berwirausaha juga mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai karyawan ataupun
buruh pada usaha yang dirintisnya. Dalam era ekonomi baru yang berbasis pengetahuan yang disebut juga era
ekonomi gelombang keempat yakni ekonomi kreatif, keberhasilan ekonomi sangat ditentukan seberapa banyak pengetahuan-pengetahuan baru dihasilkan. Dengan
demikian, peran para pekerja yang memiliki ketrampilan tinggi sangatlah
diperlukan, melalui kreativitasnya mereka menghasilkan inovasi-inovasi berupa kekayaan-kekayaan intelektual yang dihakciptakan. Pekerja kreatif siap menjadi
pencipta pengetahuan, mengaplikasikan, dan memanfaatkan pengetahuan baru tersebut ditempat kerja.
Ekonomi kreatif di Indonesia saat ini cukup berperan untuk pembangunan ekonomi nasional, akan tetapi hal tersebut belum banyak tersentuh oleh campur
tangan pemerintah. Hal ini disebabkan karena pemerintah belum menjadikannya sebagai sumber pendapatan negara yang penting Dhorifi Zumar,
2009www.risingnews.com. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat,
dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.
Menurut data Departemen Perdagangan, di Indonesia peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan. Pada tahun 2006 menyumbang
dengan besar kontribusi terhadap PDB rata-rata adalah sebesar 6,3 atau setara dengan 104,6 triliun rupiah selama 2002-2006 Kelompok Kerja Indonesia Design
Power, 2008: 2. Dengan adanya ekonomi kreatif tersebut, maka para pekerja dituntut untuk lebih kreatif, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan
untuk sekitarnya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan wujud cara pembangunan ekonomi nasional.
Menurut Buchari Alma 2009: 1 manfaat berwirausaha adalah menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Berwirausaha dapat menjadi generator dalam pembangunan dan pemeliharaan
lingkungan serta menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain sebagai orang yang terpuji, jujur, berani, hidup secara efisien, dan hidup tidak merugikan orang lain.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa minat masyarakat Indonesia dibidang wirausaha masih sangat kecil. Saat
ini yang menggeluti dunia wirausaha jumlahnya hanya sekitar 1 lebih dari 230 juta jiwa penduduk Indonesia Suhartono, 2010www.kompas.com. Jumlah yang
cukup jauh dibandingkan angka ideal wirausaha suatu negara yang mau maju dan berkembang, yaitu sekitar 2 dari jumlah penduduknya. Untuk negara maju,
bahkan jumlah wirausaha umumnya sudah di atas 5 dari penduduknya. Tentu ini menjadi suatu tantangan dan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk me-
ngembangkan kewirausahaan, mengingat bahwa wirausaha adalah motor penggerak perekonomian suatu negara dan merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi masalah tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. Kewirausahaan merupakan suatu usaha yang diciptakan oleh orang-orang yang
kreatif dalam memanfaatkan peluang yang ada dan inovatif dalam pengembangannya Kasmir, 2007: 18. Kewirausahaan adalah tanggapan terhadap
peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan yang membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif.
Kewirausahaan bersangkutan dengan kemampuan seseorang untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan orang lain dengan berswadaya. Oleh
karena itu, setiap orang yang normal dapat menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar berwirausaha.
Wirausaha merupakan seorang yang berpeluang untuk mengembangkan potensi dirinya skill dan potensi lingkungannya. Seorang wirausaha selalu
berpikir untuk mencari peluang, memanfaatkan peluang, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Kerugian merupakan hal
biasa, karena faktor kerugian selalu ada. Bahkan, bagi mereka semakin besar resiko kerugian yang akan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang
dapat diraup. Seorang wirausaha harus mempunyai jiwa yang percaya diri, berorientasi kerja, berani mengambil resiko, memiliki sifat kepemimpinan, kreatif,
bertanggung jawab, dan pandai berkomunikasi. Wirausaha harus memahami soal keuangan dan pemasaran, karena hal tersebut akan digunakan dalam
berwirausaha. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga
memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya M. Dian Nafi’,
2007: 11. Tujuan umum pondok pesantren adalah membina warga Negara agar bisa berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.
Selain itu, tujuan khusus pondok pesantren salah satunya yakni mendidik peserta didik untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan
dalam rangka usaha pembangunan negara Mujamil Qomar, 2005: 6. Salah satu wujud ikut serta membangun negara yakni dengan cara berwirausaha. Selain itu,
wirausaha pun saat ini sangat dibutuhkan di Indonesia guna memajukan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta, dalam kehidupan sehari-hari terdapat ekstrakurikuler
yang berkaitan dengan kewirausahaan, akan tetapi santri putri tidak diberikan pengetahuan tentang kewirausahaan. Hal tersebut merupakan tuntutan zaman saat
ini guna memajukan ekonomi di Indonesia. Selain untuk memajukan ekonomi negara, juga sebagai pengetahuan bagi santri yang bisa digunakan setelah lulus
nanti. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada alumni santri putri Pondok
Pesantren Ta’mirul Islam, banyak alumni santri putri yang bingung apa yang akan dilakukan setelah selesai studi dari pesantren. Bagi yang mampu biasanya
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi bagi yang mengalami rendahnya ekonomi hanya menjadi pengangguran di rumah. Alumni
pondok pesantren yang berprofesi sebagai wirausaha hanya 1 dari 1735 jiwa alumni Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta, selain itu berprofesi
sebagai pegawai negeri dan karyawan. Hal tersebut dapat dinilai merupakan kekurangan jika santri lulus dari pondok tersebut. Oleh karena itu, berwirausaha
merupakan suatu tindakan yang bisa dilakukan oleh para lulusan pondok pesantren.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan pembelajaran kewirausahaan dengan memandang esktrakurikuler di Pondok Pesantren Ta’mirul
Islam Tegalsari Surakarta yakni tata boga, yang bisa digunakan untuk bekal
setelah lulus dari pondok tersebut. Pembelajaran kewirausahaan tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kewirausahaan dan minat berwirausaha
para santri putri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta.
B. Identifikasi Masalah