terjadi pada gangguan jiwa Schizoprenia. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara ribut-ribut dan dengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang
tersusun dalam bentuk kalimat yang memperngaruhi tingkah laku klien, sehingga menghasilkan respon tertentu, seperti: bicara sendiri, atau respon lain yang
membahayakan membuat klien bertengkar sehingga dapat mencederai orang lain atau diri klien sendiri. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi
tersebut dengan mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda
mayor yang terjadi pada gangguan skizofrenia dan satu syarat diagnostik minor untuk melankonia involusi, psikosa mania depresi dan syndrome otak organik
Erlinafsiah, 2010.
2.2.4 Tahapan Halusinasi Stage I: Sleep disorder
Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi
Klien merasa banyak masalah, ingin menghidar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi. Masalah terasa menekan
karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
pemecahan masalah.
Stage II: comforting moderate level of anxiety
Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan, ia beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat ia control bila kecemasannya diatur, dalam tahap
Universitas Sumatera Utara
ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage III: Condemning severe level of anxiety
Secara umum halusinasi sering mendatangi pasien
Pengalaman sensori klien menjadi sering dating dan mengalami bias.
Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan berupaya menjaga
jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri
dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
Stage IV: Controlling severe level anxiety
Fungsi sensori tidak relevan dengan kenyataan
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang datang.
Klien mulai merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
mulai fase gangguan psychotic.
Stage V: Conquering Panic level of anxiety
Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datagnya suara-suara terutamabilaklientidakdapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila tidak mendapatkan
komunikasi terapeautik. Terjadi gangguan psikotik berat
Yosep, 2009 2.2.5 Intervensi keperawatan Pada Halusinasi
Perencanaan disusun berdasarkan masalah utamanya adalah halusinasi pendengaran. Tujuan umum adalah klien dapat mengontrol halusinasi. Tujuan
khususnya antara lain: 1.
Membina hubungan saling percaya dengan cara: a. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non-verbal, b. perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi, c. tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai klien, d. tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi, e. tunjukkan sikap empati dan
Universitas Sumatera Utara
menerima klien apa adanya, f. berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, g. buat kontrak interaksi yang jelas, h.
dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien 2.
Klien dapat mengenal halusinasinya dengan cara: a. adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, b. observasi: tingkah laku klien yang terkait
dengan halusinasinya, dengar, lihat, penghidung, raba, dan pengecapan, jika menemukan klien yang sedang halusinasi maka:tanyakan apakah klien
mengalami halusinasi dengar. Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang didengarnya. Katakana bahwa perawat percaya klien mengalami
hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya dengan nada bersahabat tanpa menuduh dan menghakimi. Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal yang sama. Katakan bahwa perawat akan membantu. c. Jikaklien tidak sedang berhalusinasi, klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien tentang isi, waktu, dan frekuensi terjadinya halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering
dan kadang-kadang. Juga situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. Kemudian diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien berhalusinasi
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya, caranya: a. identifikasi bersama
klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi tidur,
Universitas Sumatera Utara
marah, menyibukkan diri dan lain-lain. b diskusikan cara yang biasa digunakan. Jika cara yang dilakukan klien adaptif, maka berikan pujian,
dan jika cara yang digunakan maladaptive, diskusikan dengan klien kerugian cara tersebut. c. diskusikan cara baru untuk memutuskan atau
mengontrol timbulnya halusinasi dengan cara menghardik, menemui orang lain atau perawat teman ataupun anggota keluarga untuk menceritakan
halusinasinya. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain Keliat, 2010. Kemudian dengan membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan harian yang telah
disusun.Cara lain dengan meminta keluarga, teman, perawat menyapa klien jika sedang berhalusinasi. d. Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya. e. Beri kesempatan pada klien untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih. f. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian. g.Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realitas stimulasi persepsi.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya,
caranya: a. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan waktu, tempat, dan topik, b. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian,
tanda dan gejala halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat-obatan halusinasi, cara merawat anggota
keluarga yang bila halusinasi di rumah beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya
Universitas Sumatera Utara
untuk mengatasi halusinasi. Dan juga berikan informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi di rumah. 5.
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik: a. diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian bila tidak minum obat, nama, warna, dosis,
cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, b. pantau klien saat penggunaan obat, c. berikan pujian bila klien menggunakan obat dengan
benar, d. diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter, e.anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokterperawatjika hal
yang tidak diinginkan terjadi Dalami,dkk, 2009.
2.3 Distraksi Pada Halusinasi