b. Sulitnya mencari pekerjaan c. Tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan
d. Tidak ada modal untuk membuka suatu usaha Pendidikan
merupakan dasar
dari pengembangan
produktifitas kerja.Tingkat pendidikan yang rendah, membuat pola pikir yang relatif
sempit.Sebagian besar pemulung hanya tamat pendidikan sekolah dasar.Kemudian didukung oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak berkecukupan. Faktor yang lain
adalah modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oeh pemulung sangat sederhana. Yaitu, karung plastik dan gancu untuk mengungkit
sampah atau barang bekas.
a. Kondisi Sosial Pemulung
Kelompok masyarakat pemulung tidak memiliki organisasi formal atau yang bersifat akademik namun secara informal, pemulung memiliki hubungan kerja sama
yang serupa dengan kegiatan kelompok organisasi. Pemulung biasanya diorganisir oleh beberapa kelompok.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan mereka, kami mengetahui bahwa status sosial pemulung dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Pemulung b. Bos kecil
c. Bos besar Pemulung merupakan status sosial yang paling rendah.Ia bekerja untuk
mengumpulkan sampah seperti kaleng bekas, botol minuman bekas yang dikumpulkan dalam karung, kemudian diserahkan kepada bos kecil.Dalam ekonomi,
pemulung dapat disetarakan dengan produsen. Bos kecil merupakan orang yang menampung sampah-sampah dari para
pemulung..Sampah-sampah tersebut ditimbang untuk kemudian dihitung berapa berat sampah tersebut.Ia memiliki tempat penampungan sampah.Rata-rata dari
mereka dapat menampung hingga 2-5 ton per hari.Dalam ekonomi, bos kecil apat disetarakan dengan peran pedagang pengumpul collector.
Bos besar memiliki tempat penampungan yang lebih besar dari bos kecil.Ia adalah pengadah dari hasil kumpulan sampah bos kecil.Dalam ekonomi, bos besar
dapat disetarakan sebagai lembaga pemasaran atau agen. Status sosial dan peran pemulung, membedakan tingkat pendapatannya.Dari
hasil wawancara dengan pemulung kdaerah pengasinan, Penghasilan bisa mencapai Rp 50.000,-per harinya. Sedangkan bos kecil, dapat menghasilkan sekitar Rp
200.000,- dan bos besar menghasilkan Rp 400.000,- per hari.
Meskipun pemulung terlihat kumuh, tetapi secara finansial, mereka mampu menghidupi keluarganya.Dalam sebulan, pemulung dapat menghasilkan sekitar Rp
1.500.000.
99
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah kajian teoritik secara analisis dan kondusif harus membuahkan primis-primis bagi penelitian yang menganut model hipotesis
deduktif.
100
Berdasarkan uraian diatas penulis membuat kerangka berpikir sebagai standar pengukuran data yang di dapat di lapangan penelitian, adapun kerangka
berpikir dimaksud adalah: 1. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap akhlak anak
Pendidikan adalah bagian dari lingkungan yang sangat penting peranannya dalam membantu anak mengembangkan kemampuan dan potensinya agar
bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara perseorangan maupun sebagai ang-gota masyarakat, serta kehidupannya sehari-hari pada saat sekarang ataupun untuk
persiapan kehidupan yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa
pendidikan itu tidak lain adalah suatu bantuan, dalam arti ada pihak yang dibantu atau menerima bantuan dan ada pula pihak yang membantu atau yang memberi
bantuan. Adapun pihak yang dibantu adalah anak didik dengan segala potensi yang dimilikinya, sedangkan pihak yang membantu adalah pendidik orang tua, guru, dan
sebagainya.
99
httpsampah pemulungco.iddiakses tgl 12 januari 2014pkl 22.00 wib
100
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian Jakarta: Insan Pers, 2002, h. 65