TEORI FUNGSIONAL LANDASAN TEORITIS

adalah untuk meendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan. Dari pendapat Reoger ini jelas bahwa setiap pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Karenanya, pemerintah dalam melancarakan komunikasi perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai dengan harapan. 34 Strategi komunikasi merupakan manajemen perencanaan menyeluruh komunikasi untuk mencapai efek komunikasi yang diinginkan. Efek komunikasi dalam pembangunan didefinisikan sebagai situasi komunikasi yang memungkinkan munculnya partisipasi masyarakat secara sadar, kritis, suka rela, murni dan bertanggung jawab Hamijoyo 2005. Perumusan strategi komunikasi tidak terlepas dari pemahaman unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi. Kemacetan dalam proses komunikasi menunjukan strategi komunikasi yang digunakan tidak tepat. 35 Sedangkan menurut Mintzberg berpendapat bahwa strategi yang muncul sesewaktu dapat dikatakan sebagai benturan antara niat untuk mengakomodasi realitas yang berubah. Berarti, kita bisa mulai dengan suatu perspektif begini, kita ingin mencapai suatu posisi tertentu dan posisi itu harus kita capai melalui suatu rencana yang disusun dengan hati-hati, rumusan atau stuasi posisi kita sekarang dan cara yang harus kita lakukan untuk mencapai posisi yang dicita-citakan itu kita sebut strategi. Jadi strategi merupakan suatu keputusan yang tepat, jelas, komprehensif, valid, sebagai dasar filosopis dan praksis bagi kita untuk berpikir, berperilaku, beraktivitas, dan bertindak, dan rumusan strategi itu harus dilakukan secara sadar dan bukan dirumuskan secara mendadak. 36

C. TEORI FUNGSIONAL

34 Onong Uchjana Effendi, Peranan Komunikasi Masa Dalam Pembangunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1987, h. 31 35 Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori Dan Penerapannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 19 36 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011, h. 242 A. Teori Fungsional Teori fungsional komunikasi kelompok memandang proses sebagai intrumen yang digunakan kelompok untuk mengambil keputusan, dengan menekankan hubungan antara kualitas komunikasi dan kualitas keluaran output kelompok. Komunikasi melakukan sejumlah hal atau berfungsi dalam jumlah untuk menentukan atau memutuskan hasil kelompok. Komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi, komunikasi adalah cara anggota kelompok menjelajahi dan mengenal kesalahan dalam pemikiran, dan komunikasi juga berfungsi sebagai alat persuasi. Pendekatan fungsional sangat dipengaruhi oleh sifat pragmatis pengajaran diskusi kelompok kecil. Pendekatan ini mendasarkan sebagai besar pemikirannya pada karya ahli filsafat John Dewey yang sejak penerbitan karyanya HOW WE THINK pada tahun 1910 telah memberi pengaruh sangat besar pada pemikiran pragmatis pada abad ke 20. Menurut Dewey, proses pemecahan masalah dalam kelompok terdiri dari enam langkah yaitu: 1. Pernyataan kesulitan. 2. Penentuan masalah. 3. Analisis masalah 4. Saran penyelesaian 5. Membandingkan alternatif dan pengujian alternatif terhadap seperangkat tujuan atau kreteria. 6. Melaksanakan solusi terbaik. Teori fungsional membahas cara-cara komunikasi mempengaruhi masing-masing dari keenam elemen tersebut. Rudy Hirokawa dan beberapa rekannya mengemukan gagasan mereka yang berpengaruh besar tehadap perkembangan teori fungsional, dan penjelasan mereka mengenai proses pengambilan keputusan kelompok mencerminkan pemikiran Dewey. Hirokawa dan rekannya menjelaskan bagaimana kelompok dapat membuat keputusan yang keliru. Ia bermaksud mengidentifikasi faktor- faktor yang harus dipertimbangkan kelompok agar dapat mengambil keputusan yang benar sehingga kelompok dapat menjadi lebih efektif. Karena biasanya kelompok memulai dengan mengidentifikasi dan menilai suatu masalah identifiying and assessing a problem, dan pada tahap ini mereka harus menjawab berbagai pertanyaan seperti Apa yang terjadi? Mengapa? Siapa yang terlibat? apa bahayanya? siapa yang dirugikan? Selanjutnya, kelompok harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai masalah yang dihadapi. Ketika kelompok membahas berbagai kemungkinan solusi, informasi akan terus diterima dan terkumpul. Selanjutnya, kelompok membuat berbagai usulan alternatif untuk mengatasi masalah dan mereka juga membahas tujuan yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah. Berbagai tujuan dan usulan alternatif kemudian dievaluasi dengan tujuan akhirnya adalah untuk mencapai consensus terhadap arah tindakan yang hendak diambil. Berbagai faktor yang berperan menghasilkan keputusan yang salah dapat dengan mudah dilihat dari proses pengambilan keputusan. Pertama, penilaian masalah yang dilakukan secara tidak sepatutnya yang disebabkan analisis situasi yang tidak cukup atau tidak tepat. Kelompok gagal melihat masalah atau kelompok tidak secara tepat mengidentifikasi sebab-sebab masalah. Kedua, penetap tujuan yang tidak tepat, kelompok menolak atau mengabaikan tujuan-tujuan penting yang harus dicapai, atau kelompok mengerjakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Ketiga, penilaian kualitas positif dan negatif yang tidak sesuai, yaitu mengabaikan kelebihan atau kekurangan tertentu atau mengabaikan kedua-duanya, atau kelompok terlalu melebih-lebihkan hasil positif atau negatif yang diharapkan. Keempat, kelompok mengembangkan basis informasi yang tidak mencukupi yang dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu, menolak informasi yang valid dan menerima informasi yang tidak valid. Terlalu sedikit menerima informasi atau sebaliknya terlalu banyak informasi yang diterima dapat menimbulkan kelebihan beban kerja dan kebingungan. Terakhir, berdasarkan semua informasi yang diterima kelompok ternyata membuat alasan yang salah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Mengapa kelompok melakukan kesalahan-kesalahan ini? Hirokawa percaya bahwa kesalahan tersebut disebabkan oleh komunikasi dalam kelompok. Kelompok dipengaruhi anggota tertentu yang secara tidak sadar menyesatkan kelompok, suatu hasil yang meminta seseorang untuk menandinginya dengan memasukan pengaruh positif ke dalam kelompok. 37 Suatu teori untuk mengobservasi suatu proses akulturasi yang terjadi dalam suatu masyarakat, adalah teori yang mewajibkan peneliti untuk mengamati suatu masyarakat yang sedang mengalami pengaruh perubahan budaya yang lama mereka pertahankan kemurniaannya kearah yang lebih baik, telah dibungkus indah dengan hukum dan aturan yang langsung diterapkan oleh Allah Swt di dalam Alquran dan hadisnya nabi Muhammad Saw, untuk kelompok suku anak dalam yang telah mendapatkan pembinaan agar bisa mengamalkannya walaupun sedikit demi sedikit.

D. Konsep Komunikasi Islam