Tinjauan Umum Kesehatan Lingkungan.

menggunakan penahan pintu karet-busa. Perubahan dari mengeling menjadi mengelas atau dari memalu menjadi penekanan hidrolik akan meniadakan beberapa bising yang paling kuat di pabrik. 2.5.3. Perencanaan Tempat site planning. Pengalaman menunjukkan bahwa sekali suatu sumber bising diluar ada di suatu daerah, maka sulit untuk menghilangkannya. Karena itu adalah penting bahwa-gedung- gedung yang membutuhkan lingkungan bunyi yang tenang sekolah, rumah sakit, lembaga penelitian, dan lain-lain diletakkan pada tempat yang tenang, jauh dari jalan raya, daerah industri, dan bandar udara. Gedung-gedung yang tidak mudah dapat menerima bising dapat digunakan sebagai penahan bising noise baffles dan dapat diletakkan antara sumber bising dan daerah- daerah yang membutuhkan ketenangan. 2.5.4. Pengendalian terhadap Penerima Bising. Strategi pengendalian terhadap penerima bising yang dapat dilakukan antara lain melalui perencanaan tata guna lahan, disain bangunan yang dapat mengurangi penerimaan bising misalnya dengan memberikan lapisan peredam suara pada bangunan dan mengngunakan bahan bangunan yang dapat meredam suara. Meningkatkan pengertian dan pemahaman masyarakat terhadap pengendalian kebisingan, memberikan kompensasi terhadap penerima bising, dan membuat peraturan-peraturan pengendalian kebisingan. Papacostas,1993

2.6. Tinjauan Umum Kesehatan Lingkungan.

2.6.1. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan. 1. Lingkungan. Universitas Sumatera Utara Bagaimanapun lingkungan itu dikelompokkan, pada prinsipnya, lingkungan air, udara, tanah, sosial, dan lain-lain tidak dapat dipisah-pisahkan, karena itu mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem. Benda hidup tak dapat dipisahkan dari benda mati. Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnyna, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen- elemen dialam tersebut. Lingkungan itu sangat luas, oleh karenanya seringkali di kelompokkan untuk mempermudahan pemahamanya. Lingkungan dapat diklasifikasi dengan berbagai cara sebagai berikut: 1. Lingkungan yang hidup biotis dan lingkungan tidak hidup abiotis. 2. Lingkungan alamiah dan lingkungan buatan manusia. 3. Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal 4. Lingkungan biofisis dan lingkungan psikososial. 5. Lingkungan air hidrosfir, lingkungan udara atmosfir, lingkungan tanah litosfer, lingkungan biologis biosfer, dan lingkungan sosial sosiosfir. 6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi teresebut. 2. Serapan Udara. Udara disekitar kita, yang menjadi medium perambatan gelombang bunyi, sesungguhnya mampu menyerap sebagian kecil kekuatan gelombang bunyi yang melewatinya. Kemampuan serapan udara tersebut bergantung pada suhu dan kelembabannya. Serapan yang lebih besar akan terjadi lebih baik pada udara dengan kelembaban relatif yang rendah, dibandingkan pada udara dengan kelembaban relatif Universitas Sumatera Utara tinggi. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pada udara yang bersuhu rendah, molekulnya lebih stabil dan rapat sehingga gesekan yang terjadi ketika ada gelombang bunnyi yang merambat menjadi lebih besar dengan demikian kekuatannya akan menurun. Bunyi merambat lebih cepat pada udara yang bersuhu tinggi karena molekulnya lebih renggang sehingga bunyi bisa merambat dengan halangan minimal. Sementara itu pada udara yang memiliki kelembaban relatif tinggi, titik-titik air terkandung di udara akan mengurangi terjadinya gesekan saat ada gelombang bunyi yang merambat, sehingnga penurunan kekeatan gelommbang bunyi juga tidak besar. Meastika,Christina. 2005 Selain karena suhu dan kelembaban, tingkat serapan juga berbeda-beda tergantung pada frekuensi bunyi yang merambat. Pada suatu ruang tertutup, kemampuan serapan udara terhadap ggelombang bunyi yang merambat adalah 4 mV. Dengan m adalah koefisien serapan udara dalam ruangan yang sangat tergantung pada frekuensi dan kelembaban dan V adalah volume ruangan tertutup tersebut Templeton dan Saunders, 1987. 3. Angin. Pengaruh angin dalam mengurangi kekuatan bunyi adalah fenomena yang belum dapat dipahani sepenuhnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin. Pada kondisi angin bertiup dari sumber bunyi menuju suatu titik, maka titik tersebut akan menerima bunyi dengan lebih cepat, dalam kekuatan yang cukup besar. Namun sebaliknya, bila angin bertiup menuju arah yang berlawanan, menjauhi titik, maka titik tersebut akan menerima bunyi dengan kekuatan yang lemah. Universitas Sumatera Utara

2.7. Baku Kebisingan.