9. Sambungan pengecil katup pada ujung yang kecil Mekanisme Aliran Dalam Pipa Sistem Jaringan Pipa

dimana: g = percepatan gravitasi v = kecepatan aliran fluida dalam pipa k = koefisien kerugian Untuk pipa yang panjang Ld 1000, minor losses dapat diabaikan tanpa kesalahan yang cukup berarti tetapi menjadi penting pada pipa yang pendek. Berikut tabel 2.6 yang memperlihatkan nilai koefisien kerugian k berdasarkan bentuk dari pipa tersebut. Tabel 2.6 Kehilangan Tinggi Tekanan Pada Katup, Alat Penyesuaian Dan Pipa Yang Digunakan Harga K dalam h = K � � 2� 1.Katup pintu - Terbuka penuh - ¾ terbuka - ½ terbuka - ¼ terbuka 0.19 1.15 5.6 24 2. Katup bola, terbuka 10

3. Katup sudut, terbuka 5

4. Bengkokan 90 o , - Jari-jari pendek - Jari-jari pertengahan - Jari-jari panjang 0.9 0.75 0.6 5. Lengkungan pengembalian 180 2.2 6. Bengkokan 45 0.42 7. Bengkokan 22 ½ 45cm

0.13 8. Sambungan T

1.25 9. Sambungan pengecil katup pada ujung yang kecil

0.25 10. Sambungan Pembesar

0.25 �1 2 − �2 2 2 � ⁄

11. Sambungan pengecil mulut lonceng 0.10

12. lubang terbuka 1.80

2.11 Mekanisme Aliran Dalam Pipa

2.11.1 Pipa Hubungan Seri

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka semua pipa akan dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa yang dapat dirumuskan sebagai berikut: � = � 1 = � 2 = � 3 = ����� 2.12 � = � 1 � 1 = � 2 � 2 = � 3 � 3 2.13 Σh 1 = h 11 + h 12 + h 13 2.14 dimana: Q = debit awal pada pipa m 3 s V 1 = kecepatan awal di dalam pipa ms V 2 = kecepatan akhir di dalam pipa ms A 1 = luas penampang saluran pada awal pipa m 2 A 2 = luas penampang saluran pada akhir pipa m 2 h l = headloss pada pipa m Gambar 2.4 Pipa Yang Dihubungkan Seri

2.11.2 Pipa yang Hubungkan Paralel

= arah aliran Gambar 2.5 Pipa Yang Dihubungkan Paralel Pada gambar 2.5, jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel, total laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain, dimana dapat dirumuskan sebagai : � = � 1 + � 2 + � 3 2.15 � = � 1 � 1 = � 2 � 2 = � 3 � 3 2.16 Δh = Δh 1 = Δh 2 = Δh 3 2.17

2.12 Sistem Jaringan Pipa

Menurut J.M.K. Dake, Endang P.Tachyan, Sistem jaringan pipa mungkin tidak sesederhana seperti gambar 2.6. Suatu jaringan suplai kota sering rumit dan di desain suatu sistem distribusi air yang efektif untuk seluruh kota diperlukan untuk memperhitungkan tekanan dan debit pada setiap titik di dalam jaringan. Gambar 2.6 Contoh Skema Jaringan Perpipaan Dalam menganalisa sistem jaringan pipa dapat digunakan metode Metode Hardy Cross . Metode Hardy Cross merupakan suatu metode yang lebih efisien dipergunakan untuk menetapkan besarnya debit dan kehilangan tinggi tekanan di masing pipa dalam jaringan yang bersangkutan. Metode Hardy Cross adalah metode yang mencoba arah aliran dan debit aliran pada semua pipa. Jika ternyata persamaan kontinuitas dan energi belum terpenuhi maka percobaan diulang dengan menggunakan harga yang baru yang telah dikoreksi. Metode Hardy Cross disebut sebagai persamaan Loops. Persamaan tersebut terdiri dari persamaan kontinuitas dan persamaan energi Menurut Radianta Triatmadja. 2009: Pada tiap node berlaku Persamaan kontinuitas : Σ Q = q external 2.18 Pada setiap pipa berlaku persamaan energi : Σ KpQ n = 0 2.19 Suatu jaringan kota dapat dibagi menjadi beberapa putaran atau “cincin” yang sesuai. Dua kebutuhan teoretis yaitu penurunantinggi tekan netto sekeliling putaran harus nol dan besarnya aliran netto ke arah cabang juga harus nol 0 Andaikan kehilangan tinggi tekan terhadap gesekan dan lain-lainnya pada masing-masing pipa dinyatakan dalam bentuk : hf = Kp. Q n 2.20 dimana Kp dan indeks n diumpamakan tetap dan Q adalah debit yang melalui pipa, kita umpamakan : Q = Q + ΔQ 2.21 dimana Qo adalah debit yang diumpamakan memenuhi kondisi kesinambungan yang besarnya di bawah debit yang sebenarnya dengan perbedaan yang kecil seharga ΔQ. Dengan mensubstitusikan 2.20 kedalam 2.21 dan dengan mengembangkannya dengan teori binomial dengan menghilangkan faktor yang mempunyai ΔQ2 dan pangkat yang lebih besar. hf = KpQ n + nQ n−1 ΔQ 2.22 Dalam gerakan sekeliling putaran , Σhf = 0, sehingga : ΣnKp Q n−1 ΔQ = −ΣKp Q n 2.23 Untuk memenuhi kebutuhan kesinambungan pada setiap cabang untuk aliran masuk dan keluar yang tetap ke dalam putaran tertentu, harga ΔQ harus sama pada setiap pipa. Dengan demikian ΔQ dapat dikeluarkan dari tanda pejumlahan. Sehingga persamaan 2.22 menghasilkan: ΔQ = −Σ Kp Q n Σ nKp Q n−1 = −Σhf Σn hf Q0 2.24 Persamaan 2.24 memberikan koreksi yang akan digunakan untuk debit yang diumpamakan Qo untuk membuat harga tersebut sangat mendekati harga debit yang nyata Q. Harga n adalah eksponen dalam persamaan Hazen – Williams bila digunakan untuk menghitung hf dan besarnya adalah 1 0,54 = 1,85 dan n menyatakan suku-suku yang terdapat dalam persamaan yang menggunakan satuan British, yaitu : n = 4, 73L C 1,85 d 4,85 2.25 Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan persamaan Darcy – Weisbach dengan n = 2 dan Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa faktor gesekan selalu berubah untuk setiap iterasi. n = 8f L gπ 2 d 5 2.26 Tabel 2.7 Harga Kp Untuk Pipa Metode Satuan Snit Kp Hazen – Wiliam Q,cfs ; L,ft ; d,ft ; hf,ft 4,73 � � 1,85 � 4,87 Q,gpm ; L,ft ; d,inc ; hf,ft 10,44 � � 1,85 � 4,87 Q,m3s ; L,m ; d,m ; hf,m 10,70 � � 1,85 � 4,87 Darcy – Weisbach Q,cfs ; L,ft ; d,ft ; hf,ft � � 39,70 � 5 Q,gpm ; L,ft ; d,inc ; hf,ft � � 32,15 � 5 Q,m3s ; L,m ; d,m ; hf,m � � 12,10 � 5

2.13 Pengenalan EPANET 2.0