59 kondisi psikologis siswa. Berbeda dengan kelas VIII yang secara psikologis mulai
berkembang dan biasanya bertambah nakal. Hal ini memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa.
Dari hasil observasi peneliti menemukan fakta menarik ketika pembelajaran berlangsung. Penguatan motivasi bagi siswa bisa berlangsung ketika
pembelajaran dan dengan memberikan gambaran nyata tentang kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Tepatnya pada hari jumat tanggal 26
September 2014 GM18 pada salah satu kelas dan sedang berlangsung proses pembelajaran diawal waktu sebagai pengantar guru yang bersangkutan
memberikan pesan dan nasihat kepada siswa SMP PGRI Semanu. Pesan itu terkait dengan kejadian yang baru saja terjadi pada hari sebelumnya di Gunungkidul
terjadi khasus bunuh diri seorang pemuda yang putus cinta. Dengan suasana akrab guru tersebut menyampaikan pesan dan nasihat kepada siswa terkait hikmah yang
terjadi dari kasus tersebut. GM18 memberikan penguatan motivasi dengan cara yang menarik bagi siswa SMP PGRI terkait dengan permasalahan yang sering
dihadapi oleh para remaja.
c. Kompetensi sosial guru SMP PGRI Semanu berdasarkan kualifikasinya
1 Kualifikasi Guru yang sudah bersertifikasi
Kompetensi sosial guru memberikan kemampuan dan ketrampilan guru dalam menjalin komunikasi dengan baik dengan siswa. Dalam proses
pembelajaran kompetensi sosial guru terlihat dari cara mereka berinteraksi dengan siswa. Bedasarkan hasil obeservasi yang peneliti dapat mengetahui guru dapat
berinteraksi dengan baik dengan siswa. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran
60 dimana ketika terjadi diskusi atau tanya jawab mengenai materi pelajaran, terjadi
interaksi yang cukup lancar antara guru dengan siswa pada mata pelajaran yang diampu GM3, GM8 dan GM14 . Begitu pula ketika diskusi berlangsung, siswa
juga tidak merasa sungkan untuk menanyakan materi atau hal yang belum mereka pahami.
Adapun dalam meningkatkan kometensi sosial guru, dilakukan pembinaan kepada siswa dalam berinteraksi dengan sesama siswa maupun dengan guru.
Menurut GM1 pada tanggal 15 September menuturkan “kita selalu menekankan sikap anak agar menghargai temannya. Selain itu kita melatih menjalin
komunikasi yang baik. Misalkan di permainan juga harus memanggil nama aslinya agar terbiasa saling menghormati antar teman maupun dengan guru”. Dari
penjelasan GM1 nampak bahwa hal yang paling diperhatikan dalam membina kompetensi sosial siswa adalah membimbing siswa untuk besikap sopan dan
santun ketika bergaul dengan sesama siswa maupun guru. 2
Kualifikasi guru yang belum bersertifikasi Kompetensi sosial guru khususnya dalam aspek kemampuan guru menjalin
interaksi yang baik dengan siswa nampak tidak ada perbedaan antara guru yang sudah bersertifikasi maupun guru yang belum bersertifikasi. Berdasarkan
keterangan siswa pada tanggal 30 September 2014 S9.1 Menjelaskan “Pak GM18 itu cara mengajarnya santai mas akrab dengan siswa sama seperti bu GM10 dan
bu SC GM19. Kalau bu GM4 tegas mas jika ada siswa yang bikin gaduh atau tidak memperhatikan”. Pendapat yang hampir serupa diungkapkan oleh S9.3 dan
pada tanggal 29 September ketika peneliti melakukan wawancara dengan siswa
61 kelas VII dan kelas VIII mengungkapkan bahwa mereka menganggap bapak ibu
guru dapat berinteraksi dengan santai dan menyenangkan utamanya ketika pembelajaran.
Sedangkan dalam membina kompetensi sosial siswa dilakukan melalui pembinaan dan pembiasaan. Seperti yang dungkapkan oleh GM4 GM4 pada
tanggal 16 September 2014, berikut penuturannya “untuk pendidikan agama kita
biasanya ada kegiatan kultum rutin bergantian sebelum tadarus Al Quran di mushola mas, selain itu ketika proses pembelajaran kita berlatih berbicara yang
sopan, kalau hendak pinjam buku atau berbicara di kelas harus dengan kata-kata yang sopan”. Hal ini sama dengan yang disampaikan GM6 berikut
“Untuk pembelajaran Bahasa Jawa saya selalu mengajarkan kepada anak- anak agar mereka tahu unggah ungguh orang Jawa, sopan santun, bertutur
kata yang baik ketika pembelajaran, maupun ketika dengan orang yang lebih tua. Dan mempraktikan teori empan papan jadi sikap mereka harus
disesuaikan dengan situasi dimana dia berada dan siapa yang sedang diajak bicara”.
Istilah yang disampaikan oleh GM6 yaitu “empan papan” adalah sebuah nasihat yang diberikan kepada siswa mengenai sopan santun ketika bergaul dengan
sesama siswa atau dengan Bapak dan Ibu guru.
d. Kompetensi profesional guru SMP PGRI Semanu berdasarkan