Pengertian REBT Rational Emotive Behavior Therapy REBT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
l. Pandangan bahwa kita sebenarnya tidak mengendalikan emosi kita dan
bahwa kita tidak dapat membantu perasaan yang mengganggu pikiran.
16
Keyakinan-keyakinan yang irrasional tersebut menghasilkan reaksi emosional pada individu. Dalam pandangan Ellis, keyakinan yang rasional
berakibat pada perilaku dan reaksi individu yang tepat, sedangkan keyakinan yang irrasional berakibat pada reaksi emosional dan perilaku yang salah.
3 Karakteristik Keyakinan yang Irrasional
Nelson Jones menambahkan karakteristik umum cara berpikir irrasional yang dapat dijumpai secara umum sebagai berikut:
1 Terlalu Menuntut
2 Generalisasi secara Berlebihan
3 Penilaian Diri
4 Penekanan
5 Kesalahan Atribusi
6 Anti pada Kenyataan
7 Repetisi
16
Gantina Komalasari,. Teori dan Teknik Konseling Jakarta: PT. INDEKS, 2011, hal. 78-79.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4 Hakikat Manusia
Secara umum ada dua prinsip yang mendominasi manusia, yaitu pikiran dan perasaan. REBT beranggapan bahwa setiap manusia yang
normal memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang ketiganya berlangsung secara simultan. Pikiran mempengaruhi perasaan dan
perilaku, perasaan mempengaruhi pikiran dan perilaku, dan perilaku mempengaruhi pikiran dan perasaan. Dalam memandang hakikat manusia
REBT memiliki jumlah asumsi tentang kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan itu. Asumsi
tentang hakikat manusia menurut REBT adalah sebagai berikut: 1
Pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irrasional.
2 Reaksi “emosional” seseorang sebagian besar disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari oleh individu.
3 Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir
yang tidak logis dan irrasional. 4
Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orangtua dan kultur tempat dibesarkan.
5 Berpikir secara irrasional akan tercermin dari verbalisasi yang
digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikirnya yang tepat.
6 Perasaan dan berpikir negatif dan penolakan diri harus dilawan dengan
cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal yang sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
5 Tujuan Konseling
Dalam konteks teori kepribadian, tujuan konseling merupakan efek E yang diharapkan terjadi setelah dilakukan intervensi oleh konselor
desputingD. karena itu teori REBT tentang kepribadian dalam formula A-B-C dilengkapi oleh Ellis sebagai teori konseling yaitu menjadi A-B-C-
D-E antecedent event, belief, emotional consequenceal, desputing, dan effect. Efek yang dimaksud adalah keadaan psikologis yang diharapkan
terjadi pada klien setelah mengikuti proses konseling. Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman
klien tentang system keyakinan atau cara berpikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai dalam REBT, yaitu:
1 Pemahaman insight dicapai ketika klien memahami tentang perilaku
penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-
peristiwa yang diterima antecedent event yang lalu dan saat ini. 2
Pemahaman terjadi ketika konselor terapis membantu klien untuk memahami bahwa apa yang mengganggu klien pada saai ini adalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
karena berkeyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh sebelumnya.
3 Pemahaman dicapai pada saat konselor membantu klien untuk
mencapai pemahaman ketiga, yaitu ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan “melawan”
keyakinan yang irrasional iB.
6 Tahapan Konseling
George dan Cristani mengemukakan tahap-tahap konseling REBT adalah sebagai berikut:
Tahap pertama, proses untuk menunjukkan kepada klien bahwa dirinya tidak logis, membantu mereka memahami bagaimana dan
mengapa menjadi demikian, dan menunjukkan hubungan gangguan yang irrasional itu dengan ketidakbahagiaan dan gangguan emosional yang
dialami. Tahap kedua, membantu klien meyakini bahwa berpikir dapat
ditantang dan diubah. Kesediaan klien untuk dieksplorasi secara logis terhadap gagasan yang dialami oleh klien dan konselor mengarahkan pada
klien untuk melakukan disputing terhadap keyakinan klien yang irrasional. Tahap ketiga,
membantu klien lebih “mendebatkan” disputing gangguan yang tidak tepat atau irrasional yang dipertahankan selama ini
menuju cara berpikir yang lebih rasional dengan cara reinduktrinasi yang rasional termasuk bersikap rasional.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7 Peranan Konselor
Untuk mencapai tujuan konseling sebagaimana yang dikemukakan di atas, konselor Rational Emotive Behavior Therapy memiliki peran yang
sangat penting. Menurut REBT peran konselor adalah sebagai berikut: 1
Konselor lebih edukatif-direktif kepada klien yaitu dengan banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal.
2 Mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung.
3 Menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan
memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri.
4 Dengan gigih dan berulang-ulang dalam menekankan bahwa ide
irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien. 5
Menyerukan klien menggunakan kemampuan rasional rational power dari pada emosinya.
6 Menggunakan pendekatan didaktik dan filosofis.
7 Menggunakan
humor dan
“menggojlok” sebagai
jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irrasional.
8 Aplikasi Konseling
REBT dapat diterapkan dalam berbagai macam konseling, termasuk didalamnya adalah konseling individual, kelompok encounter marathon,
terapi singkat, terapi keluarga, terapi seks, dan situasi kelas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tentunya klien yang sangat cocok untuk REBT adalah klien yang mengalami kecemasan pada tingkat moderat, gangguan neurotic,
gangguan karakter,
problem psikosomatik,
gangguan makan,
ketidakmampuan dalam hal hubungan interpersonal, problem perkawinan, keterampilan dalam pengasuhan, adiksi, dan disfungsi seksual.
Kesemuanya efektif dengan catatan tidak terlalu serius gangguannya. Sejalan dengan pandangannya, REBT ini menggunakan pendekatan
yang komprehensif dan integrative, yang mencakup: penggunaan emotif, kognitif, dan behavioral. Ketiga aspek inilah yang hendak diubah melalui
REBT. Ellis mengakui bahwa REBT tidak diberikan kepada: 1 anak-anak,
khususnya bagi yang mengalami autism, 2 gangguan mental grade bawah, 3 skizofrenia jenis katatonik atau gangguan penarikan diri yang
berat, dan 4 mania atau mania depresif.
17
9 Hakikat Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk
mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
17
Latipun. Psikologi Konseling Malang: UMM Press, 2015, hal. 76-87.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif : 1.
Aktif-direktif , artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor
lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial
, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan
masalah yang rasional. 3.
Emotif-ekspreriensial , artinya bahwa hubungan konseling yang
dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari
sumber-sumber gangguan
emosional, sekaligus
membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik
, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah
laku klien.
10 Kekuatan dan Kelemahan REBT Kekuatan
a Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan
klian hanya mengalami sedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b Pendekatan ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan
teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klian mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
c Pendekatan ini relatif singkat dan klian dapat melanjutkan
penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu. d
Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk klian dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat
mengembangkan materi biblioterapi seperti ini. e
Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
f Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan
kesehatan mental parah seperti depresi dan anseitas.
Kelemahan
a Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu
yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran
yang berat. b
Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam
memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
c Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuatkonselor terlalu
fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.
d Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah
cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.
18