Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang bekerja dalam waktu 36-40 jam minggu paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang bekerja selama 20-25 jam minggu
berjumlah 14 orang 17,5, bekerja selama 26-30 jam minggu berjumlah 9 orang 11,25, bekerja selama 31-35 jam minggu berjumlah 16 orang 20, dan bekerja selama 35-40 jam
minggu berjumlah 41 orang 51,25.
4. Berdasarkan fakultas
Berdasarkan fakultas, maka dapat digambarkan seperti yang terdapat pada tabel 11.
Tabel 11 Gambaran subjek berdasarkan fakultas Fakultas
Frekuensi Persentase
Ekonomi 22
27,5 Fisip
21 26,25
Hukum 18
22,5 Psikologi
19 23,75
Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah subjek yang kuliah di Fakultas Ekonomi paling banyak dalam penelitian ini. Subjek yang kuliah di Fakultas Ekonomi berjumlah 22 orang
27,5, kuliah di Fakultas Fisip berjumlah 21 orang 26,25, kuliah di Fakultas Hukum berjumlah 18 orang 22,5, dan kuliah di Fakultas Psikologi berjumlah 19 orang 23,75.
B. Uji Asumsi Penelitian
Syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum data dianalisa adalah uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian, baik variabel bebas kecerdasan adversitas
maupun variabel tergantung kematangan karir. Selain itu, juga terdapat uji linearitas untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui bentuk korelasi antara masing-masing variabel. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows
1. Uji normalitas sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah
menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p 0,05 maka sebaran data normal,
sedangkan jika p 0,05 maka sebaran tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Variabel
Nilai Z Nilai p
Keterangan Kecerdasan Adversitas
0,736 0,651
Sebaran normal
Kematangan Karir 0,842
0,478 Sebaran normal
Sebaran untuk skala kecerdasan adversitas diperoleh Z = 0,736 dengan p = 0,651, menunjukkan sebaran normal. Sebaran untuk skala kematangan karir diperoleh Z = 0,842 dengan
p = 0,478 menunjukkan sebaran normal. 2. Uji Linieritas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas kecerdasan adversitas dan variabel tergantung kematangan karir memiliki
hubungan linear. Berdasarkan hasil uji linieritas antara kedua variabel tersebut menggunakan uji F = 35,728 dan p 0,05 p = 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan
adversitas memiliki hubungan yang linier dengan variabel kematangan karir.
Universitas Sumatera Utara
C. Hasil Penelitian 1. Korelasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan program komputer SPSS 14.0 for windows. Hasil pengujian statistik yang
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13 Korelasi antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir mahasiswa bekerja
Kecerdasan Adversitas
Kematang anKarir
KecerdasanAdversi tas
Pearson Correlation
1 ,579
Sig. 1-tailed ,000
N 80
80 KematanganKarir
Pearson Correlation
,579 1
Sig. 1-tailed ,000
N 80
80
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,579 dengan taraf signifikansi p sebesar 0,000 sehingga p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesa nol H0 ditolak dan hipotesa alternatif Ha diterima. Hipotesa penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan
kematangan karir pada mahasiswa bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan nilai r² yang diperoleh yaitu 0,335 dan dapat dikatakan sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja sebesar 33,5.
2. Kategorisasi Data a. Kategorisasi data Kecerdasan adversitas
Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data
kecerdasan adversitas dengan menggunakan kategorisasi jenjang ordinal. Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 14 Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data Kecerdasan adversitas Variabel
Nilai Empirik Nilai Hipotetik
Min Max
Mean SD
Min Max
Mean SD
Kecerdasan adversitas
95 143
116,18 8,850 37
148 92,5
185
Berdasarkan tabel 14 diperoleh mean empirik untuk skala kecerdasan adversitas sebesar 116,18 dengan SD empirik sebesar 8,850, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 92,5 dengan
SD hipotetik sebesar 185. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil ini
menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata kecerdasan adversitas populasi umumnya.
Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Kategorisasi data kecerdasan adversitas beserta persentase dapat dilihat pada tabel
berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15 Rentang nilai
Kategori
X µ-1,0 б
Rendah µ-1,0
б≤ X µ+1,0б Sedang µ+1,0
б ≤ X Tinggi
Berdasarkan mean hipotetik kecerdasan adversitas adalah 92,5 dengan SD 185 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 16 Kategorisasi data kecerdasan adversitas Rentang nilai
Kategori Jumlah N
Persentase
X 50 Rendah
50 ≤ X 75
Sedang 21
26,25 75
≤ X Tinggi
59 73,75
80 100
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa, tidak ada subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah, 21 orang subjek 26,25 termasuk dalam kategori sedang, dan 59 orang subjek
73,75 penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi.
b. Kategorisasi data kematangan karir
Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data
Universitas Sumatera Utara
kematangan karir dengan menggunakan kategorisasi jenjang ordinal. Deskripsi nilai empirik
dan hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 17 Deskripsi nilai empirik dan hipotetik data kematangan karir
Variabel Nilai Empirik
Nilai Hipotetik Min
Max Mean
SD Min
Max Mean SD
Kematangan karir
61 95
75,53 6,242
24 96
60 12
Berdasarkan tabel 17 diperoleh mean empirik untuk skala kematangan karir sebesar 75,53 dengan SD empirik sebesar 6,242, sedangkan untuk mean hipotetik sebesar 60 dengan SD
hipotetik sebesar 12. Hasil perbandingan antara nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean hipotetik lebih besar dari mean empirik. Hasil perbandingan antara
nilai mean empirik dengan nilai mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa kematangan karir subjek penelitian lebih
tinggi daripada rata-rata kematangan karir populasi umumnya. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma
tertentu. Kategorisasi data kematangan karir beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18 Rentang nilai
Kategori
X µ-1,0 б
Rendah µ-1,0
б≤ X µ+1,0б Sedang µ+1,0
б ≤ X Tinggi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan mean hipotetik kematangan karir adalah 60 dengan SD 12 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 19 Kategorisasi data Kematangan karir Rentang nilai
Kategori Jumlah N
Persentase
X 66 Rendah
66 ≤ X 99
Sedang 22
27,5 99
≤ X Tinggi
58 72,5
80 100
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa, tidak ada subjek penelitian termasuk dalam kategori rendah, 22 orang subjek 27,5 termasuk dalam kategori sedang, dan 58 orang subjek
72,5 penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti subjek penelitian memiliki tingkat kematangan karir tinggi.
Hasil dari pengkategorisasian kedua variabel penelitian dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 20 Matriks kategorisasi variabel kecerdasan adversitas dengan kematangan karir
Kematangan karir Kecerdasan
adversitas
Rendah Sedang
Tinggi Jumlah
Subjek Jumlah
Subjek Jumlah
Subjek Rendah
Sedang 21
26,25 0
Universitas Sumatera Utara
Tinggi 1
1,25 58
72,5 61 100
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori tinggi dengan kematangan karir pada kategori tinggi sebanyak
72,5. Kecerdasan adversitas yang dimiliki mahasiswa bekerja pada kategori sedang dengan kematangan karir pada ketegori sedang sebesar 26,25. Kecerdasan adversitas yang dimiliki
mahasiswa bekerja pada kategori tinggi, sedangkan kematangan karir yang dimiliki pada kategori sedang sebanyak 1,25.
D. Hasil Tambahan 1. Kecerdasan adversitas ditinjau dari jenis kelamin
Hasil uji statistik ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21 Kecerdasan adversitas ditinjau dari jenis kelamin
Jenis Kelamin N M
F P
Laki-laki 33
114,58 2,844 0,096
Perempuan 47
117,30
Berdasarkan t-tes diperoleh nilai p sebesar 0,096 p 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan adversitas jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari tabel 21 dapat
dilihat bahwa nilai mean yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean yang berjenis kelamin laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
2. Kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin
Hasil uji statistik ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 22 Kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin
Jenis Kelamin N M
F P
Laki-laki 33
73,48 1,589
0,211 Perempuan
47 75,26
Berdasarkan t-tes diperoleh nilai p sebesar 0,211 p 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika ditinjau dari jenis kelamin. Dari tabel 22 dapat dilihat
bahwa nilai mean yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean yang berjenis kelamin laki-laki.
3. Kematangan karir ditinjau dari usia
Hasil uji statistik ditinjau dari usia dapat dilihat pada tabel 23.
Tabel 23 Kematangan karir ditinjau dari usia
Usia N
M SL
F P
18 5
75,20 2,626
0,830 0,481
19 22
74,64 20
20 72,70
21 33
75,45
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uji homogenitas diperoleh nilai statistik levene sebesar 2,626 p 0,05 yang menunjukkan sampel bersifat homogen. Berdasarkan uji ANOVA diperoleh nilai p sebesar
0,830 p 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika ditinjau dari usia. Dari tabel 24 dapat dilihat bahwa nilai mean subjek tertinggi berada pada subjek yang
berusia 21 tahun, kemudian diikuti nilai mean subjek yang berusia 18 tahun, nilai mean subjek yang berusia 19 tahun, dan nilai mean subjek yang berusia 20 tahun.
5. Dimensi kecerdasan adversitas Tabel 25
Kategorisasi nilai kecerdasan adversitas subjek berdasarkan dimensi Dimensi
Rentang nilai Kategori
Jumlah Persentase
Control X 26
Rendah 26
≤ X 39 Sedang
29 36,25
39 ≤ X
Tinggi 51
63,75
Origin X 10
Rendah 10
≤ X 15 Sedang
10 12,5
15 ≤ X
Tinggi 70
87,5
Ownership
X 14 Rendah
14 ≤ X 21
Sedang 23
28,75 21
≤ X Tinggi
57 71,25
Reach X 16
Rendah 16
≤ X 24 Sedang
23 28,75
24 ≤ X
Tinggi 57
71,25
Endurance X 8
Rendah
Universitas Sumatera Utara
8 ≤ X 12
Sedang 10
12,5 12
≤ X Tinggi
70 87,5
Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui bahwa tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori rendah dan secara garis besar semua subjek berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat
dilihat bahwa 70 subjek 87,5 berada dalam kategori tinggi dan 10 subjek 12,5 berada dalam kategori sedang pada dimensi origin dan endurance. Pada dimensi ownership dan reach
terdapat 57 subjek 71,25 berada dalam kategori tinggi dan 23 subjek 28,75 berada dalam kategori sedang. Pada dimensi control terdapat 51 subjek 63,75 termasuk dalam kategori
tinggi, dan 29 subjek termasuk dalam kategori sedang 36,25.
6. Dimensi kematangan karir Tabel 26
Kategorisasi nilai kematangan karir subjek berdasarkan dimensi Dimensi
Rentang nilai Kategori
Jumlah Persentase
Career planning
X 10 Rendah
10 ≤ X 15
Sedang 32
40 15
≤ X Tinggi
48 60
Career exploration
X 10 Rendah
10 ≤ X 15
Sedang 10
12,5 15
≤ X Tinggi
70 87,5
Career decision
making
X 3 Rendah
3 ≤ X 15
Sedang 2
2,5 15
≤ X Tinggi
78 97,5
Universitas Sumatera Utara
World of work information
X 16 Rendah
16 ≤ X 24
Sedang 16
20 24
≤ X Tinggi
64 80
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa tidak ada subjek penelitian yang termasuk dalam kategori rendah dan secara garis besar semua subjek berada dalam kategori tinggi. Hal ini
dapat dilihat bahwa 78 subjek 97,5 termasuk dalam kategori tinggi dan 2 subjek 2,5 termasuk dalam kategori sedang pada dimensi carer decision making. Pada dimensi career
exploration terdapat 70 subjek 87,5 termasuk dalam kategori tinggi dan 10 subjek 12,5 termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa terdapat 64 subjek 80 termasuk dalam kategori tinggi dan 16 subjek 20 termasuk dalam kategori sedang pada dimensi world of work
information. Pada dimensi career planning terdapat 48 subjek 60 termasuk dalam kategori tinggi dan 32 subjek 40 termasuk dalam kategori sedang.
E. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesa menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,579 dengan p = 0,000 p 0,05 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan
positif antara kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja. Kualitas keterkaitan antara kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja
sebesar 0,579. Menurut Hadi 2000, jika nilai r sebesar 0,579 maka dapat dinyatakan bahwa hubungan kecerdasan adversitas dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja memiliki
korelasi sedang atau cukup. Sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir
Universitas Sumatera Utara
pada mahasiswa bekerja sebesar 33,5. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 66,5 sumbangan faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir mahasiswa bekerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kecerdasan adversitas yang tinggi maka akan diikuti dengan kematangan karir yang tinggi juga. Begitu pula sebaliknya dengan
kecerdasan adveristas yang rendah juga akan diikuti dengan kematangan karir yang rendah pula. Sehingga dapat dikatakan mahasiswa bekerja yang memiliki kematangan karir tinggi dan
kecerdasan adversitas yang tinggi akan dapat menentukan pilihan karirnya dengan baik. Menurut Seligman dalam Hawadi Komandyahrini, 2008 menyebutkan beberapa ciri
yang dapat menandai kematangan karir yang positif, yaitu meningkatnya selfawareness, meningkatnya pengetahuan mengenai pilihan yang relevan, meningkatnya kongruensi antara
self-image kemampuan, minat, nilai -nilai, kepribadian dan tujuan karir, dan tujuan karir yang semakin realistis. Selain itu, juga ditandai dengan meningkatnya kompetensi untuk membuat
perencanaan terkait karir dan kesuksesan karir, mengembangkan sikap positif terkait karir orientasi terhadap pencapaian, kemandirian, penuh pertimbangan, komitmen, motivasi dan self-
efficacy, serta bertambahnya kesuksesan dan kepuasan terhadap perkembangan karir dalam hidupnya. Sehingga dalam melaksanakan tugas perkembangan karir tentu para mahasiswa
bekerja menghadapi hambatan. Kematangan karir mengandung makna bahwa mahasiswa mampu menyelesaikan tugas perkembangannya saat ini yaitu bekerja sambilan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Singg 2005 bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki kematangan karir dan tanggung jawab yang tinggi. Tanggung
jawab adalah kesadaran individu tentang tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban Adhika, 2004. Menurut Stoltz 2000 tanggung jawab termasuk dalam salah satu
Universitas Sumatera Utara
dimensi kecerdasan adversitas yaitu ownership yang merupakan pengakuan terhadap akibat- akibat yang ditimbulkan oleh kesulitan dan tanggung jawab, selain control, origin, reach dan
endurance. Subjek yang berada dalam kategori tinggi pada kecerdasan adversitas berjumlah 59 orang
73,75. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi adalah individu yang optimis, berpikir, bertindak secara tepat dan bijaksana, mampu memotivasi
diri sendiri, berani mengambil resiko, berorientasi pada masa depan, serta disiplin. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas tinggi termasuk dalam tipe climber. Climbers merupakan
individu yang selalu melakukan usaha, tanpa memperhitungkan keuntungan atau kerugian, dan nasib buruk atau baik. Tipe ini benar-benar memahami tujuan atas apa yang akan dikerjakan,
tahu bahwa terdapat manfaat jangka panjang dan usaha yang dilakukan sekarang ini akan memberikan keuntungan di kemudian hari Stotlz, 2000.
Climbers selalu menerima tantangan yang diberikan dan yakin bahwa segala hal dapat dan akan terlaksana, meskipun individu lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa hal
tersebut tidak mungkin terjadi. Climbers juga merupakan individu yang gigih, ulet, tabah, introspeksi diri dan terus bertahan sehingga dapat menghadapi kesulitan dengan keberanian dan
disiplin. Tipe ini juga menyambut baik kesempatan untuk bergerak maju dalam setiap usaha, terbiasa menghadapi situasi sulit karena mengerti bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup
sehingga menghindari kesulitan sama saja dengan menghindari kehidupan. Climbers dapat memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi, berjuang untuk mendapatkan yang terbaik
dari hidup dan cenderung membuat segala hal terwujud. Tipe ini bersedia mengambil resiko, menghadapi tantangan, mengatasi rasa takut, mempertahankan visi, memimpin, dan bekerja
keras hingga pekerjaan tersebut selesai Stotlz, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Subjek yang berada dalam kategori sedang pada kecerdasan adversitas berjumlah 21 orang 26,25. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas sedang termasuk dalam
tipe campers. Campers merupakan tipe individu yang menunjukkan sejumlah usaha dan inisiatif tetapi cepat puas dalam mencapai kesuksesan sehingga mengakhiri usaha yang telah dilakukan.
Tipe ini akan bekerja keras dalam hal apa pun agar merasa aman hingga mencapai tingkat tertentu tetapi tidak mau mengembangkan diri dan mempunyai kemampuan terbatas dalam
menghadapi kesulitan Stotlz, 2000. Campers menjalani kehidupan yang tidak menyenangkan karena sudah merasa cukup
puas dengan apa yang telah dicapai dan mengorbankan kemungkinan untuk melihat atau mengalami apa yang masih mungkin terjadi. Campers melepaskan kesempatan untuk maju, yang
sebenarnya dapat dicapai jika usaha yang dimiliki mampu diarahkan dengan semestinya dan tidak memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga kurang berhasil dalam berprestasi. Motivasi
tipe ini adalah rasa takut dan kenyamanan Stotlz, 2000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kecerdasan adversitas berada
pada kategori tinggi. Dimensi origin dan endurance berada pada urutan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu termasuk mahasiswa bekerja pernah mengalami masa-masa
sulit, menganggap kesulitan berasal dari pihak luar dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan. Mahasiswa bekerja juga optimis, menganggap kesulitan dan penyebab kesulitan
sebagai hal yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil kemungkinan akan terjadi lagi serta memandang kesuksesan sebagai hal yang berlangsung terus menerus atau bahkan permanen
Stotlz, 2000. Dimensi ownership dan reach berada pada urutan kedua yang menunjukkan bahwa
mahasiswa bekerja bersedia bertanggung jawab dan mengakui akibat dari tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dan kesulitan yang dihadapi tidak akan mempengaruhi sisi lain kehidupan, merespon peristiwa buruk sebagai hal yang khusus dan terbatas. Dimensi control berada pada urutan akhir.
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja mampu mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, menemukan cara untuk menghadapi kesulitan, pantang menyerah, dan cepat
tanggap dalam mencari penyelesaian Stotlz, 2000. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan kecerdasan adversitas antara
laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan Stotlz, 2000 yang menyatakan bahwa perempuan memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang lebih rendah daripada laki-laki.
Subjek yang berada dalam kategori tinggi pada kematangan karir berjumlah 58 orang 72,5. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang tinggi memiliki
kemandirian, mampu membuat pilihan pekerjann yang sesuai dengan minat dan kemampuan; mampu memperoleh informasi mengenai dunia kerja, menggunakan kesempatan dan informasi
yang berpotensial seperti orangtua, teman, dosen, dan konselor; memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan, cara memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran dalam dunia kerja; dan
memiliki kepercayaan diri, serta ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan Super dalam Watkins Campbell, 2000.
Subjek yang berada dalam kategori sedang pada kematangan karir berjumlah 22 orang 27,5. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kematangan karir yang sedang
masih kurang memiliki kemandirian, belum cukup mampu membuat pilihan pekerjann yang sesuai dengan minat dan kemampuan; merasa cukup memiliki informasi mengenai dunia kerja,
kurang memanfaatkan kesepatan dan informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, dosen, dan konselor; merasa cukup memiliki pengetahuan tentang jenis pekerjaan, kurang mengetahui
cara memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran dalam dunia kerja; dan kurang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kepercayaan diri, serta kurang ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan Super dalam Watkins Campbell, 2000.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kematangan karir berada pada kategori tinggi. Dimensi career decision making berada pada urutan pertama. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip
pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan serta juga menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja siap mengambil keputusan.
Dimensi career exploration berada pada urutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiwa bekerja berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan
kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor Super dalam Watkins Campbell, 2000.
Dimensi world of word information berada pada urutan ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja tahu cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-
peran dalam dunia pekerjaan serta dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan. Dimensi
career planning berada pada urutan terakhir yang menunjukkan bahwa mahasiswa bekerja memiliki kepercayaan diri, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan
pekerjaan, dan mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa
tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu Super, dalam
Watkins Campbell, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan penyataan Naidoo 1998 yang menyatakan bahwa
perempuan memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam memandang konflik peran sebagai
hambatan dalam proses perkembangan karir, dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan dengan laki-laki. Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hawadi dan Komandyahrini 2008 yang mengungkapkan bahwa pada tingkat SMA, tidak ditemukan perbedaan kematangan karir yang berarti antara laki -laki
dan perempuan. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh Ciptarini 2004 yang melakukam penelitian pada mahasiswa UI, yaitu laki-laki dan perempuan tidak memperlihatkan perbedaan kematangan
karir yang berarti walaupun perempuan mempunyai nilai yang lebih tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir jika dilihat
dari tingkat pendidikan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCaffrey, Miller, dan Winstoa dalam Naidoo, 1998 pada siswa junior, senior, dan
alumni terdapat perbedaan dalam hal kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki.
Berdasarkan hasil matriks kategorisasi dalam penelitian ini yang menunjukkan
kebanyakan mahasiswa bekerja memiliki kecerdasan adversitas dalam kategori tinggi dengan
kematangan karir yang dicapai berada pada kategori tinggi yaitu 72,5. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kecerdasan adversitas berada pada kategori tinggi, mahasiswa bekerja juga
memiliki kematangan karir pada kategori tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil
yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian dan dibagian akhir akan dijelaskan tentang saran-saran yang bersifat psikis dan metodologis yang
dapat berguna untuk penelitian yang akan datang dengan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian ini.
A. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kecerdasan adversitas
dengan kematangan karir pada mahasiswa bekerja dengan r = 0,579 dan p = 0,000. 2.
Sumbangan efektif kecerdasan adversitas terhadap kematangan karir pada mahasiswa bekerja dalam penelitian ini sebesar 33,5 dan 66,5 terdapat faktor lain dalam
pembentukan kematangan karir. 3.
Berdasarkan kategori data kecerdasan adversitas diketahui bahwa mahasiswa bekerja sebagian besar memiliki kecerdasan adversitas dalam kategori tinggi yaitu sebesar
73,75 59 orang. 4.
Berdasarkan kategori data kematangan karir diketahui bahwa mahasiswa bekerja sebagian besar memiliki kematangan karir berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar
72,5 58 orang. 5.
Berdasarkan matriks kategorisasi, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa bekerja di USU yang menjadi sampel penelitian ini memiliki kecerdasan adversitas pada kategori
tinggi dan memiliki kematangan karir pada kategori tinggi sebesar 72,5.
Universitas Sumatera Utara