atau rendah. Dari keadaan ini tergantung seberapa jauh kemampuan anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua
dan pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi
intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya.
Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan keluarga memberikan sumbangan yang penting dalam membangun
sikap anak. Sikap anak dalam menanggapi keadaan lingkungan keluarga dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang
ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka lingkungan keluarga yang baik akan berperan dalam segala sesuatu
yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.
2. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.
Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang
mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah Winkel, 1989:ix.
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja
melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.
Menurut Roestiyah 1982:159-161, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :
a. Interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif
dalam belajar.
b. Cara penyajian.
Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja.
Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar,
dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Hubungan antara murid. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka
tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan
hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran. Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang
tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang
mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya
belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan
sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitetnya.
f. Kurikulum. Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-
mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang
mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman
perencanaan yang demikian.
g. Keadaan gedung.
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam
setiap kelas.
h. Waktu sekolah.
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah
siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung
jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk
mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan
efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau
terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup
istirahat akan meningkatkan hasil belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
k. Tugas rumah.
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu
banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang
lain.
3. Lingkungan Masyarakat