Hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar dan lingkungan belajar terhadap minat siswa SMA dalam memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi : studi kasus SMA N 1 Sleman.
ABSTRAK
HUBUNGAN
ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI GURU,
PRESTASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MINAT
SISWA SMA DALAM MELANJUTKAN STUDI KE FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DI PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus Di SMA N 1 Sleman
Melania Desi Kurniawati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa
tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi, (2) hubungan prestasi belajar
dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi, (3) hubungan lingkungan belajar dengan minat
siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA N 1 Sleman,
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi adalah siswa-siswi SMA N 1 Sleman
yang berjumlah 720 siswa. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XII SMA N 1
Sleman yang berjumlah 173 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai
November 2010. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode
purposive sampling
. Teknik analisis data penelitian menggunakan korelasi
product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif antara
persepsi siswa tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan
studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (
thitung=5,561 >
tabel
t
=1,960), (2) tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan minat
siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi (
thitung=1,071 <
t
tabel=1,960), dan (3) ada hubungan yang positif
antara lingkungan belajar dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (
thitung=17,358 >
tabel
(2)
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’ PERCEPTION TOWARDS
TEACHERS’ PROFESSIONAL, LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING
ENVIRONMENT FACTOR AND THE INTEREST OF STUDENTS IN
CONTINUING STUDY TO THE FACULTY OF TEACHER TRAINING
COLLEGE IN HIGHER EDUCATION
A Case Study at One State Senior High School in Sleman
Melania Desi Kurniawati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
This study aims to know: (1) the relationship between the perceptions of
students torwards teachers’ proffession and the interest of senior high school students
in continuing their studies to the faculty of teacher training college in higher
education; (2) the relationship between learning achievement and high school
students’ interest in continuing their studies to the faculty of teacher training college
in higher education; and (3) the relationship between learning environment and the
interest of high school students in continuing their studies to the faculty of teacher
training college in higher education.
It is a case study research at one state senior high school in Sleman,
Yogyakarta in 2010/2011 acedemic period. The population was 720 students of one
state senior high school in Sleman. The samples were 173 students. This research
was done from October to November 2010. Gathering samples of the research was
done by using purposive sampling method. Technique of data analysis was
product-moments correlation.
Result of the study indicates that: (1) there is positive, significant relationship
between students’ perceptions towards teaching profession and high school students’
interest in continuing their studies to the faculty of teacher training in higher
education (
t
count= 5,561 >
t
table= 1,960); (2) there is no relationship between learning
achievement and high school students’ interest in continuing their studies to the
faculty of teacher training collage in the education (
t
count= 1,071 <
t
table= 1,960 ), and;
(3) there is positive, significant relationship between learning environment and high
school students’ interest in continuing their studies to the faculty of teacher training
college in higher education (
t
count >t
table= 1,960).
(3)
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI
GURU, PRESTASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR
TERHADAP MINAT SISWA SMA DALAM MEMILIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DI
PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus SMA N 1 Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: Melania Desi Kurniawati
061334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI
GURU, PRESTASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR
TERHADAP MINAT SISWA SMA DALAM MEMILIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DI
PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus SMA N 1 Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh:
Melania Desi Kurniawati
061334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan sebagai ucapan syukur dan
terimakasih kepada:
Tuhan Yesus yang selalu menyertai, memberikan jalan terang
dan menuntun tiap langkahku
Orangtuaku dan Keluargaku yang selalu memberikan dorongan
dan semangat
Sahabat-sahabatku kalian yang menjadi motivasiku untuk
berjuang meraih cita-cita
Almamaterku – Universitas Sanata Dharma - tempat aku
menuntut ilmu dan berjuang
(8)
v
MOTTO
Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan. Tidak ada penghalang
keberhasilan bila sikap kita tepat, dan tidak ada yang bisa menolong bila sikap
kita salah.
-Mario Teguh-
Mengelih tidak bisa dijadikan strategi, setiap orang memiliki waktu yang terbatas
dan waktu yang kita habiskan untuk mengeluh tidak mungkin membantu dalam
mencapai tujuan serta membuat kita lebih bahagia.
-Randy Pausch-
Orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan yang dihadapi,
tetapi orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan yang ada.
Jangan menyesali kegagalan yang sudah terjadi karena Tuhan Yesus
merencanakan keberhasilan lain yang lebih baik bagi umat-Nya.
If you want something you never had, you must be willing to do something you
we never done.
(9)
(10)
(11)
ABSTRAK
HUBUNGAN
ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI GURU,
PRESTASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MINAT
SISWA SMA DALAM MELANJUTKAN STUDI KE FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DI PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus Di SMA N 1 Sleman
Melania Desi Kurniawati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa
tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi, (2) hubungan prestasi belajar
dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi, (3) hubungan lingkungan belajar dengan minat
siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA N 1 Sleman,
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi adalah siswa-siswi SMA N 1 Sleman
yang berjumlah 720 siswa. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XII SMA N 1
Sleman yang berjumlah 173 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai
November 2010. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode
purposive sampling
. Teknik analisis data penelitian menggunakan korelasi
product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif antara
persepsi siswa tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan
studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (
thitung=5,561 >
tabel
t
=1,960), (2) tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan minat
siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi (
thitung=1,071 <
t
tabel=1,960), dan (3) ada hubungan yang positif
antara lingkungan belajar dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (
thitung=17,358 >
tabel
(12)
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’ PERCEPTION TOWARDS
TEACHERS’ PROFESSIONAL, LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING
ENVIRONMENT FACTOR AND THE INTEREST OF STUDENTS IN
CONTINUING STUDY TO THE FACULTY OF TEACHER TRAINING
COLLEGE IN HIGHER EDUCATION
A Case Study at One State Senior High School in Sleman
Melania Desi Kurniawati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
This study aims to know: (1) the relationship between the perceptions of
students torwards teachers’ proffession and the interest of senior high school students
in continuing their studies to the faculty of teacher training college in higher
education; (2) the relationship between learning achievement and high school
students’ interest in continuing their studies to the faculty of teacher training college
in higher education; and (3) the relationship between learning environment and the
interest of high school students in continuing their studies to the faculty of teacher
training college in higher education.
It is a case study research at one state senior high school in Sleman,
Yogyakarta in 2010/2011 acedemic period. The population was 720 students of one
state senior high school in Sleman. The samples were 173 students. This research
was done from October to November 2010. Gathering samples of the research was
done by using purposive sampling method. Technique of data analysis was
product-moments correlation.
Result of the study indicates that: (1) there is positive, significant relationship
between students’ perceptions towards teaching profession and high school students’
interest in continuing their studies to the faculty of teacher training in higher
education (
t
count= 5,561 >
t
table= 1,960); (2) there is no relationship between learning
achievement and high school students’ interest in continuing their studies to the
faculty of teacher training collage in the education (
t
count= 1,071 <
t
table= 1,960 ), and;
(3) there is positive, significant relationship between learning environment and high
school students’ interest in continuing their studies to the faculty of teacher training
college in higher education (
t
count >t
table= 1,960).
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
(18)
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 4
C.
Batasan Masalah ... 4
D.
Rumusan Masalah ... 4
E.
Tujuan Penelitian ... 5
F.
manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritik ... 7
B.
Hasil Penelitian yang Relevan ... 31
C.
Kerangka Berfikir ... 32
D.
Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 37
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
(19)
D.
Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 38
E.
Populasi dan Sampel ...………...…... 42
F.
Teknik Pengumpulan Data ... 43
G.
Teknik Pengujian Instrumen ... 44
H.
Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A.
Identitas Sekolah ………. 52
B.
Sejarah SMA N 1 Sleman ……….…….……. 52
C.
Kondisi Sekolah SMA N 1 Sleman ... 55
D.
Sarana dan Prasarana ………..……….... 56
E.
Kemitraan ……….…….…. 56
F.
Program Kerja ……….…… 56
G.
Visi dan Misi SMA N 1 Sleman ... 57
H.
Organisasi Sekolah ... 59
I.
Sumber Daya Manusia ……….……….……. 67
J.
Siswa Satuan Pendidikan SMA N 1 Sleman ……….. 68
K.
Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA N 1 Sleman ... 68
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data ……….…….. 70
B.
Analisis Data ……….………….….….. 79
(20)
xvii
BAB VI PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 94
B.
Keterbatasan Penelitian ………...………. 95
C.
Saran ... 95
Daftar pustaka ... 97
(21)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru ... 38
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Lingkungan Belajar ……... 40
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Minat Memilih FKIP... 41
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi
Guru... 45
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar ... 45
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Minat Melanjutkan Studi ke
FKIP….………..……….... 46
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ………... 47
Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Sekolah ... 54
Tabel 5.1 Deskripsi Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru …………... 71
Tabel 5.2 Crosstabs Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru Dengan Minat Melanjutkan
Studi ke FKIP ……….…... 72
Tabel 5.3 Deskripsi Prestasi Belajar ………... 73
Tabel 5.4 Crosstabs Prestasi Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi ke FKIP …. 74
Tabel 5.5 Deskripsi Lingkungan Belajar ………..……….… 75
Tabel 5.6 Crosstabs Lingkungan Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi ke FKIP
……… 76
(22)
xix
Tabel 5.8 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas ………..………. 79
Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ………..…... 80
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner ... 99
Lampiran II Data Penelitian
A. Data Uji Validitas dan Reliabilitas... 131
B. Data Penelitian ... 134
Lampiran III Penilaian Acuan Patokan Tipe II
A. Variabel Penelitian Persepsi ... 160
B. Variabel Penelitaian Lingkungan Belajar ... 161
C. Variabel Penelitian Minat ………...……… 162
Lampiran IV Perhitungan SPSS ... 163
Lampiran V Surat Keterangan... 178
(24)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Program pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Semakin majunya teknologi menuntut semakin tingginya kualitas tenaga kerja dalam dunia kerja, dimana kualitas tenaga kerja yang tinggi salah satunya diperoleh dengan pendidikan. Berdasarkan alasan tersebut, saat ini sebagian orang tua berusaha untuk menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Banyaknya jumlah fakultas yang ditawarkan di perguruan tinggi semakin membuat siswa SMA mengalami kebingungan dalam menentukan fakultas yang tepat bagi dirinya. Dalam kondisi seperti ini anak SMA tetap dituntut untuk mempertimbangkan pilihannya secara matang agar kelak tidak mengalami penyesalan karena salah dalam memilih fakultas.
Sesuai dengan pendapat W.S. Winkel (1984: 81), apabila siswa hendak mengambil keputusan mengenai sekolah lanjutan, mereka harus mempertimbangkan dua hal, yaitu:
1. Kemampuan intelektual, bakat khusus, arah, minat, cita-cita hidup, dan
kemampuan finansial.
(25)
Selain pendapat di atas, berikut ini merupakan cara memilih fakultas di perguruan tinggi agar siswa SMA tidak mengalami kesalahan dalam memilih fakultas yaitu (suarapelajarindonesia.wordpress.com) :
1. Menyesuaikan cita-cita, minat dan bakat
Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat. Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.
2. Informasi yang sempurna
Mencari informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan untuk memilih fakultas. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan bahan untuk membantu memilih fakultas.
3. Lokasi dan biaya
Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih fakultas tidak akan menjadi masalah. Sebaliknya, bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas jelas bahwa untuk memutuskan pilihan melanjutkan pendidikan, terutama di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan hendaknya mempunyai pandangan tentang profesi guru apa lagi citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi (penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk
kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan
(26)
profesionalisasi dan spesialisasi (Samana, 1994:13).
Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen diharapkan mampu meningkatkan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi pendidik/guru. Pertimbangan profesionalitas guru mengindikasikan perlunya ditetapkan Undang-Undang Guru yang memberikan perlindungan hukum, profesi, dan keselamatan kerja. Undang-Undang Guru merupakan jaminan atas pekerjaan dan jabatan guru sebagai suatu profesi yang hanya boleh diemban oleh seorang yang memenuhi persyaratan kompetensi dan kualifikasi tertentu.
Berawal dari persepsi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan siswa lebih termotivasi untuk menjadi seorang guru. Sikap positif siswa terhadap profesi guru akan mempengaruhi minat siswa dalam memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa memilih fakultas keguruan di perguruan tinggi tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi persepsi siswa tentang profesi guru dan prestasi belajar, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah lingkungan belajar. Berdasarkan pada uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Hubungan antara Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru, Prestasi Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Di Perguruan Tinggi”
(27)
B. Indentifikasi Masalah
Dari uraian di atas peneliti dapat mengidentifikasi berbagai faktor yang memiliki hubungan dengan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan minat siswa memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi antara lain: persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar, lingkungan belajar.
C. Batasan Masalah
Dari berbagai faktor yang diduga memiliki hubungan dengan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi seperti diuraikan dalam identifikasi masalah, yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar dan lingkungan belajar.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru terhadap
minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi?
2. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar tehadap minat siswa SMA
dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi?
(28)
3. Apakah ada hubungan antara lingkungan belajar tehadap minat siswa
SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang
profesi guru terhadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar terhadap
minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan belajar
tehadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara lain:
1. Bagi Sekolah (SMA)
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan pihak sekolah untuk membantu siswa dalam mempertimbangkan pemilihan fakultas di perguruan tinggi.
(29)
2. Bagi calon peneliti
Dapat menambah wawasan tentang minat siswa SMA memilih fakultas di perguruan tinggi dan juga sebagai sarana menerapkan disiplin ilmu yang telah diterima di kampus.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi universitas, selain itu juga menambah referensi perpustakaan.
(30)
BAB II
A. Tinjauan Teoritik
1. Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru a.1 Pengertian Persepsi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan dapat pula diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui pancainderanya.
Persepsi pada dasarnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2005:141).
Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk (Winkel, 1986:161). Menurut Bimo Walgito (1994:53), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Supaya individu dapat menyadari dan dapat
(31)
mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Adanya obyek yang dipersepsikan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera atau reseptor
Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai sesuatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk mengadakan persepsi ada syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis, dan psikologis.
(32)
a.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :
Menurut Bimo (1994:76), persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
1. Perhatian yang selektif
Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu, sehingga obyek-obyek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai obyek pengamat.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar di antara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnnya paling kuat.
3. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dibandingkan orang yang bukan seniman. Anak pada golongan ekonomi rendah menganggap satu keping uang logam bernilai besar dibanding dengan anak orang kaya.
4. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
Persepsi seseorang akan tumbuh dan berkembang karena pengaruh interaksi belajar. Melalui belajar seseorang akan
(33)
membandingkan pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang dihadapi. Hal ini dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih alternatif yang dipandang tepat dalam menentukan keputusan dan sekaligus menentukan tindakan serta prilaku yang memungkinkan untuk bertindak. Persepsi dapat digambarkan sebagai aktivitas psikologis dalam bentuk interprestasi terhadap stimulus yang berbentuk sebagai pengindraan sensorik, mengetahui, memikirkan seleksi terhadap alternatif dan membuat pertimbangan.
Dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu (M. Muhandar Solaeman, 1992:16):
1. Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar intensitas dan jenisnya dapat banyak dan sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti penting bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan sebagainya. Dan interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang diterimanya yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan reaksi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
(34)
Dari pendapat diatas dapat dikatakan, persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor luar (stimulus) dan faktor dalam(personal). Kedua faktor itu secara bersama-sama akan menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang diamati. Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin. Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan kepercayaan. (Depdikbud, 2003:26).
b. Profesi Guru
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1983 pasal 27 ayat 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud guru ialah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah. Guru merupakan faktor penting dalam terselenggaranya proses belajar mengajar di sekolah. Tanggung jawab guru tidak hanya di sekolah saja, tetapi tanggung jawab guru meliputi tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara.
Menurut Zanti Arbi, peran guru dalam pelajaran belum dapat digantikan oleh mesin pengajar, alat perekam, komputer dan lain-lain yang diciptakan manusia karena alat-alat tersebut tidak dapat menggantikan peran guru berkenaan dengan unsur-unsur manusiawi
(35)
seperti siap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan dan unsur-unsur lain yang ingin dicapai. (Samana, 1994:129).
Tugas-tugas pokok guru (Chomaidi, 1982:54):
1. Tugas profesional, yaitu sehubungan dengan profesinya yang
meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih.
2. Tugas manusiawi, tugasnya sebagai manusia dalam hal ini guru
bertugas mewujudkan dirinya ialah merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Melakukannya auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya dalam keseluruhan kemanusiaan. Guru berfungsi sebagai orang tua kedua dari siswanya.
3. Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas sebagai anggota masyarakat
dan tugas warga negara. Dalam hal ini guru membimbing siswa agar menjadi warga negara yang baik, sesuai dengan Pancasila dan UUD 45 dan GBHN. Disini guru berfungsi sebagai pencipta masa depan dan pengarah kemajuan.
Sedang 10 kompetensi yang harus dimiliki guru (Walgito, 1994:120):
1. Menguasai bahan.
2. Mengelola proses belajar mengajar.
3. Penggunaan media atau sumber belajar.
4. Pengelolaan kelas
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6. Mengelola interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan konseling
disekolah.
9. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
10.Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk
kepentingan pengajaran.
Profesi atau jabatan guru sebagai tenaga pengajar merupakan tanggung jawab moral yang berat. Guru dituntut dapat memberikan bekal kemampuan dasar kepada muridnya, sehingga mereka mampu mengembangkan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara
(36)
dan umat manusia sehingga memiliki bekal baik pengetahuan maupun keterampilan (PP No. 28 1992).
Guru sebagai pendidik pada lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang besar, yaitu sebagai (Samana, 1994:6):
1. Alat dalam melestarikan nilai-nilai yang terpuji dalam masyarakat,
nilai-nilai yang dikehendaki untuk dipertahankan.
2. Pengembangan nilai-nilai baru yang dianggap serasi oleh
masyarakat dalam menghadapi tantangan perkembangan ilmu, teknologi dan modernisasi.
3. Pembentukan tenaga pembangunan yang ahli dan trampil serta
dapat meningkatkan produktivitas kualitas dan efisiensi kerja, merupakan jembatan masa kini dan masa akan datang karena pendidikan adalah kegiatan yang bersifat futuristik.
4. Pembentukan pribadi-pribadi yang memiliki kepercayaan diri,
disiplin dan tanggung jawab, serta mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada mampu melaksanakan hubungan manusiawi dan menjadi warga negara yang baik.
Sehubungan dengan empat fungsi diatas, guru sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengajaran disekolah, perlu merasa bahwa dirinya selalu dituntut rasa tanggung jawab akademis maupun tanggung jawab moral (Winkel, 1988 : 57).
Willi Toisota dalam prasarannya pada lokakarya Dasa Warsa IKIP Yogyakarta seperti yang dikutip oleh Chomaidi mengemukakan bahwa guru-guru di Indonesia dalam menjalankan tugas mengajarnya akan berperan dalam tiga lingkungan, yaitu (Willi Toisota, 1982:7):
1. Lingkungan sekolah, peran yang diharapkan padanya adalah
mengajar, karena ia berhubungan dengan muridnya. Dan sebagai administrator atau organisator pendidikan, karena ia berhubungan dengan rekan sejawat.
(37)
2. Lingkungan masyarakat, peran yang diharapkannya adalah sebagai inovator pendidikan tempat guru berhubungan dengan orang tua murid, dan peran sebagai pimpinan pembangunan masyarakat disekitarnya, tempat ia berhubungan dengan masyarakat pada umumnya.
3. Lingkungan masyarakat dunia, peran yang diharapkan padanya
adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ketertiban dan perdamaian, karena guru merupakan bagian penduduk dunia.
Selanjutnya Willi menjelaskan supaya guru dalam menjalankan peran yang diharapkan dalam tiga lingkungan tersebut, kepadanya perlu diberi kompetensi yang sesuai dengan tugasnya yang meliputi (Chomaidi dkk, 1982:9):
1. Kompetensi mata pelajaran (subject matter competency).
2. Kompetensi kepemimpinan (leadership competency).
3. Kompetensi hubungan antar manusia (human relations
competency).
Jadi profesi guru merupakan profesi yang menuntut tanggung jawab yang kompleks, baik terhadap tanggung jawab pendidikan, moral maupun tanggung jawab sosial. Mengingat betapa berat peranan guru, tugas guru dan persyaratannya untuk menjadi guru yang profesional maka seorang guru dituntut mempunyai kompetensi dan kemampuan sesuai tuntutan profesi.
(38)
c. Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru
Pengertian persepsi siswa terhadap profesi guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesi guru melalui panca indera siswa. Apakah persepsi tersebut positif ataukah negatif. Dari persepsi inilah, maka menimbulkan reaksi bagi siswa : pemahaman, tanggapan, penilaian, kesan siswa selama dia belajar dalam lingkungan pendidikan.
Guru, bagi siswa merupakan faktor penentu kesuksesan dalam proses belajar mengajar, fungsi guru sebagai pengajar atau pendidik dalam setiap proses pengajaran di sekolah. Dengan kecakapan keterampilan dari guru yang baik, tujuan pengajaran atau tujuan instruksional akan tercapai. Kemampuan guru merupakan prasyarat untuk keberhasilan suatu strategi mengajar. Kehadiran guru memengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian tingkah laku siswa.
Di dalam kegiatan belajar mengajar yang menjadi subyek berkepentigan adalah guru dan siwa. Untuk itu diperlukan adanya hubungan resiprokal yaitu yang bersifat pengajaran. Dalam situasi instruksional, para siswa tersebut menjalani tahapan kegiatan belajar melalui interaksi dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru. Iteraksi akan memberikan reaksi emosional pada guru sehingga membentuk penilaian atau interpretasi oleh oang-orang yang saling berinteraksi dalam hal ini adalah guru dan murid.
(39)
2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar
Sebelum membahas pengertian prestasi belajar terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, karena antara belajar dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pengertian belajar menurut para ahli adalah seperti berikut ini :
Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selanjutnya Winkel (1996:53), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstant.
b. Prestasi Belajar
Winkel (1989:100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar
(40)
maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang. Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Faktor dari dalam
Kondisi psikologi yaitu beberapa faktor psikologi yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah :
a) Kecerdasan
Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya bila individu itu mempunyai kecerdasan yang rendah maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.
(41)
b) Bakat
Setiap individu memiliki bakat yang berbeda. Bakat merupakan kemampuan anak yang dibawa sejak lahir.
c) Minat
Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.
d) Motivasi belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi. Setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda dalam belajar.
e) Emosi
Emosi merupakan kondisi psikologi individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah belajar. Kondisi psikologi siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kecemasan, dll.
2) Faktor dari luar
a) Lingkungan alami, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar, misalnya :
(1) Keadaan udara, Apabila udara terlalu lembab atau
(42)
(2) Waktu belajar, misalnya pembagian waktu siswa untuk
belajar dalam satu hari diatur dengan baik dalam pembagian waktu belajar dan bermain.
(3) Cuaca yang nyaman, bagi siswa membantu siswa untuk
lebih nyaman dalam belajar.
b) Lingkungan sosial
Kehadiran orang lain pada saat sedang belajar akan menganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
(1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh
anggota keluarga
(2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu teman sebaya,
teman lain kelas, guru, kepala sekolah, serta karyawan lainnya
(3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas
seluruh anggota masyarakat.
Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu :
1. faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya.
2. faktor external, ialah faktor yang datang dari luar diri si anak.
(43)
sebagainya. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi.
3. Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh Syah (1995:138) mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.
Menurut Roestiyah (1982:163), faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang
(44)
menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.
c. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.
e. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan keluarga memberikan sumbangan yang penting dalam membangun sikap anak. Sikap anak dalam menanggapi keadaan lingkungan
(45)
keluarga dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka lingkungan keluarga yang baik akan berperan dalam segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.
b. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua. Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (Winkel, 1989:ix).
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.
Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :
(46)
a. Interaksi guru dan murid.
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b. Cara penyajian.
Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Hubungan antara murid.
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran.
Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang
(47)
berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitetnya.
f. Kurikulum.
Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.
g. Keadaan gedung.
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.
(48)
h. Waktu sekolah.
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian
(49)
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k. Tugas rumah.
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
c. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat. Ini berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun orang yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Keberadaan media massa dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, sehingga kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas
(50)
belajar. Dengan demikian, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.
Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab sendiri seorang pelajar.
Syah (1995:44) mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alas an untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya. Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar.
(51)
Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu, anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.
4. Minat
a. Pengertian Minat
Menurut Winkel (1996:24), minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya Slameto (1995:57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. Kemudian Sardiman (1992:76), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
(52)
b. Faktor yang Menimbulkan Minat
Faktor yang menimbulkan minat menurut Crow and Crow (1982): 1) Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.
2) Faktor motif sosial, yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. 3) Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan
emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
5. Perguruan Tinggi
Menurut (Taliziduhu, 1987:10), perguruan tinggi adalah pola proses interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar secara keseluruhan di dalam masyarakat. Sedangkan sesuai dengan undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi berupa :
(53)
a. Akademi
Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan yang lingkungannya bisa dikenal dengan pendidikan professional.
b. Sekolah tinggi
Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang pendidikan kejuruan yang hanya terdiri dari satu fakultas dan dapat berdiri dari satu atau lebih jurusan.
c. Institut
Institut adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang pendidikan kejuruan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau seni. Institut dapat terdiri dari sejumlah fakultas dan dapat terdiri dari satu atau lebih jurusan.
d. Universitas
Universitas adalah perguruan tinggi yang melaksanakan program pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejuruan dalam berbagai bidang pengetahuan, teknologi, dan seni yang terdiri dari banyak fakultas dan jurusan.
(54)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko Kuntoro dalam studi kasus siswa kelas XII SMA N 3 Bantul Yogyakarta “Hubungan antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan prestasi belajar terhadap minat siswa melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi”, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat siswa melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu peneliti dalam hal ini akan mencoba menambah variabel lain yaitu persepsi siswa tentang profesi guru. Dengan demikian, peneliti akan meneliti hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar, dan lingkungan belajar dengan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
(55)
C. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Profesi Guru terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Persepsi seseorang akan tumbuh dan berkembang karena pengaruh interaksi belajar. Melalui belajar seseorang akan membandingkan pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang dihadapi. Hal ini dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih alternatif yang dipandang tepat dalam menentukan keputusan dan sekaligus menentukan tindakan serta prilaku yang memungkinkan untuk bertindak.
Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor luar (stimulus) dan faktor dalam (personal). Kedua faktor itu secara bersama-sama akan menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang diamati. Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin. Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan kepercayaan. (Depdikbud, 2003 : 26).
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa persepsi adalah pendapat atau tanggapan terhadap stimulus yang didapat dengan melalui proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang ada dalam diri seseorang. Dengan demikian persepsi siswa tentang profesi guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesi guru melalui panca indera siswa. Berawal dari
(56)
persepsi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan siswa lebih termotivasi untuk menjadi seorang guru.
2. Hubungan Antara Prestasi Belajar terhadap Minat Siswa SMA dalam
Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi belajar siswa tampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran yang tercermin dalam rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa berhubungan dengan kepercayaan diri, harapan, dan cita-citanya. Prestasi belajar yang tinggi akan menjadi daya dorong siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bukti bahwa prestasi belajar memberikan sumbangan positif terhadap minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Budiarti, 2001:82).
Perbedaan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat mempengaruhi cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Siswa yang memiliki prestasi tinggi cenderung mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik dari pada siswa yang berprestasi belajar rendah. Siswa yang berprestasi belajar tinggi cenderung memiliki gairah yang tinggi dalam belajar, sehingga siswa tersebut lebih berani untuk bersaing dengan siswa lain. (Mariani, 1993).
(57)
Eko (2004:85), dalam penelitiannya, menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi. Dengan prestasi belajar yang tinggi siswa semakin percaya diri bisa menempuh studi dengan baik. Dengan demikian prestasi belajar yang tinggi dapat menumbuhkan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar terhadap Minat Siswa SMA
dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi pengaruh pada perkembangan siswa (Winkel, 2004:108). Lingkungan belajar ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dimana ketiga lingkungan ini pengaruhnya sangat kuat terhadap prestasi belajar siswa.
Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh Syah (1995:138) mengatakan bahwa lingkungan sosial yang dominan mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Lingkungan keluarga yang baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Hal ini menjadi dasar bagi penulis untuk menduga bahwa lingkungan keluarga
(58)
yang memiliki pandangan yang positif terhadap fakultas keguruan, maka juga akan mendorong minat siswa untuk memilih fakultas keguruan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya terdiri dari gedung saja, melainkan sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung siswa belajar secara optimal, sehingga dapat mencapai prestasi belajar (Ewaldina, 2000:19). Penjelasan ini menjadi dasar bagi penulis untuk menduga bahwa lingkungan sekolah yang menyediakan informasi mengenai fakultas keguruan, maka akan menimbulkan minat siswa memilih fakultas keguruan.
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Dalam menjalin hubungan dengan anggota masyarakat tersebut perlu dijaga agar tidak mendapatkan teman bergaul yang kurang baik. Jika tidak berhati-hati dalam bergaul, anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar. Ini akan berdampak pada prestasi belajar yang rendah. Sebaliknya, bagi siswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya baik dan rajin dapat memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (1997:137), bahwa kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal anak akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Terkait dengan minat dalam memilih fakultas keguruan penulis menduga bahwa lingkungan masyarakat yang memiliki pandangan yang positif terhadap profesi guru, maka akan menimbulkan minat siswa memilih fakultas keguruan.
(59)
Dengan pengaruh positif yang kuat dari lingkungan belajar akan berpengaruh baik terhadap prestasi siswa. Keadaan lingkungan belajar siswa yang sebagian besar masyarakatnya berpendidikan akan mempengaruhi dan memotivasi siswa untuk selalu menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Anggota masyarakat yang berpendidikan pasti juga akan memberikan bimbingan dan dorongan bagi anggota masyarakat lain termotivasi untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Dengan adanya dukungan lingkungan belajar yang mendukung akan mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi..
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang profesi guru terhadap
minat siswa SMA memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar tehadap minat siswa SMA
memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
3. Ada hubungan positif antara lingkungan belajar tehadap minat siswa SMA
(60)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sleman. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku di sekolah tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA N 1 Sleman Yogyakarta yang terletak di Jalan Magelang KM.14 Medari, Sleman.
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas XII IPS di SMA N 1 Sleman.
2. Objek Penelitian adalah persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar, lingkungan belajar , minat siswa SMA melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di FKIP .
(61)
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel penelitian
Variabel Penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3
variabel bebas (Independen Variable), yang meliputi persepsi siswa
tentang profesi guru (X 1), prestasi belajar (X 2), lingkungan belajar
(X 3). Variabel terikat (Dependent Variable) adalah minat siswa SMA
memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Pengukuran Variabel bebas (Independent Variable)
a. Persepsi siswa tentang profesi guru
Pengukuran variabel persepsi siswa tentang profesi guru menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:
1) Sangat Setuju (SS) 2) Setuju (S)
3) Ragu-Ragu (RR) 4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setuju (STS)
Tabel. 3.1
Kisi-kisi Kuesioner Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru
Dimensi Indikator
Pernyataan positif (no item dalam
kuisioner)
Pernyataan negatif (no item dalam kuisioner) Tugas
Guru
1. Tugas profesional
2. Tugas manusiawi
3. Tugas kemasyarakatan
1,2 3,4 5,6,7,8,9 Peranan
Guru
1. Guru sebagai pengajar
2. Guru sebagai pendidik
10,11,12,13 14
(62)
b. Prestasi Belajar
Pengukuran mengenai prestasi belajar dengan menggunakan nilai raport kelas XII IPA dan IPS semester genap tahun ajaran 2009-2010. Prestasi belajar siswa dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.
2) Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam
kategori tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pengukuran Variabel Prestasi Belajar
Kategori Syarat pengukuran
Tinggi Lebih dari mean
Rendah Kurang /sama dengan mean
Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):
Mean = Keterangan:
= total Skor N = jumlah Sampel
(63)
c. Lingkungan Belajar
Pengukuran variabel lingkungan belajar dengan menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-Ragu (RR)
4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setuju (STS)
Tabel. 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar
Dimensi Indikator Pernyataan positif (no item dalam kuisioner) Pernyataan negatif (no item dalam kuisioner) Lingkungan Keluarga
1. Dukungan keluarga untuk memilih
fakultas keguruan.
2. Latar belakang keluarga yang mendorong
memilih fakultas keguruan.
1, 2 3,4
Lingkungan Sekolah
1. Interaksi guru dan murid yang
mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
2. Hubungan antar murid yang mendukung
untuk masuk fakultas keguruan.
3. Fasilitas pendidikan yang mendukung
untuk masuk fakultas keguruan.
4. Kondisi guru yang mendorong untuk
masuk fakultas keguruan.
5 6 7 8 Lingkungan Masyarakat
1. Hubungan dengan masyarakat yang
mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
2. Kegiatan di masyarakat yang mendukung
untuk masuk fakultas keguruan.
9,10
(64)
d. Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Pengukuran variabel Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi dengan menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-Ragu (RR)
4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setuju (STS)
Tabel. 3.4
Kisi-kisi Kuesioner Variabel Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi Dimensi Indikator Pernyataan positif (no item dalam kuisioner) Pernyataan negatif (no item dalam kuisioner)
Tertarik 1. Ketertarikan untuk memilih fakultas
keguruan.
2. Ketertarikan untuk memilih karier
menjadi guru.
3. Ketertarikan untuk membaca buku
tentang fakultas keguruan.
4. Ketertarikan untuk membaca artikel
mengenai fakultas keguruan.
5. Ketertarikan memilih fakultas
keguruan karena dorongan sekitar.
1 2
4 5
3
Memperhatikan 1. Perhatian terhadap fakultas keguruan.
2. Mencari informasi tentang fakultas
keguruan.
3. perhatian terhadap dorongan dari
teman
4. Perhatian terhadap dorongan dari
guru.
5. Perhatian terhadap cara mengajar
guru. 6,7 8 9 11,12 10
(65)
Senang 1. Menyenangi sesuatu yang dipilih.
2. Perasaan senang yang berasal dari
keluarga.
3. Perasaan senang karena peluang kerja
yang lebih besar.
13 14 15
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut sekaran (Zulganef, 2008:133) pengertian populasi sebagai keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal yang menarik bagi peneliti untuk ditelaah. Menurut Sudjana (2002:6), populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitafif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 150). Mengacu dari ketiga pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA N 1 SLEMAN.
2. Sampel
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel mewakili populasi. Sedang Sudjana (2002:6)
(66)
menyebutkan, sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling, penelitian yang dilakukan
dengan pertimbangan tertentu.
Sampel yang akan diteliti seluruh siswa kelas XII IPA dan IPS di SMA N 1 SLEMAN atau sejumlah 173 responden. Alasan penggunaan sampel seluruh siswa kelas XII adalah karena mereka pada waktunya akan melaksanakan pemilihan fakultas di perguruan tinggi. Dengan demikian, kondisi ini sangat relevan dengan topik penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya (Sugiono, 2007:199).
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Muhadi, 2002:188).
(67)
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi, 2006:168).
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson
dengan taraf signifikansi 5% (Sugiono, 2007:248).
r =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total item X = skor item
n = jumlah responden
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r
hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r
hitung < r tabel item tersebut dinyatakan tidak valid.
Berikut ini merupakan rangkuman dari hasil uji validitas terhadap variabel persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar
(68)
dan lingkungan terhadap minat siswa SMA memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi yang dilakukan sebelum penelitian.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas item Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas item Variabel Lingkungan Belajar
No. Butir soal
r
hitungr
tabel Keteranganbutir1 0.708 0, 361 Valid
butir2 0.561 0, 361 Valid
butir3 0.379 0, 361 Valid
butir4 0.652 0, 361 Valid
butir5 0.792 0, 361 Valid
butir6 0.692 0, 361 Valid
butir7 0.603 0, 361 Valid
butir8 0.728 0, 361 Valid
butir9 0.503 0, 361 Valid
No item soal
r
hitungr
tabel Keteranganbutir1 0.567 0, 361 Valid
butir2 0.601 0, 361 Valid
butir3 0.557 0, 361 Valid
butir4 0.694 0, 361 Valid
butir5 0.485 0, 361 Valid
butir6 0.443 0, 361 Valid
butir7 0.577 0, 361 Valid
butir8 0.477 0, 361 Valid
butir9 0.393 0, 361 Valid
butir10 0.477 0, 361 Valid
butir11 0.683 0, 361 Valid
butir12 0.478 0, 361 Valid
butir13 0.529 0, 361 Valid
(69)
butir10 0.486 0, 361 Valid
butir11 0.483 0, 361 Valid
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas item Variabel Minat Siswa
No. Butir soal
r
hitungr
tabel Keteranganbutir1 0.871 0, 361 Valid
butir2 0.886 0, 361 Valid
butir3 0.483 0, 361 Valid
butir4 0.817 0, 361 Valid
butir5 0.922 0, 361 Valid
butir6 0.914 0, 361 Valid
butir7 0.868 0, 361 Valid
butir8 0.860 0, 361 Valid
butir9 0.792 0, 361 Valid
butir10 0.460 0, 361 Valid
butir11 0.672 0, 361 Valid
butir12 0.555 0, 361 Valid
butir13 0.610 0, 361 Valid
butir14 0.882 0, 361 Valid
butir15 0.717 0, 361 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dengan membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan α = 5% diperoleh rtabel sebesar 0,361. Berdasarkan hasil perhitungan rhitung
lebih besar daripada rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
item pertanyaan mengenai persepsi siswa tentang profesi guru, lingkungan belajar dan minat siswa SMA memilih fakultas keguruan
(70)
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Instumen yang reliabel adalah instumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiono, 2007:172). Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5%. rumus :
11
r = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
22 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2
t
σ = varian total
2
b
σ = jumlah varian butir
Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai koefisien
Alpha Cronbach > 0,6 (Nunally dalam Imam Ghozali, 2007:42).
Sebaliknya, jika koefisien Alpha Cronbach < 0,6 maka penelitian
dikatakan belum reliabel.
Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
r
hitung Kriteria
Reliabilitas
Status Persepsi Siswa tentang
Profesi Guru
0,803 0, 6 Reliabel
Lingkungan Belajar 0,848 0, 6 Reliabel
(71)
Dari 14 item Persepsi Siswa tentang Profesi Guru, 11 item Lingkungan Belajar dan 15 item Minat Siswa diperoleh hasil koefisien
Alpha Cornbach sebesar 0,803 ; 0,848 dan 0, 932 yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga item tersebut adalah reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Uji Persyaratan Analisis Korelasi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sampel disini dimaksudkan untuk menguji normal tidaknya populasi (Zuriah, 2005: 201). Uji normalitas
dilakukan dengan rumus One Sample Kolmogorov Smirnov
(Sugiyono, 1999: 255) yaitu:
D=maksimumFo
( )
X −Sn( )
XKeterangan:
D = Deviasi maksimum
Fo =Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang
ditentukan
Sn ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Jika nilai Fhitung > dari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5%
maka distribusi data dikatakan normal. Sebaliknya, jika nilai Fhitung
(72)
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antar variabel mempunyai hubungan yang linier. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut: e S Tc S F 2 2 = Keterangan:
F = Nilai F untuk garis regresi
S2 Tc = Varians tuna cocok e
S2 = Varians kekeliruan
Koefisien F hitung diperoleh dengan perhitungan SPSS. Jika F hitung > nilai F tabel maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier. Sebaliknya jika nilai F hitung < F tabel, maka hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat linier.
c. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini pengujian setiap hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus:
1. Korelasi product moment
r =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :(73)
Y = skor total item X = skor item
n = jumlah responden
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r hitung > r tabel maka item tersebut
dinyatakan valid. Sebaliknya jika r hitung < r tabel item tersebut
dinyatakan tidak valid.
2. Regresi sederhana
Y = a + bX
Keterangan :
Y = variabel terikat (dependent) X = variabel bebas
a = nilai konstanta b = koefisien arah regresi
Harga a dapat dihitung dengan rumus:
∑
∑
∑ ∑
∑
∑
− −
= 2 2
2 ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i X X n Y X X X Y a
Harga b dapat dihitung dengan rumus:
∑
∑
∑
∑
∑
− −
= 2 2
) ( ) )( ( i i i i i i X X n Y X Y X n b
(74)
tidaknya koefisien regresi dengan membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak.
3. Derajat / kriteria korelasi
Derajat / kriteria korelasi untuk mengetahui reliabilitas suatu tes dapat dibagi menjadi 5 tingkat, yaitu (Widanarto:2006,58): 0,00 - 0,20 = Sangat Lemah
0,21 – 0,40 = Lemah 0,41 – 0,70 = Cukup 0,71 – 0,90 = Kuat
(75)
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
Berikut ini adalah gambaran umum SMA N 1 Sleman, yang datanya diperoleh dari pihak sekolah.
A. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA N 1 Sleman
Alamat : Jln. Magelang Km 14,4 Medari Sleman
Yogyakarta 55515
Telepon : (0274) 868434, 867242
Fax : (0274) 867242
Email : smansa_sleman[at]yahoo[dot]com
Mailing list : groups.yahoo.com/group/smansa_sleman
Tahun berdiri : 1963
Status : Negeri
B. Sejarah SMA N 1 Sleman
Sekolah yang sekarang dikenal dengan nama SMAN 1 Sleman ini mempunyai sejarah yang cukup panjang karena berdiri sejak 1963. Dalam perkembangannya, beberapa kali mengalami perubahan nomenklatur dan terakhir dipimpin oleh Drs. Tulus Raharjo sejak 2004 hingga sekarang. Karena terbatasnya lahan, gedung sekolah diperluas ke atas berlantai 2. Saat ini mempunyai ruangan sebanyak 18 kelas.
(76)
1. Kronologis:
1 Agustus 1958: di Sleman dibentuk panitia pendirian SMA bagian B dan C oleh beberapa tokoh pendidik yang kemudian disempurnakan menjadi Yayasan Pendidikan SMA dengan Akte Notaris No.32 Tahun 1960.
1962: PC GKBI membangun gedung sekolah di Caturharjo sebagai
sumbangsih perusahaan yang kemudian diserahkan kepada pemerintah setempat.
Februari 1962: gedung tersebut diminta oleh Yayasan Pendidikan SMA yang kemudian dijadikan SMA Sleman.
Juni 1962: berkat keuletan pengurus dapat ditingkatkan statusnya menjadi filial SMA 3 B Negeri Yogyakarta di wilayah Sleman.
7 Maret 1997: berdasarkan SK Mendikbud RI No. 35 menjadi SMU
Negeri 1 Sleman.
22 Oktober 2002: melalui SK Direktorat PMU No. 892/C4/MN/2002
ditunjuk sebagai Mini Pilotting Pelaksana Terbatas KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi) tahun ajaran 2003/2004.
24 Oktober 2002: dengan SK Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sleman No. 420/2643 menjadi salah satu SMA Andalan di Kabupaten Sleman.
(77)
nomenklatur semula SMAN 1 Sleman.
9 Maret 2005: oleh BAS (Badan Akreditasi Sekolah) Propinsi DIY No. 9.1/BASDIY/III/2005 diberikan status Terakreditasi A.
2006: ditunjuk sebagai pelaksana RSSN (Rintisan SSN).
Mei 2009: ditunjuk sebagai R-SMA BI (Rintisan SMA Bertaraf
Internasional).
2. Kepemimpinan
Sejak awal berdiri hingga sekarang SMU N 1 Sleman sudah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak dua belas kali, mereka adalah :
Tabel 4.1
Daftar Nama Kepala Sekolah
NO NAMA KEPALA SEKOLAH TAHUN KETERANGAN
1 R. Soekar 1963 - 1973 Meninggal
2 Drs. Sidarta Budihardja 1973 - 1974 Pensiun
3 Drs. Moedjijono 1974 - 1975 Meninggal
4 Drs. Muzamil Khalimi, B.Sc. 1975 - 1978 Meninggal
5 Drs. Abdullah Purwodarsono 1978 - 1981 Pensiun
6 Drs. Soekemi 1981 - 1984 Meninggal
7 R. Soewarno, B.A. 1984 - 1990 Meninggal
8 Suhartono, B.Sc. 1991 - 1993 Pensiun
9 Sukardal 1993 - 1995 Pensiun
10 R. Sugito, B.A. 1995 - 1998 Pensiun
11 Drs. Tolchah Mansur 1998 - 2004 Pengawas
12 Drs. Tulus Rarhajo 2004 - sekarang
(78)
C. Kondisi Sekolah SMA N 1 Sleman
SMA N 1 Sleman terletak di JalanMagelang Km 14,4 Medari Sleman
Yogyakarta 55515. Bangunan gedung SMA N 1 Sleman terdiri dari 2 lantai yang bersebelahan dengan SMP N 1 Sleman. Kondisi bangunan SMA N 1 Sleman bersifat permanen.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, kondisi sekolah SMA N 1 Sleman sebagai berikut :
1. Halaman sekolah yang dimiliki sempit,
2. Pagar sekolah terbuat dari pagar besi dan tembok permanen,
3. Kamar kecil keadaannya bersifat permanen, jumlah air yang tersedia
cukup dan bersih,
4. Kantin bersih dan makanan yang dijual bergizi dan harga relatif
terjangkau bagi siswa,
5. Ruang kelas mempunyai ukuran kira- kira 7x8 meter, ventilasi dan
pencahayaan cukup baik, banyak terdapat hiasan dinding, terdapat kipas dan lampu,
6. Keadaan fasilitas belajar, papan tulis memadai, meja dan kursi siswa
cukup dan nyaman untuk belajar,
7. Terdapat kantor kepala sekolah, kantor guru, kantor tata usaha dan
ruang BP,
8. Mempunyai sarana penunjang pendidikan seperti peta, papan presensi,
(79)
9. Sumber belajar meliputi kurikulum, perpustakaan, laboratorium, buku paket, media penunjang, majalah dinding.
D. Sarana & Prasarana
1. Laboraturium Multimedia
2. Laboraturium Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Laboratorium Fisika
4. Laboratorium Kimia
5. Laboratorium Biologi
E. Kemitraan
1. Teacher Clearing House dengan SMA Negeri 5 Bekasi, Merupakan kerja sama antar guru mata pelajaran untuk peningkatan kualitas guru dan pembelajaran di SMA N 1 Sleman. Kerja sama tersebut dilaksanakan melalui media komunikasi telepon dan internet.
2. Clearing House dengan The Manor CE Primary School South Gloucestershire, UK. Satu kerjasama yang diprakarsai oleh Depdiknas dan
British Council untuk peningkatan kualitas pendidikan.
3. Cosmopoint University Malaysia (dalam proses)
F. Program Kerja
1. Program Unggulan
Program Unggulan di SMA N 1 Sleman adalah: a. Menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN),
(80)
d. Mengembangkan budaya daerah,
e. Mengembangkan kemampuan bahasa dan teknologi informasi, f. Meningkatkan daya serap ke Perguruan Tinggi favorit.
2. Program Pengembangan Sarana Prioritas
Program Pengembangan Sarana Prioritas di SMA N 1 Sleman adalah: a. Membangun 5 ruang kelas belajar dengan konstruksi bangunan
3 tingkat,
b. Membangun 1 ruang belajar di lantai 2 gedung lama, c. Membangun ruang pengolah data,
d. Pembangunan kantin siswa,
e. Perbaikan dan pengecetan lapangan olah raga,
f. Pengembangan jaringan infrastruktur LAN (Intranet dan Internet), g. Pengembangan Sistem Informasi Sekolah (SIS),
h. Melengkapi sarana dan prasarana perpustakaan dan Lab. Komputer,
i. Renovasi Aula,
j. Renovasi tampilan depan sekolah/gerbang sekolah,
k. Renovasi koridor.
G. Visi dan Misi SMA N 1 Sleman
a. Visi
Unggul dalam prestasi, berbudi pekerti luhur, dan menguasai teknologi maju.
Indikator pencapaian visi:
(1)
181
(2)
(3)
LAMPIRAN V
Surat Keterangan
(4)
(5)
184
(6)