Manfaat Praktis Teori Kedaulatan Negara

1. Melatih kemampuan berpikir dengan membuat karya ilmiah berupa skripsi. 2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. 3. Mengembangkan keilmuan hukum khususnya dalam bidang Hukum Internasional

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Menganalisis dasar hukum penjatuhan hukuman mati dalam kasus Bali Nine. 2. Menganalisis legalitas penjatuhan eksekusi mati dalam kasus Bali Nine dari perspektif Hukum Internasional.

1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan hukum internasional terutama mengenai legalitas penjatuhan suatu hukuman mati terutama terhadap warga negara asing.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang di dapat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Kementerian Luar Negeri, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ilmiah mengenai isu batasan perlindungan yang dapat diberikan kepada warga negara asing. 2. Bagi Kementerian Hukum dan HAM, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai legalitas daripada penjatuhan hukuman mati dikaitkan dengan HAM dari perspektif Hukum Internasional. 3. Bagi praktisi-praktisi hukum baik hakim maupun jaksa, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait pemberian penjatuhan hukuman mati terhadap pelaku kejahatan narkotika terutama bagi warga negara asing.

1.6 Landasan Teoritis a. Teori Mengikatnya Hukum Internasional

1. Prinsip Pacta Sunt Servanda

Pacta Sunt Servanda merupakan asas yang pertama kali diperkenalkan oleh Grotius yang menekankan pada kewajiban para pihak untuk menaati isi perjanjian. 30 Pasal 26 Konvensi Wina 1969 secara eksplisit menegaskan asas pacta sunt servanda dengan rumusan sebagai berikut: “Every treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed by them in good faith”. 31 Secara lebih konkrit, asas ini sesungguhnya diwujudkan dalam praktek pelaksanaan perjanjian tersebut, antara lain para pihak harus melaksanakan 30 I Wayan Parthiana, 2005, Hukum Perjanjian Internasional Bagian 2, Penerbit Bandar Maju, Bandung, h. 262 31 Ibid. ketetuan perjanjian sesuai dengan isi, jiwa, maksud, dan tujuan perjanjian itu sendiri; menghormati hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari masing-masing pihak maupun pihak ketiga yang mungkin diberikan hak danatau dibebani kewajiban kalau ada dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat menghambat usaha-usaha mencapai maksud dan tujuan perjanjian itu sendiri, baik sebelum perjanjian itu mulai berlaku atau ketika para pihak masih dalam proses penantian akan mulai berlakunya perjanjian sebelum perjanjian itu mulai berlaku sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 Konvensi Wina 1969 maupun setelah mulai berlakunya. 32

2. Teori Common Consent

Teori positivisme dari Hans Kelsen menyebutkan adanya persetujuan negara-negara yang berdaulat untuk mengikatkan diri pada kaidah-kaidah atau norma hukum internasional yang terdiri dari teori common consent. 33 Menurut teori tersebut dasar mengikat hukum internasional adalah persetujuan bersama dari negara-negara yang berdaulat untuk mengikatkan diri pada kaidah-kaidah hukum internasional. 34 Jika pada suatu waktu ada satu atau beberapa negara tidak lagi bersedia untuk tunduk dan terikat pada hukum internasional, dan bermaksud untuk menarik diri, maka negara itu tidak dapat menarik diri secara sepihak, melainkan harus mendapat persetujuan bersama dari negara-negara lainnya. 35 32 Ibid., h. 263. 33 Negara Hukum.com, 2012, Daya Mengikat Hukum Internasional, URL: http:www.negarahukum.comhukumdaya-mengikat-hukum-internasional-2.html , diakses pada tanggal 20 September 2015. 34 Ibid. 35 Ibid.

b. Teori Kedaulatan Negara

Kedaulatan sovereignty, sering diartikan sebagai “kekuasaan tertinggi”, merupakan kekuasaan penuh dan tertinggi dalam suatu negara untuk mengatur seluruh wilayahnya tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain. 36 Teori kedaulatan ini, pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin 1530-1596 yang mendefinisikan bahwa “kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warganegara dan rakyat tanpa suatu pembatasan undang-undang”. 37 Grotius 1583-1645 juga berpendapat bahwa kedaulatan merupakan salah satu unsur yang penting dari suatu negara. 38 Kedua pelopor kedaulatan tersebut, pada akhirnya melahirkan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar. 39 Kedaulatan ke dalam interne souverniteit adalah kekuasaan negara itu ditaati dan dapat memaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya, sedangkan kedaulatan ke luar externe souverniteit adalah kekuasaan negara itu mampu mempertahankan diri terhadap serangan yang datang dari luar dan sanggup mengadakan hubungan dengan luar negeri. 40 Kedaulatan dalam hubungannya dengan hukum internasional, sesungguhnya tidak akan lepas dari yang namanya yurisdiksi. Yurisdiksi merupakan refleksi dari prinsip dasar kedaulatan negara, kedaulatan negara tidak 36 Moh Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 2000, Ilmu Negara Edisi Revisi, Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta, h. 122 37 Ibid. 38 Ibid. 39 Negara Hukum.com, 2011, “Teori Kedaulatan”, URL: http:www.negarahukum.comhukumteori-kedaulatan.html , diakses pada tanggal 20 November 2015 40 Ibid. akan diakui apabila negara tersebut tidak memiliki yurisdiksi. 41 Menurut Huala Adolf, yurisdiksi adalah kewenangan atau kekuasaan hukum negara terhadap orang, benda, atau peristiwa hukum. 42 Yurisdiksi menyebabkan suatu negara mempunyai hak terhadap seseorang, benda, maupun peristiwa hukum yang ada dalam suatu negara ataupun yang ada di luar negara tersebut. 43

c. Teori Transformasi