Risiko bagi keselamatan pengguna

kelompok ini adalah asam fenoksi, termasuk zat-zat seperti 2,4- diklorofenoksi asam asetat 2,4-D dan 2,4,5- triklorofenoksi asam asetat 2,4,5-T. Sebagai hukum umum, asam fenoksi memiliki persistensi yang terbatas dalam lingkungan alamiah, adalah larut sedang dalam air, nonbioakumulatif, dan tidak mengalami biomagnifikasi Connell, dan Miller, 1995. 3. Fungisida Pestisida yang digunakan untuk membunuh atau menghentikan perkembangan jamur Sudarmo, 1991. Contoh senyawa-senyawa yang digunakan sebagai fungisid adalah dikarboksimida, derifat ftalimida, senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol PCP, senyawa N- heterosiklik tertentu misalnya binomil dan tiabendazol Lu, 1995.

4. Rodentisida

Pestisida ini digunakan untuk membunuh binatang pengerat Sudarmo, 1991. Contoh senyawa-senyawa rodentisida adalah warfarin, tiorea misalnya α- naftiltiurea, natrium fluoroasetat, fluoroasetinamid, zink fosfid, talium sulfat, arsenik trioksid, dan alkaloid strikin Lu, 1995.

C. Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian

Efek atau risiko penggunaan pestisida dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Risiko bagi keselamatan pengguna

Risiko pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya. Pestisida masuk kedalam tubuh melalui saluran napas dan absorbsi kulit, tetapi sejumlah kecil memasuki gastrointestinal GI akibat makanan menggunakan tangan atau alat-alat yang tercemar Lu, 1995. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan Sudarmo, 1991. Risiko penggunaan pestisida dapat menimbulkan keracunan atau intoksikasi yang artinya keadaan tidak normal akibat efek racun atau perubahan morfologi, fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, atau pengurangan usia hidup suatu organisme dan mengakibatkan kerusakan kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan bertahan terhadap racun ataupun meningkatnya kerentanan organisme terhadap racun zat beracun berasalkan lingkungan. Keracunan pestisida dapat dikelompokkan menjadi dua yang terdiri dari: a. Keracunan akut adalah keracunan sebagai akibat pemejanan terhadap suatu zat dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi, misalnya sakit kepala, pusing, mual, muntah, iritasi kulit, diare, dan lain sebagainya Ariens dan Mutschler, 1986. b. Keracunan kronis ditandai oleh munculnya simptom keracunan baru sesudah periode pemejanan yang lama, mulai dari berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Ini menunjukkan bahwa zat itu selama periode itu menimbulkan kerusakan yang reversibel pada organ atau proses tertentu Ariens dan Mutschler, 1986. Keracunan kronis yang disebabkan pestisida misalnya kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gangguan pernapasan, keguguran, cacat pada bayi, dan sebagainya Sudarmo, 1991. Tanda dan gejala keracunan yang disebabkan oleh pestisida memiliki tanda, gejala dan mekanisme toksisitas yang berbeda-beda tergantung jenis pestisidanya. Dibawah ini dijelaskan dari kelompok utama pestisida mengenai mekanisme, tanda dan gejala keracunan sebagai berikut :

1 Insektisida

a. Insektisida organofosfat Mekanisme kerja dari insektisida organofosfat adalah dengan menghambat asetilkolinesterase AchE, mengakibatkan akumulasi asetilkolin ACh. ACh yang berlebihan menyebabkan berbagai jenis simptom dan tanda-tanda Lu, 1995. Dengan adanya akumulasi ACh bebas yang tidak terikat pada bagian akhir saraf pada semua saraf kolinergik akan menimbulkan stimulasi aktifitas elektrikal. Tanda toksik yang berasal dari stimulasi receptor muskarinik pada sistem saraf autonom parasimpatik menyebabkan meningkatnya sekresi, bronkokonstriksi, miosis, bradikardi, kram pada gastrointestinal, diare, urinasi, sedangkan yang berasal dari sistem saraf parasimpatik yang menghubungkan saraf dan otot dapat menyebabkan takikardi, hipertensi, tremor, kelelahan otot Curtis, 2001. Organofosfat diabsorpsi baik pada paru, saluran gastrointestinal, membran mukosa, dan konjungtiva mengikuti proses inhalasi, ingesti atau kontak topikal. Goldfrank’s.dkk, 2002. Secara ringkas tanda dan gejala keracunan pestisida organofosfat terangkum dalam tabel 1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel I.Tanda dan Gejala Keracunan Pestisida Organofosfat Soemirat, 2003 Reseptor dan Jaringan saraf Sasaran Manifestasi Parasimpatik dan otonom reseptor muskarinik paska ganglionik neuron Kelenjar exocrine mata Saluran pencernaan Saluran penafasan Sistem kardiovaskular Ginjal Peningkatan kelenjar ludah, kelenjar air mata, berkeringat, miosis, ptosis, penglihatan kabur, konjunctiva merah, air mata berdarah. Mual, muntah, sakit tulang belakang, diare, buang air tidak menentu, pembengkakan dan kram, tenesmus. Excessive bronchial secretion, rhinorrhea, wheezing, pembengkakan, dada tertekan, bronckospasms, bronkokontriksi, batuk, bradypnea, dyspnea Detak jantung menurun, penurunan tekanan darah, kekejangan otot bronkus, bronkokontriksi, batuk, bradypnea, dyspnea. Frekuensi pengeluaran urin tidak kontinyu Saraf otonom parasimpatetik dan simpatetik nikotinik, Saraf somatikmotorik nerve fibers nikotinik Sistem kardiovaskular Otot rangka Takikardi, pallor, tekanan darah meningkat. Fasikulasi otot kelopak mata wajah yang kaku kram, penurunan reflek pada tendon, kelemahan pada otot, pada perifer dan paralisis otot pernafasan, kaku dan lemas, tidak tenang, reaksi motorik secara umum pada stimuli akustik tremor, emosi labil, dan atakxia Otak reseptor asetilkoline Sistem saraf pusat Mengantuk, lemah, binggung, tidak dapat konsentrasi, sakit kepala, tekanan pada kepala, kelemahan menyeluruh, coma, tanpa reflek, tremor, dispnea, konvulsi, depresi pada pusat pernafasan, sianosis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Insektisida Karbamat Zat ini juga bekerja menghambat AchE dengan mekanisme seperti pada insektisida organofosfat, tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih reversibel dari pada efek insektisida organofosfat. Selain itu toksisitas karbamat muncul lebih cepat, juga rentang dosis yang menyebabkan efek toksik minor dan efek letal cukup besar Lu, 1995. Insektisida karbamat diabsorpsi pada kulit dan membran mukosa, serta baik diabsorbsi pada inhalasi dan ingesti Goldfrank’s. dkk, 2002. c. Insektisida organoklorin Insektisida ini memberikan rangsangan reflek secara lengkap serta konsisten mengenai neuron perifer pada interneuron dalam spinal cord, dengan mengikuti percabangan dan hubungan antar atas dan bawah CNS dan interaksi dengan saraf motorik Curtis, 2001. Gejala-gejala yang dapat muncul akibat pemaparan insektisida organklorin dijelaskan pada tabel II. Tabel II. Gejala-gejala keracunan akut dan kronis akibat organoklorin menurut Echobichon dalam Ruchirawat dan Shank cit Soemirat, 2003 Kelas Insektisida Gejala Akut Gejala Kronis Diklorodifenilaten Paresthesia, ataksia, berjalan tidak normal, pusing, sakit kepala, mual, lemah, letargi, tremor Kehilangan berat badan, napsu makan berkurang, kurang darah, tremor, otot lemah, hipereksitabilitas, cemas tekanan saraf Heksaklorosiklohexane Siklodin Pusing, mual, sakit kepala, motor hipereksitabilitas, hiperreflexia, kejang otot, rasa sakit menyeluruh, kejang- kejang, umumnya sawan Pusing, sakit kepala, hipereksitabilitas, hiperreflekxia, kejang otot, psikologis, termasuk insomia, cemas, iritabilitas, kehilangan kesadaran, epilepsi, sawan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Toksisitas organoklorin dan piretroid terfokus pada neurotoksin di otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. d. Piretroid Insektisida ini dibedakan menjadi dua golongan yaitu piretroid alam atau insektisida alami dan piretriod sintetik yang merupakan sintesis ester. Piretroid merupakan racun saraf dan gejala yang ditimbulkan akibat piretroid adalah parestesia kebal, kesemutan pada kulit, eksitasi saraf, tremor, konvulsi, paralisis, dan kematian Soemirat, 2003. Gambar 6. Mekanisme kerja masing-masing insektisida Soemirat, 2003. 2 Herbisida Prinsip kerja dari pestisida ini adalah bahwa tanaman dibasmi oleh suatu dislokasi menyeluruh pada proses pertumbuhannya, umumnya bekerja secara sistemik menghambat perkembangan sel Curtis, 2001. Pada umumnya herbisida menunjukkan toksisitas yang rendah pada vertebrata. Herbisida berupa asam kuat, amin ester atau fenol yang dapat menimbulkkan iritasi pada kulit, bentuk merah pada kulit dan dermatitis Soemirat, 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Fungisida Fungisida biasanya menyebabakan efek akut terhadap manusia dengan LD 50 : 800 – 1000 mgkg berat badan. Bila terpapar oleh fungisida melalui kulit, maka akan terjadi iritasi dan dermatitis. Kebanyakan fungisida dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, selaput lendir, membran mata, dan hidung. Semua fungisida bersifat sitotoksik, dan karena mutagenik, maka dapat menyebabkan mutasi, kanker dan teratogenik Soemirat, 2003.

2. Risiko bagi konsumen