25 tingkat toksisitas rendah dan sangat jarang dihubungkan dengan kematian akibat
kecelakaan atau kesengajaan pengonsumsian atau adanya reaksi yang merugikan Rainsford, 2009.
Ibuprofen memiliki bobot molekul 206,28082 gmol Pubchem, 2015. Titik leleh ibuprofen sebesar 77-78°C Santa Cruz Biotechnology, 2016
Ibuprofen memiliki nilai pKa sebesar 5,2 Rainsford, 2015 dan nilai logP sebesar 3,97 Pubchem, 2016. Ibuprofen sukar larut dalam air yaitu sebesar 21 mgL,
namun dapat larut pada beberapa solven organik Pubchem, 2016. Ibuprofen larut dalam etanol, dengan kelarutan sebesar 25 mgmL. Selain itu, ibuprofen juga larut
dalam klorofom 1:1, eter 1:2, aseton 1:1,5, larutan alkali hidroksida dan karbonat, diklorometan, metanol 50 mgmL, dan juga etil asetat Santa Cruz
Biotechnology, 2016.
Gambar 1. Struktur Molekul Ibuprofen Bushra Aslam, 2010
Ibuprofen merupakan obat golongan
non-steroidal anti-inflammatory drugs
NSAIDs yang bekerja secara tidak selektif pada enzim
cyclooxygenase
-1 COX-1 dan COX-2. Meskipun sifat anti inflamasinya lebih rendah dari NSAIDs
lainnya, ibuprofen memiliki kemampuan menonjol pada sifat analgesik dan anti piretiknya. Penghambatan enzim COX oleh ibuprofen mengakibatkan
terhambatnya sistesis prostaglandin PGE
2
. Prostaglandin memiliki peran penting dalam memproduksi rasa nyeri, inflamasi, dan demam Bushra Aslam,
2010. Adanya PGE
2
juga dapat secara signifikan meningkatkan regulasi ekspresi MMP-9 Yen
et al.
, 2008.
2.4 Sediaan Penyembuh Luka
Penyembuhan luka yang efektif tergantung pada pengertian dari berbagai faktor seperti tipe luka yang akan diobati, proses penyembuhan luka, kondisi
kesehatan pasian misalnya pasien menderita diabetes, keadaan lingkungan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 sosial, serta sifat fisika kimia dari pembalut luka yang tersedia. Secara umum,
sifat fisika dari pembalut luka topikal adalah permeabilitas dari kelembaban, afinitas cairan, penyerapan air, sifat reologi kekuatan peregangan, elastisitas,
serta sifat kompresif dan bioadhesif Boateng et al., 2008. Sediaan penyembuh luka harus memiliki beberapa sifat. Sediaan
penyembuh luka harus dapat melindungi luka dari infeksi bakteri, mengontrol kehilangan air dan mencegah dehidrasi, mengontrol permeabilitas oksigen dan
karbondioksida, mengabsorbsi eksudat, dan meningkatkan penyembuhan luka. Sebagai tambahan, sediaan penyembuh luka harus mengandung bahan yang non-
toksik, non-imunogenik, fleksibel, tahan lama, dan nyaman ketika digunakan Kirker, Luo, Nielson, Shelby, Prestwich, 2002.
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak macam pembalut luka yang memiliki target pada penyembuhan luka yang berbeda satu sama lain.
Pembalut luka tersebut dapat diklasifikasikan sesuai fungsi, bahan penyusun sediaan, dan bentuk fisik dari sediaan. Kegunaan setiap jenis pembalut luka
tergantung pada tipe luka, keadaan kesehatan pasien, dan tahap proses penyembuhan luka yang menjadi target Kofuji
et al.
, 2010.
2.5 Sediaan
Hydrocolloid
Hydrocolloid matrix
merupakan sediaan pengelola luka yang diperoleh dari bahan koloidal agen pembentuk gel yang dikombinasikan dengan bahan lain
seperti elastomer dan adhesif. Sediaan ini sangat berguna secara klinis karena dapat melekat pada sisi yang lembab maupun kering.
Hydrocolloid matrix
dapat digunakan pada luka eksudat ringan hingga moderat, dan juga pada pengelolaan
ulkus kaki. Sediaan ini impermeabel terhadap uap air, namun dalam menyerap eksudat luka terjadi perubahan fisik dengan pembentukan gel yang akan menutupi
luka. Sediaan ini akan menjadi lebih permeabel terhadap air dan udara dalam wujud gel. Sediaan
hydrocolloid matrix
juga tidak menyebabkan rasa sakit saat dilepaskan dari tempat luka Boateng
et al.
, 2008. Material
hydrocolloid
pada sediaan didesain bersifat oklusif, dapat menjebak eksudat dan juga dapat menghidrasi luka Hilton
et al.
, 2004. Ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI