anggur menjadi biru. Reaksi umum yang terjadi dari penetapan kesadahan dengan metode titrasi kompleksometri adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh peneliti, nilai kesadahan yang didapatkan adalah sebesar 53 ppm. Berdasarkan ketentuan kesadahan yang
ditetapkan oleh Lukito dan Prayugo 2007, nilai kesadahan yang cocok untuk kehidupan lobster dan pertumbuhan adalah sebesar 100-200 ppm. Dapat
disimpulkan bahwa nilai kesadahan dalam air yang digunakan tidak sesuai dengan kriteria, tetapi air masih dapat digunakan karena setelah dilakukan orientasi
kehidupan, lobster mampu beradaptasi dengan air yang digunakan. Dengan nilai kesadahan yang kurang dari kisaran 100-200 ppm menyebabkan salah satu faktor
kurang optimum nya pertumbuhan lobster, tetapi hal ini dapat diatasi dengan adanya perlakuan yang sama pada masing-masing kelompok, sehingga dapat
meminimalkan bias pada penelitian.
3. Penetapan Dissolve Oxygen DO
DO merupakan oksigen yang terlarut di dalam air. Lobster air tawar memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm Lukito dan Prayugo, 2007.
Untuk mendapatkan nilai DO digunakan alat DO meter. Prinsip kerja alat DO meter adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang
direndam dalam larutan elektrolit, difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen. Dalam penelitian ini didapatkan
hasil seperti pada Tabel VI. Sebelum dilakukan aerasi nilai DO yang didapatkan adalah sebesar 7,9 dan setelah di lakukan aerasi selama 24 jam nilai DO menjadi
8,3. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan penambahan aerasi dapat menambah nilai DO. Berdasarkan nilai DO tersebut dapat dikatakan bahwa air yang
digunakan sudah masuk dalam kriteria yang disebutkan oleh Lukito dan Prayugo 2007. Selama perlakuan dalam penelitian ini dilakukan penambahan aerasi agar
kadar oksigen terlarut tetap terjaga.
4. Suhu
Secara umum lobster air tawar telah beradaptasi untuk hidup pada kisaran suhu tertentu. Pertumbuhan lobster air tawar akan dapat dicapai bila
dipelihara pada suhu 25 - 29 C Lukito dan Prayugo, 2007. Dalam penelitian ini
suhu yang terukur setelah aerasi 24 jam adalah sebesar 25,5; sesuai dengan kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan lobster yang disebutkan oleh Lukito dan
Prayugo 2007. Hal ini dapat disebabkan karena peneliti menjaga lokasi pemeliharaan agar tidak terpapar sinar matahari langsung yang dapat mengubah
suhu air.
5. Penetapan Ion Klor
Penetapan ion klor dilakukan secara kualitatif yaitu dengan melakukan penambahan larutan perak nitrat. Dengan penambahan larutan perak nitrat akan
terjadi kabut berwarna putih jika air mengandung ion klor. Penetapan ini dilakukan seara kualitatif karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat
keberadaan ion klor di dalam air sumur yang nantinya akan digunakan untuk pemeliharaan lobster. Berikut adalah reaksi pembentukan endapan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel VI, diketahui bahwa air yang digunakan untuk pemeliharaan yaitu air sumur mengandung ion klor. Menurut
Lukito dan Prayugo 2007, berbagai laporan menunjukan bahwa lobster air tawar muda sensitif terhadap klorin tinggi, sehingga saat ingin menggunakan air untuk
pemeliharaan diharapkan untuk menuarkan air terlebih dahulu. Dalam penelitian tidak dilakukan penghilangan kandungan klor dalam air terlebih dahulu sebelum
air digunakan untuk pemeliharaan, hal ini disebabkan karena lobster tidak terjadi kematian pada ion klor yang ada pada air, dapat dibuktikan dengan tidak adanya
kematian pada lobster saat dibudidayakan oleh peternak lobster. Lobster yang digunakan di dapat dari peternak lobster, berdasarkan hasil pengamatan jika
lobster mampu beradaptasi dan bertahan hidup pada air peternak lobster yang mengandung ion klor, maka dapat disimpulkan bahwa lobster juga mampu
beradaptasi dengan ion klor dari air sumur yang digunakan untuk pemeliharaan. Dari hasil penetapan ion klor pada Tabel III juga dapat diketahui bahwa
sedimen yang digunakan mengandung ion klor. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan akuabides yang awalnya tidak mengandung ion klor yang
ditandai dengan ketidakmunculan kabut, menjadi berkabut ketika ditambahkan sedimen. Dari data pengamatan ini, dapat disimpulkan bahwa keberadaan ion klor
dalam pemeliharaan tidak dapat dihindari.
Tabel III. Hasil penetapan ion klor
Sumber Air Keberadaan Kabut
Intensitas
Air kos sumur Ada
++ Air peternak lobster
Ada ++
Akuabides Tidak ada
- Akuabides + sedimen
Ada +
B. Pembuatan Pakan