Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying

Secara umum, impulsive buying dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. a. Faktor Eksternal Faktor eksternal impulsive buying merujuk pada isyarat pemasaran atau rangsangan yang ditempatkan dan dikendalikan oleh pemasar dalam upaya untuk memikat konsumen dalam perilaku pembelian Youn dan Faber, 2000. Stimulis eksternal terkait dengan belanja dan lingkungan pemasaran. Lingkungan toko seperti ukuran toko, suasana, dan desain, sementara lingkungan pemasaran adalah berbagai aktivitas penjualan dan iklan. Impulsive buying dapat diinduksi ketika seorang konsumen bertemu dengan rangsangan visual yang relevan dalam lingkungan ritel, atau rangsangan promosi Piron, 1991. Impulsive buying dianggap sebagai skenario belanja dengan promosi penjualan yang inovatif, pesan yang kreatif dan penggunaan teknologi yang tepat di ritel toko-toko Schiffman, 2010. Berbagai rangsangan dalam toko baik secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi pelanggan. Suasana toko yang dipengaruhi oleh atribut seperti pencahayaan, tata letak, presentasi barang yang akan dijual, lantai, warna, suara, bau, pakaian dan tenaga pelayanan. Lingkungan toko yang menyenangkan sangat merangsang dan menyebabkan peningkatan impulsive buying Hoyer dan MacInnis, 1999. Penampilan produk dan adanya musik juga berpengaruh secara eksternal pada pelanggan Verplanken dan Herabadi, 2001. Xu 2007 menyatakan bahwa lingkungan toko mempengaruhi kondisi emosional konsumen yang dapat menyebabkan impulsive buying dalam toko. Rook dan Hoch 1985 menekankan bahwa impulsive buying benar-benar dimulai dengan sensasi dan persepsi konsumen yang didorong oleh stimulus eksternal, dan diikuti oleh dorongan tiba-tiba untuk membeli saya lihat saya ingin membeli. Mattila dan Wirtz 2008 menemukan bahwa rangsangan lingkungan toko mempengaruhi secara positif perilaku pembelian impuls terutama ketika lingkungan toko dianggap sebagai over-stimulating hormone kegembiraan dan stimulasi. Rangsangan di lingkungan ritel toko cenderung mempengaruhi emosi konsumen Donovan dan Rossiter, 1982, yang merupakan variabel lain yang ditemukan untuk mempengaruhi impulsive buying Rook 1987; Zhou dan Wong 2003. Baumeister 2002 berpendapat bahwa gairah yang tinggi dan overstimulasi mengurangi regulasi diri dan juga cenderung mengurangi kemampuan orang berpikir melalui tindakan mereka yang selanjutnya dapat meningkatkan peluang impulsive buying. Gupta dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013 menyatakan bahwa pada ukuran toko-toko besar, display produk dan harga produk yang menjadi rangsangan utama dalam toko. Pada ukuran toko-toko kecil, harga produk merupakan faktor utama yang menarik impulsive buying. Merchandise ritel langsung memotivasi konsumen untuk membeli suatu produk. Kegiatan merchandising bertindak sebagai salesman yang diam di ritel outlet Muruganantham dan Kaliyamoorthy, 2005. Hulten Vanyushyn 2011 juga mengamati bahwa pembeli yang impulsif memberikan perhatian lebih pada display di dalam toko. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi munculnya impulsive buying adalah lingkungan seperti lingkungan toko dan lingkungan pemasaran marketing, promosi penjualan, merchandise ritel, stimulus sensori, dan pelayanan toko. b. Faktor Internal Faktor internal impulsive buying menunjukkan isyarat internal pada individu dan karakteristik yang membuat seseorang terlibat dalam impulsive buying. Rangsangan internal terkait dengan kepribadian individu dibandingkan dengan lingkungan toko atau rangsangan yang diberikan. Menurut Schiffman 2008 kepribadian didefinisikan sebagai suatu organisasi yang unik dan dinamis dari karakteristik orang tertentu, fisik dan psikologis yang mempengaruhi perilaku dan tanggapan terhadap lingkungan fisik dan sosial. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan impulsive buying Rook Fisher, dalam Karbasivar Yarahmadi, 2011. Ketika seseorang hendak membeli suatu produk, orang akan memiliki nilai dan makna berbeda. Secara khusus, beberapa produk dapat berfungsi sebagai simbol, misalnya dari gaya hidup atau kepribadian tertentu Belk, Dittmar, Higgins, dalam Herabadi, Verplanken Knippenberg, 2009. Hal ini didukung oleh pendapat Rook dan Hoch dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013 yang mengatakan bahwa sesungguhnya yang mengalami impulsive buying selama berbelanja adalah orang itu sendiri dan bukan dari produk tersebut. Lain halnya dengan pendapat dari Sneath, Lacey, Kennett- Hansel dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013 mengatakan bahwa impulsive buying dapat diinduksi karena depresi dan upaya untuk meningkatkan mood. Verplanken dan Herabadi 2001 menemukan hasil yang sama dalam studi yang menyatakan bahwa impulsive buying sering dikaitkan dengan individu yang ingin melarikan diri dari persepsi negatif seperti rendah diri, perasaan negatif, atau suasana hati. Berbagai rangsangan yang dihasilkan seperti pengalaman konsumen sendiri dan emosi juga bertanggung jawab pada impulsive buying Hirschman, dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013. Weinberg dan Gottwald dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013 berpendapat bahwa impulsive buying memunculkan perasaan yang lebih besar dari hiburan, kesenangan, antusiasme, dan sukacita. Chang, Eckman, Yan, 2011 juga berpendapat bahwa konsumen yang memiliki respon emosi yang lebih positif pada lingkungan ritel lebih mungkin untuk melakukan impulsive buying. Impulsive buying atau membeli dengan sedikit atau tanpa perencanaan sebelumnya juga merupakan bentuk keterlibatan yang rendah dalam pengambilan keputusan Michael, William, Pandit, dalam Muruganantham dan Bhakat, 2013. Youn dan Faber 2000 menunjukkan bahwa impulsive buying mungkin berasal dari sifat-sifat konsumen seperti impulsif, kenikmatan berbelanja, atau kurangnya kontrol diri. Shen dan Khalifa 2012 mengamati bahwa kognisi konsumen berhubungan antara impulsive buying dan perilaku impulsif yang sebenarnya. Selain itu, Hausman 2000 berpendapat bahwa impulsive buying merupakan kebutuhan hedonis yang termotivasi oleh pencapaian yang lebih tinggi, kebutuhan yang dikelompokkan dari teori Maslow hierarki kebutuhan. Upaya tersebut untuk memenuhi urutan tertingginya kebutuhan untuk berbagai jenis perilaku impulsive buying. Sharma, Sivakumaran, Marshall 2010 mengkategorikan impulsive buying sebagai perilaku hedonis yang berhubungan dengan perasaan dan motivasi psikososial bukannya pikiran dan manfaat fungsional. Beatty dan Ferrell 1998 mengemukakan bahwa impulsive buying dikaitkan dengan stimulasi sensorik dan motivasi hedonis. Loudon dan Bitta dalam F, BS, Atamimi, 2008 juga mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi Impulsiveve buying, yaitu: a. Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau marginal, produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah dijangkau. b. Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah banyak outlet yang self service, iklan melalui media massa yang sangat sugestibel dan terus menerus, iklan di titik penjualan, posisi display dan lokasi toko yang menonjol. c. Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial demografis atau karakteristik sosial ekonomi. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi munculnya impulsive buying adalah kepribadian, emosi, kebutuhan hedonis, dan evaluasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. KEPRIBADIAN NEUROTIK 1. Definisi Kepribadian Neurotik