Aspek-aspek Impulsive Buying IMPULSIVE BUYING 1. Definisi Impulsive Buying

yang sama, Hoch dan Loewenstein dalam Muruganantham Bhakat, 2013 menjelaskan impulsive buying sebagai perjuangan antara kekuatan psikologis keinginan dan kemauan. Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa impulsive buying adalah perilaku belanja yang didorong oleh keinginan dalam diri tanpa adanya perencanaan, spontan, segera dalam melakukan pembelian dengan tidak adanya pertimbangan kegunaan dan konsekuensi dari pembelian tersebut.

2. Aspek-aspek Impulsive Buying

Perilaku impulsive buying didasari oleh dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Kedua aspek ini merupakan komponen yang muncul daari dalam diri pembeli sehingga membentuk suatu perilaku impulsive buying Verplanken Herabadi, 2009. a. Aspek Kognitif Aspek kognitif pada impulsive buying adalah ketika konsumen melakukan impulsive buying konsumen kurang atau tidak merencanakan dan mempertimbangkan konsekuensi atas pembelian yang dilakukan serta tidak memikirkan tujuan dari pembelian yang dilakukan Verplanken Herabadi, 2001. Konsumen cenderung mudah terpengaruh oleh harga produk yang ditawarkan dan keuntungan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diperoleh ketika membeli produk tersebut Verplanken, Herabadi Knippenberg, 2009. Shiv dan Fedorikhin dalam Verplanken Knippenberg, 2001 menunjukkan bahwa sumber daya kognitif yang terbatas dapat mengakibatkan konsumen membuat pilihan untuk melakukan impulsive buying. Hal ini juga diungkapkan oleh Coley 2002 bahwa proses kognitif terdiri dari tiga komponen, yaitu pertama cognitive deliberation, yaitu keadaan di mana konsumen merasakan sebuah dorongan untuk bertindak membeli tanpa adanya pertimbangan ataupun memikirkan konsekuensi dari tindakannya tersebut. Selanjutnya unplanned buying, yaitu keadaan di mana konsumen kurang atau tidak memiliki rencana yang jelas ketika berbelanja. Terakhir, disregerd for future, yaitu keadaan di mana konsumen yang melakukan impulsive buying tidak memikirkan atau mengabaikan masa depan. Sebagai contoh, ketika konsumen sedang berada di pusat perbelanjaan dan kemudian ia melihat diskon di salah satu toko, konsumen tersebut akan segera melihat produk itu dan membeli barang tersebut. Padahal sebelumnya ia sama sekali tidak merencanakan untuk membeli produk tersebut. Pada saat konsumen hendak melihat produk diskon, proses kognitif konsumen bekerja dan ketika konsumen tertarik pada salah satu produk secara tiba-tiba konsumen tersebut membeli tanpa adanya perencanaan sebelumnya. Pada saat konsumen membayar produk tersebut, proses kognitif terabaikan. Hal ini dikarenakan konsumen kurang atau tidak merencanakan dan memikirkan resiko serta tujuan dari pembelian produk tersebut Verplanken Knippenberg, 2001. b. Aspek Afektif Aspek afektif berkaitan dengan emosi, perasaan senang, gembira, dan adanya dorongan untuk yang muncul untuk segera memiliki sesuatu yang disukai tanpa adanya perencanaan sebelumnya, serta kurangnya kontrol sehingga mengakibatkan penyesalan setelah membeli Verplanken Herabadi, 2001. Ketika pembelian yang tidak terencana telah dilakukan, konsumen akan memunculkan perasaan menyesal, misalnya membuang-buang uang dengan membeli produk yang tidak bermanfaat Dittmar Drury, 2000. Menurut Coley 2002 proses afektif memiliki tiga komponen yaitu, pertama irresistible urge to buy, keinginan konsumen yang instan, dan memaksa konsumen secara terus menerus untuk segera mendapatkan produk tersebut, sehingga membuat konsumen tidak dapat menahan diri untuk memiliki produk tersebut. Kedua, positive buying emotion, keadaan suasana hati yang positif dari hasil impulsive buying yang dilakukan untuk memuaskan dirinya. Konsumen cenderung akan melakukan impulsive buying lagi untuk mempertahankan suasana hati yang menyenangkan. Terakhir, mood management, konsumen melakukan impulsive buying didorong oleh keinginan konsumen untuk mengubah atau menata perasaan atau suasana hatinya.Sebagai contoh, seorang wanita remaja yang sedang berada di pusat perbelanjaan melihat barang yang disukai, konsumen merasa ada desakan untuk segera memiliki produk tersebut sehingga dapat memuaskan hasratnya walaupun sebenarnya produk tersebut tidak memiliki manfaat bagi dirinya. Menurut Hirschman Holbrook 2009 ketika konsumen melakukan impulsive buying, konsumen akan mengabaikan aspek kognitif dan lebih mengikuti aspek afektif seperti lebih mengikuti keinginan emosional dalam Verplanken Knippenberg, 2001. Berdasarkan kedua aspek tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek impulsive buying adalah aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam impulsive buying aspek kognitif adalah konsumen yang kurang atau tidak memiliki perencanaan dalam melakukan suatu pembelian sehingga pada saat konsumen melakukan impulsive buying konsumen tidak memikirkan resiko dan tujuan dari pembelian produk tersebut. Sedangkan, aspek afektif adalah konsumen yang melakukan impulsive buying didasari atas emosi, misalnya tertarik dan menyukai pada produk, serta timbul rasa senang dan adanya desakan untuk segera memiliki produk tersebut, serta setelah membeli produk itu konsumen mengalami penyesalan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying