Asas-Asas Pemungutan Pajak Sistem Pemungutan Pajak Pajak Penghasilan

15 digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah pajak bumi dan bangunan dan bea materai. b. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas: - Pajak Daerah Tingkat I Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. - Pajak Daerah Tingkat I Kabupaten Kota, contoh : Pajak Hotel dan Restoran Pengganti Pajak Pembangunan 1. Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan. Mardiasmo, 2001 : 7

2.2.1.3. Asas-Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili asas tempat tinggal Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dan luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. b. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 16 c. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri. Mardiasmo, 2001 : 8.

2.2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: 1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus 2. Wajib pajak bersifat pasif 3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: 17 1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. 2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. 3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga pihak lain fiskus dan wajib pajak. Mardiasmo, 2001 : 9

2.2.1.5. Tarif Pajak

Ada 4 macam tarif pajak: 1. Tarif sebanding proporsional Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh: Untuk penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10. 18 2. Tarif Tetap Tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang tertuang tetap. Contoh: Besarnya tarif bea materal untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp. 6.000. 3. Tarif Progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh: Pasal 17 UU PPh Tahun 2000 Lapisan penghasil kena pajak Tarif - Rp 2.000.000 Sampai dengan Rp. 25.000.000- 10 - Di atas Rp. 25.000.000,- 15 - Di atas Rp. 50.000.000,- 30 Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi menjadi 3, yaitu : a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar b. Tarif progresif tetap: kenaikan prosentase tetap c. Tarif progresif degresif : kenaikan prosentase semakin kecil 19 Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 Undang-Undang tersebut di atas termasuk progresif progresif. 4. Tarif degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar Mardiasmo, 2001 : 11.

2.2.2. Hubungan Tarif Pajak dengan Penerimaan Pajak

Pembangunan ekonomi mempunyai hubungan timbal balik dengan penerimaan pajak dalam perekonomian suatu negara. Artinya kedua hal tersebut dalam kenyataannya akan saling mempengaruhi. Menurut kelompok aliran sisi penawaran, perubahan tarif pajak mempengaruhi tingkat harga, pilihan alokasi sumber daya dan aktifitas ekonomi. Dalam perekonomian tertutup pemerintah tidak dapat melaksanakan kewajiban penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat bila tarif pajak rendah. Oleh karena itu tarif pajak harus dinaikkan. Tetapi jika tarif pajak dinaikkan maka akan berakibat negatif. Bila tarif pajak naik maka harga- harga akan naik, jika harga-harga naik maka tabungan akan turun dan investasi juga akan turun sehingga secara keseluruhan maka kegiatan produksi juga akan menurun. 20 Hubungan tarif pajak dengan penerimaan pemerintah dinyatakan oleh Arthur Laffler dalam suatu kurva yang dinamakan Kurva Laffler. Sumber: Nopirin, 1996. Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi I. BPFE-UGM Yogyakarta. hal. 159 - Kurva Laffler memotong sumbu horizontal tarif pajak pada titik 0 dan 100 Artinya apabila tarif pajak adalah 0 tidak ada pajak maka penerimaan pemerintah dari pajak juga nol. Sama halnya apabila tarif pajak sebesar l00 maka tidak ada orang yang mau bekerja sebab semua penghasilannya untuk membayar pajak sehingga peneriamaan pemerintah dari pajak juga nol. Kenaikan pajak dari 0 akan menaikkan penerimaan pajak sampai suatu tarif pajak tertentu pada T kemudian naiknya tarif pajak akan diikuti dengan penurunan penerimaan pajak titik T tidak mesti pada tarif pajak 50. Alasan pertama naiknya tarif pajak mungkin 21 menyebabkan orang lebih menyukai menganggur daripada bekerja sehingga kenaikan penerimaan pajak diimbangi dengan kerugian penerimaan yang lebih besar sebagai akibat turunnya penawaran tenaga kerja serta produktivitas pada titik A sebaliknya dengan menurunnya tarif pajak penerimaan pajak dapat naik.

2.2.2.1. Pajak Penghasilan

Undang-Undang Pajak Penghasilan PPh mengatur pajak atas penghasilan laba yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun laba perusahaan. Undang-Undang Pajak Penghasilan PPh mengatur cara menghitung dan cara melunasi pajak yang terutang. Dengan demikian Undang-Undang Pajak Penghasilan PPh menjamin kepastian hukum. Undang-Undang Pajak Penghasilan PPh juga lebih memberikan fasilitas kemudahan dan keringanan bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Undang-Undang Pajak Penghasilan PPh menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.

2.2.2.2. Subyek Pajak dan Wajib Pajak