Kandungan Empon-empon Fermentasi TINJAUAN PUSTAKA

memiliki kemampuan menyerap hara terutama melalui akar namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara, oleh sebab itu pupuk cair dapat disemprotkan pada daun. Keuntungan dari penggunaan pupuk organik cair, kita dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman Yuliarti, 2009.

C. Kandungan Empon-empon

Empon-empon adalah sekumpulan akar tanaman yang menjadi rempah dan berperan penting dalam perawatan kesehatan. Termasuk dalam empon- empon meliputi jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, dan beberapa lainnya. Tanaman ini amat identik dengan nusantara, dan semakin diakui nilai dan khasiat kesehatannya terutama setelah masyarakat modern semakin melihat cara hidup sehat sebagai bagian dari peradaban. Jahe Zingiber officinale merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Kandungan bahan aktif jahe antara lain : minyak astiri 2 – 3, zingberin, kamfen, borneol, sineol, zingiberol, geranipl, gingerin, gingerol, umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Lengkuas atau laos Alpinia galanga merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Di dalam rimpang lengkuas terdapat banyak sekali senyawa yang penting dan salah satunya yaitu kandungan senyawa minyak atsiri, amilum, minyak alpinen, metil cinnamic acid, kamfer, eugenol. Kandungan bahan aktif yang terdapat dalam kunyit Curcuma domestica Val. antara lain : kurkumin, minyak astiri, phellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingiberene, turmeron, camphene, camphor, caprylic acid, methoxinnamic acid, dan zat warna alkaloid curcumid. Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam rimpang kencur Kaempferia galanga L. adalah pati 4,14, mineral 13,73, minyak astiri 0,02 berupa sineol, asam metal kanil, penta dekaan, ethyl aster, asam sinamat, borneol, camphene, asam anisat dan alkaloid Muhlisah, 1999.

D. Fermentasi

Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme anaerob yang tidak memerlukan oksigen yang mampu mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke substrat organik Rahman,1989. Selanjutnya Winarno 1990 mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Joo 1990 melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang baik tetapi juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi. Studi tentang jenis bakteri yang berperan dalam fermentasi anaerob telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligat yang merespon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaan Joo, 1990. Reaksi pembentukan metana Price and Paul, 1981 dari bahan – bahan organik yang dapat terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi yang banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah dicerna oleh bakteri anaerob dapat dilihat pada reaksi berikut: . Gambar 2.2 Reaksi kimia yang terjadi pada fermentasi Sebagai salah satu potensi dalam bidang peternakan, maka perlu melihat peluang-peluang dari produk-produk peternakan yang dapat digunakan. Salah satu peluang, yang dapat digunakan yaitu kotoron dan limbah urin sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair organik. Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya pertanian. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah urin diproses fermentasi menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan limbah urin biourine sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu pendapatan bagi peternak Hannayuri, 2011. Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair tidak merusak humus tanah walaupun seringkali digunakan. Menurut Rachman 2002 pupuk kandang cair adalah pupuk yang baik sebagai sumber hara tanaman. Melalui pengumpulan pupuk cair yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat digunakan dengan harga murah. Kandungan hara yang terdapat pada kotoran ternak cair dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Jumlah unsur hara kotoran ternak cair. Jenis Kandungan Hara N P K Ca Hg Na Fe Mn Zn Cu Cr Sapi 1,1 0,5 0,9 1,1 0,8 0,2 5726 344 122 20 6 Babi 1,7 1,4 0,8 3,8 0,5 0,2 1692 507 624 510 25 Ayam 2,6 3,1 2,4 12,7 0,9 0,7 1758 572 724 80 17 Sumber : Rachman, 2002. Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk organik cair memang lebih bau dibandingkan pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki berbagai keunggulan. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu terdiri dari nitrogen N, fosfor P, dan kalium K. Nitrogen digunakan untuk pertumbuhan tunas dan batang dan daun. Fosfor P digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar, buah, dan biji. Sementara kalium K digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit Setiawan, 2007.

E. Penelitian Relevan