penerima pesan, atau konteks lain dari data yang diteliti Zuchdi, 1993: 75. Validitas ini dilakukan dengan pembacaan secara teliti sehingga diperoleh
interpretasi yang tepat. Reliabilitas berfungsi sebagai penyelamat utama dalam menghadapi
kontaminasi data ilmiah akibat penyimpangan tujuan pengamatan, pengukuran, dan analisis Zuchdi, 1993: 78. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
reliabilitas
intra-rater
yaitu peneliti membaca dan menganalisa data secara berulang-ulang dalam waktu berbeda sehingga ditemukan data yang reliabel.
Selain itu, untuk menghindari subjektivitas, peneliti melakukan konsultasi dan diskusi dengan ahli
expert judgement
agar tercapai reliabilitas yang akurat. Dalam hal ini peneliti akan melakukan konsultasi dengan seorang pembimbing
yaitu dengan Ibu Dra. Alice Armini, M.Hum.
37
BAB IV ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK
ROMAN
CES ENFANTS DE MA VIE
KARYA GABRIELLE ROY A.
Analisis Unsur-unsur Intrinsik
Roman
Ces enfants de ma vie
terbagi dalam enam cerita. Setiap cerita akan dilakukan analisis struktural yang meliputi alur, penokohan, latar, dan tema,
serta keterkaitan antarunsur intrinsik.
1. Unsur-Unsur Intrinsik dalam Cerita
Vincento
Berikut adalah analisis struktural roman
Ces enfants de ma vie
bagian pertama yang berjudul
Vincento
. a.
Alur cerita
Vincento
Berikut adalah fungsi utama cerita
Vincento.
1 Penantian tokoh aku di kelas sebelum murid-muridnya berdatangan
2 Kedatangan Vincento dan ayahnya yang terlambat
3 Penolakan Vincento untuk masuk ke dalam kelas
4 Usaha sang ayah meyakinkan Vincento agar mau masuk ke dalam kelas
5 Reaksi Vincento ketika ditinggal sang ayah
6 Keputusan tokoh aku untuk melanjutkan kegiatan belajar
7 Ajakan tokoh aku kepada Vincento untuk mengikuti kegiatan belajar
8 Penolakan Vincento atas ajakan tokoh aku
9 Reaksi tokoh aku atas penolakan Vincento: kemarahan tokoh aku kepada
Vincento
10 Perubahan sikap Vincento yang menjadi akrab
Tahap penyituasian awal cerita
Vincento
dimulai dengan penantian tokoh aku di depan kelas untuk menyambut kedatangan murid-muridnya di tahun ajaran
baru. Hari itu merupakan hari pertama tokoh aku mengajar dan juga hari pertama bagi murid-murid memasuki dunia sekolah. Cerita berlanjut memasuki tahap
pemunculan konflik dengan hadirnya Vincento dan ayahnya yang datang terlambat. Vincento adalah anak yang sangat nakal dan tidak bisa diatur. Tokoh
aku bersama sang ayah harus membujuk bahkan memaksa Vincento untuk tetap tinggal di dalam kelas. Pemaksaan ini merupakan awal munculnya konflik
sebelum menuju klimaks. Konflik yang terjadi semakin memuncak ketika sang ayah meninggalkan Vincento seorang diri di dalam kelas. Melihat hal itu,
Vincento semakin berupaya untuk lepas dari cengkraman tokoh aku. Meskipun akhirnya bebas, usaha kabur Vincento gagal dikarenakan pintu kelas telah dikunci
oleh tokoh aku. Tokoh aku kemudian melanjutkan kegiatan pembelajaran bersama murid-
muridnya dengan membiarkan Vincento menangis terisak di pojok kelas. Sebagai wujud penolakan dan ketidaksukaan, Vincento tidak menghiraukan bahkan
menolak ajakan tokoh aku untuk belajar bersama. Penolakan tersebut menjadikan masalah mencapai tahapan klimaks. Pencapaian klimaks tersebut tergolong cepat
karena pengarang tidak banyak menggunakan kala
imparfait
di dalam penceritaannya. Tokoh aku pun bereaksi tegas terhadap penolakan Vincento.
“C’est bon, dis
-
je, on n’a pas besoin de toi, et j’allai m’occuper des
autres enfants...
” p. 15 “Baik kalau begitu, kataku. Kita tidak butuh orang seperti kamu. Aku akan
mengurusi anak- anak yang lain...” hal. 15
Perkataan tokoh aku kepada Vincento menyebabkan permasalahan yang ada bergerak menuju tahap selanjutnya. Permasalahan mencapai tahap
penyelesaian saat terjadi perubahan sikap Vincento kepada tokoh aku yang menjadi akrab setelah jam istirahat usai. Permasalahan ketidakharmonisan
hubungan antara tokoh aku dan Vincento pun akhirnya ditutup dengan keakraban diantara keduanya.
Cerita
Vincento
termasuk dalam kategori
récit réaliste
karena pengarang melukiskan cerita dengan menggunakan tempat, waktu, dan lingkungan sosial
sesuai kenyataan. Penceritaan terjadi di dalam kelas di sebuah sekolah di desa imigran Saint-Boniface, Kanada. Dilihat berdasarkan urutan alur yang telah
dipaparkan, cerita
Vincento
memiliki alur progresif atau alur maju karena cerita berjalan sesuai kronologis waktu. Cerita dimulai dari pagi hari di tahun ajaran
baru dan selesai saat waktu istirahat siang usai. Hubungan antartokoh yang terdapat cerita
Vincento
dapat digambarkan dalam skema aktan sebagai berikut.
A : Ayah Vincento
Op : Ketidakpercayaan diri
Vincento Bahasa
B : Keberhasilan
Vincento D1 :
Kecintaan dan kepedulian kepada
murid-murid D2 :
Vincento
Gambar 5 : Skema aktan cerita
Vincento
Berdasarkan skema di atas, penggerak jalannya cerita adalah rasa cinta dan kepedulian tokoh aku terhadap murid-muridnya. Kepedulian dan kecintaan itu
mendorong tokoh aku sebagai subjek untuk mendapatkan objek berupa keberhasilan murid tokoh aku bernama Vincento yang juga berperan sebagai
destinataire.
Namun, usaha tokoh aku untuk mewujudkan objek tidaklah mudah. Ketidakpercayaan diri Vincento menyulitkan tokoh aku untuk mendekatinya.
Ditambah keterbatasan bahasa yang dikuasai Vincento dan tokoh aku menyebabkan semakin sulitnya pencapaian objek. Meskipun demikian, terdapat
pihak yang mendukung tokoh aku agar ia memperoleh tujuannya, yaitu ayah Vincento. Ayah Vincento memaksa anaknya untuk tetap masuk ke dalam kelas
walaupun mereka datang terlambat. Meskipun bekerja sebagai tukang gali yang tidak berpendidikan, ayah Vincento sadar akan pentingnya pendidikan yang bisa
membawa keberhasilan bagi putranya. S :
Tokoh aku