Jumlah Pemilikan Sertifikat I SPP I nternational Sew age Pollution Prevention

N O P Q R STUV WX Y UZ X [ V \ ] V U Z RV U_ ` a u \ b Z \ N Z u X c Z _ ` \ de f d Bab III Akuntabilitas Kinerja Ditjen Hubla Tahun 2012 ggg - 63 87,23 artinya dari target yang ditetapkan sebesar 1.527 sertifikat maka realisasi sertifikat yang diterbitkan hanya sebesar 1.332 sertifikat. Sertifikat SNPP diwajibkan untuk kapal yang berlayar dalam negeri untuk kapal tangki minyak dibawah 150 GT dan untuk kapal bukan tangki minyak dengan ukuran dibawah 400 GT. Saat ini I ndonesia sudah meratifikasi MARPOL Annex I dengan Kepres 46 tahun 1986.

35. Jumlah Pemilikan Sertifikat Bahan Cair Beracun Noxius Liquid Substance

Pada table di atas menunjukkan bahwa jumlah sertifikat NLS yang dikeluarkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,03 atau 3 sertifikat apabila dibandingkan dengan tahun 2011. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2012 maka prosentase pencapaian sebesar 79,85 artinya dari target yang ditetapkan sebesar 134 sertifikat maka realisasi sertifikat yang diterbitkan hanya sebesar 107 sertifikat. Sertifikat NLS diwajibkan untuk kapal tangki kimia dengan semua ukuran. Saat ini I ndonesia sudah meratifikasi MARPOL Annex I dengan Kepres 46 tahun 1986

36. Jumlah Pemilikan Sertifikat I SPP I nternational Sew age Pollution Prevention

Pada table di atas menunjukkan bahwa jumlah sertifikat I SPP yang dikeluarkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 36,77 atau 82 sertifikat apabila dibandingkan dengan tahun 2011. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2012 maka prosentase pencapaian sebesar 124,49 artinya dari target yang ditetapkan sebesar 245 sertifikat maka realisasi sertifikat yang diterbitkan sebesar 305 sertifikat. Saat ini I ndonesia baru meratifikasi Annex I I I –VI MARPOL dengan Perpres 46 tahun 2012 jadi sertifikasi pada awalnya masih bersifat voluntary belum mandatory wajib h i j k l mnop qr s ot r u p v w p o t x lp oy z { u v | t v h t u r } t y z v ~ € ~ Bab III Akuntabilitas Kinerja Ditjen Hubla Tahun 2012  - 1

BAB I I I AKUNTABI LI TAS KI NERJA

DI TJEN HUBLA TAHUN 2012

3.1 Pengukuran Capaian Kinerja

Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dimaksud merupakan hasil dan suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampaknya. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan. Untuk melakukan pengukuran kinerja diperlukan indikator kinerja, yang bersifat kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Karenanya indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur untuk digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai atau berfungsi. Pengukuran tersebut merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator -indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak.