B. Telinga Kiri
Tabel 4.19. Rata-rata Gangguan Pendengaran Kiri Sebelum dan Sesudah Variabel Rata-rata
Sebelum 2,00
Sesudah 2,12 Pvalue 0,265
Pada tabel 4.15. kelompok kontrol sebelum nilai rata-rata gangguan pendengaran sebesar 2,00 dan sesudah 3 bulan mengalami peningkatan menjadi
2,12. Setelah diuji dengan menggunakan uji t berpasangandependen hasilnya tidak bermakna karena nilai p = 0,265 atau p value 0,05 artinya tanpa intervensi
kebijakanperaturan APP, pelatihan APP dan pengawasan APP dapat meningkatkan gangguan pendengaran.
Jika dilihat nilai rata-rata gangguan pendengaran pada pekerja pabrik kelapa sawit untuk kedua kelompok sebelum dan setelah intervensi, maka masing- masing
kelompok menunjukkan angka yang berbeda, seperti pada gambar 4.1. berikut ini:
0.5 1
1.5 2
2.5
Perlakuan Kontrol
Variabel Sebelum
Intervensi Sesudah
Intervensi Selisih
Gambar 4.1 Grafik Nilai Rata-Rata Gangguan Pendengaran
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar diatas terlihat bahwa kedua kelompok menunjukkan selisih gangguan pendengaran, untuk kelompok perlakuan dengan kebijakanperaturan
APP, pelatihan APP dan pengawasan penggunaan APP memiliki selisih rata-rata untuk telinga kanan sebesar 0,4 telinga kiri sebesar 0,48, sedangkan pada kelompok
kontrol tanpa kebijakan APP,pelatihan APP dan pengawasan penggunaan APP selisih untuk telinga kanan 0,80 telinga kiri 0,120. Jadi kelompok perlakuan
memiliki selisih yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada pengaruh kebijakanperaturan APP, pelatihan APP dan
pengawasan penggunaan APP terhadap gangguan pendengaran. Dengan kata lain intervensi dengan kebijakanperaturan APP, pelatihan APP dan pengawasan
penggunaan APP dapat menurunkan gangguan pendengaran pada pekerja pabrik kelapa sawit PT. A.T di Kabupaten Langkat
4.4. Analisa Multivariat
Analisa multivariat mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen kebijakanperaturan, pelatihan dan pengawasan APP terhadap variabel
dependen gangguan pendengaran secara bersamaan. Uji statistik yang digunakan
pada analisis multivariat ini adalah uji regresi linier berganda.
Dari hasil analisis regresi linear berganda pengaruh kebijakan, pelatihan dan pengawasan APP terhadap gangguan pendengaran telinga kanan diperoleh sebuah
persamaan linear yaitu: Y= 1,299 - 0,097KP - 0,027PS - 0,147P. Berdasarkan hasil pengolahan data juga diperoleh bahwa variabel yang paling berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap penurunan gangguan pendengaran telinga kanan adalah pelatihan p = - 0,147. Pada telinga kiri diperoleh persamaan Y= 6,29 - 0,147KP - 0,032PS -
0,176P. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap gangguan pendengaran pada telinga kiri adalah pelatihan p = 0,176.
Tabel 4.20. Variabel penelitian yang paling mempengaruhi terhadap
gangguan pendengaran pekerja PKS PT.A.T. Kabupaten Langkat
No Variabel
Nilai B Nilai P
1 Kebijakan Peraturan
Telinga kanan Telinga kiri
0.097 0.147
0.045 0.003
2 Pelatihan Telinga kanan
Telinga kiri 0.147
0.176 0.033
0.047 3 Pengawasan
Telinga kanan Telinga kiri
0.027 0.032
0.046 0.030
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Kebijakan Peraturan APP
Kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan merupakan suatu perangkat yang penting dalam pelaksanaan K3. Kepastian hukum yang kuat akan memberikan
kemantapan dalam pengawasan. Karena bila diberi teguran dan peringatan tidak dihiraukan maka perangkat peraturanlah yang akan berperan dalam hal pemberian
sangsi. Maka peraturan yang berkaitan dengan situasi kerja merupakan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan K3 ILO, 1989. Pada penelitian di pabrik kelapa
sawit PT. A.T. dibuat peraturan tentang APP seperti terdapat pada lampiran 5. Maka yang paling banyak jumlah sampel yang patuh terhadap
kebijakanperaturan penggunaan APP sebanyak 20 orang 80 dan paling sedikit pada sampel yang tidak patuh terhadap kebijakanperaturan penggunaan APP yaitu 5