Tabel 5.12. Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Kedua Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients Collinearity
Statistics Model
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF
Constant 4.129
1.128 Ln_GPM
-.177 .272
-.081 .854
1.171 Ln_NPM
.439 .418
.220 .301
3.327 Ln_ROA
.110 .228
.079 .495
2.022 Ln_ROE
-.233 .252
-.164 .421
2.376 1
Ln_EPS -.263
.095 -.409
.603 1.659
a. Dependent Variable: Ln_PER Berdasarkan hasil pengujian multikolinieritas pada Tabel 5.10 dapat dilihat
bahwa nilai tolerance pada variabel Ln_ Gross Profit Margin, Ln_ Net Profit Margin Ln_ Return On Assets, Ln_ Return On Equity, Ln_ Earning Per Share, Ln_ 0,10
dan VIF-nya 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel independen artinya tidak terjadi multikolinieritas.
5.5. Hasil Perumusan Model Kedua
5.5.1. Persamaan Uji
Residual
Dalam pengolahan data dengan menggunakan uji residual akan dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Hasil persamaan uji residual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Persamaan Uji Residual Model Pertama
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics Model
B Std. Error
Beta t
Sig. Tolerance
VIF Constant 4.129
1.128 3.662
.001 Ln_GPM
-.177 .272
-.081 -.651
.517 .854
1.171 Ln_NPM
.439 .418
.220 1.050
.298 .301
3.327 Ln_ROA
.110 .228
.079 .482
.632 .495
2.022 Ln_ROE
-.233 .252
-.164 -.925
.358 .421
2.376 1
Ln_EPS -.263
.095 -.409
-2.760 .008
.603 1.659
Sumber: Hasil Analisis Data
Dari Tabel 5.11 tersebut, maka model uji residual dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
LnPER = 4.129 – 0,177 LnGPM + 0,439 LnNPM + 0,110 LnROA -0,233 LnROE – 0,263 LnEPS + e
Tabel 5.14 Persamaan Uji Residual Model Kedua
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B
Std. Error Beta
t Sig.
Constant .920
.335 2.751
.008 1
Ln_HGS .024
.048 .062
.505 .615
a. Dependent Variable: Abs_res
Sumber: Hasil Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 5.12 tersebut, maka model uji residual dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
e = 0,920 + 0,024 Ln_ Harga Saham + e
Berdasarkan hasil uji statistik F yang dilakukan diketahui bahwa nilai F tidak signifikansi sebesar 0,615 0,05 disimpulkan bahwa variabel price earning ratio
PER bukan merupakan variabel moderating yang memperkuat pengaruh antara
GPM, NPM, ROA,ROE, EPS terhadap harga saham.
Dari hasil uji statistik diatas Banyak sekali investor hanya mengambil PER sebagai pembanding dan beranggapan bahwa PER rendah berarti perusahaan tersebut
dijual dengan harga murah. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sebab seringkali PER yang rendah dibandingkan industri malah mengindikasikan adanya masalah
pada perusahaan tersebut. Selain PER menjadi kurang relevan menilai kinerja operasional perusahaan karena distorsi angka laba rugi bersih akibat penerapan
metode akuntansi pada laba rugi ataupun akibat selisih kurs.PER digunakan dalam analisis penilaian saham adalah karena memudahkan analisa. Karena itu menurut
Husnan 2001: 94 meskipun diakui bahwa analisis PER merupakan analisis yang relatif sederhana, tetapi karena itu membantu analisis saham dalam memusatkan
keputusan mereka, variabel-variabel yang membentuk PER bisa diidentifikasikan, sehingga penganalisis bisa memusatkan perhatian pada variabel yang dianggap
penting. Perumusan PER dalam model statistik akan membantu penganalisis karena bisa diperoleh semacam patokan untuk menilai kewajaran PER yang lalu.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun disadari keterbatasan analisis PER namun analisis ini sangat membantu penganalisis dalam analisa mereka. PER merupakan hubungan antara
harga pasar sahamdengan EPS saat ini yang digunakan secara luas oleh investor sebagaipanduan umum untuk mengukur nilai saham. PER yang tinggi menunjukkan
bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan PER juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar
memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya
keinginan investor atau calon investor akan hasil return yang layak dari suatu investasi saham.Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan saham tersebut
akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 10 kali, berarti harga saham tersebut 10 kali lipat terhadap
EPSnya. Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan
salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. PER berguna untuk menilai murah mahalnya suatu saham. Tambahan keuntungan tersebut menunjukkan bahwa
investor menginginkan earning lebih tinggi bila menanamkan dananya dalam bentuk saham dibandingkan dengan menanamkan dalam bentuk deposito, karena tingkat
resiko investasi saham lebih tinggi daripada deposito. Menurut Nazirwan 2008 pendekatan Price Earning Ratio PER merupakan salah satu pendekatan yang cukup
popular di kalangan analis dan praktisi saham. Dalam pendekatan PER, investor menghitung berapa nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PER maka perusahaan di nilai semakin baik oleh investor, sebaliknya jika PER semakin rendah maka perusahaan
tersebut di nilai semakin jelek oleh investor. Sehingga dengan meningkatnya PER yang menunjukan kinerja perusahaan yang semakin baik maka diharapkan harga
saham yang diperoleh investor juga meningkat.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara simultan variabel Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On
Assets, Return On Equity, dan Earning Per Share berpengaruh signifikan dengan harga sahan. Hasil penelitian ini tidak dapat diperbandingkan dengan hasil
penelitian terdahulu yang direplikasi dari Haryanto 2003 karena perbedaan variabel independen yang digunakan dalam penelitian.
2. Secara parsial hanya variabel earning per share yang berpengaruh signifikan
dengan harga saham sedangkan variabel Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan.
3. Pengujian hipootesis kedua secara simultan dan parsial variabel price earning
ratio PER bukan merupakan varaibel moderating, karena nilai koefisien parameternya tidak signifikan.
6.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:
Universitas Sumatera Utara